Minggu, 30 Juni 2013

pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar

        BAB I 
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Kondisi atau suasana belajar berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu faktor penting untuk keberhasilan pembelajaran adalah terpenuhinya kondisi dan suasana belajar yang optimal. Tindakan manajeman kelas adalah tindakan yang dilakukan guru dalam rangka menyediakan kondisi yang optimal agar pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan cara menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosia-emosional sehingga siswa merasa nyaman dan aman untuk belajar. Tindakan lainnya dapat berupa tindakan kolektif terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dan merusak kondisi optimal terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Tindakan pencegahan dapat berupa tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur siswa, peralatan dan lingkungan sosio-emosional sehingga dapat mengoptimalakan keberhasilan pembelajaran.


1.2 RUMUSAN MASALAH
            Rumusan masalah yang digunakan dalam makalah ini adalah:
a.       Bagaimana kondisi dan situasi belajar-mengajar peserta didik?
b.      Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
c.       Bagaimana cara mengajar yang efektif?


1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui kondisi dan situasi belajar mengajar.
2.      Mengetahui sikap dan aktivitas guru dalam mengoptimalkan pembelajaran di kelas.
3.      Mengetahui administrasi tektik dalam manajemen pembelajaran.

1.4  MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah:
1.      Dapat mengetahui kondisi dan situasi belajar mengajar.
2.      Dapat mengetahui sikap dan aktivitas guru dalam mengoptimalkan pembelajaran di kelas.
3.      Dapat mengetahui administrasi tektik dalam manajemen pembelajaran.





















            BAB II
ISI

2.1  KONDISI DAN SITUASI BELAJAR-MENGAJAR
1.    Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran
Guru sebagai seorang pengajar/pendidik harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan para peserta didik. Melalui teknik motivasi yang akurat, guru dapat memberikan kontribusi iklim kelas yang sehat, kondisi dan lingkungan hendaknya menjadi perhatian dan kepedulian guru agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian dalam menunjang terciptanya pembelajaran sebagai berikut:
a.    Ruangan tempat berlangsungnya pembelajaran
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan para peserta didik dapat bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan, sehingga tidak saling, mengganggu satu sama yang lainnya pada saat terjadi aktivitas pembelajaran. Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal diantaranya:
1)   Jenis kegiatan (kegiatan pertemuan tatap muka klasikal dalam kelas atau bekerja di ruang praktikum),
2)   Jumlah siswa yang melakukan kegiatan (kegiatan bersama secara klasikal atau kegiatan dalam kelompok kecil). Ruang belajar merupakan tempat siswa dan guru melaksanakan kegiatan belajar-mengajar meliputi ruang kelas, ruang laboratorium, dan ruangan auditorium.

v Ruang Kelas
                                    Ruang kelas harus diusahakan memenuhi syarat berikut:
a)    Ukuran ruang kelas min 8x7 m
b)   Dapat memberikan keleluasaan gerak, komunikasi pandangan dan pendengaran
c)    Cukup cahaya dan sirkulasi udara
d)   Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak leluasa
e)    Daun jendela tidak mengganggu lalu lintas

v Ruang Laboratorium
Sekolah dasar yang memiliki runag laboratorium, harus ditata dengan syarat sebagai berikut:
a)    Tata letak perabot diatur sesuai dengan keperluan setiap saat.
b)   Diatur agar  mudah bergerak dan mudah dimanfaatkan.
c)    Fasilitas air dan penerangan cukup tersedia.
d)   Air limbah dan saluran ruang laboratorium tidak mencemari   lingkungan sekitarnya.
e)    Tersedia lemari penyimpanagan untuk bahan dan alat.
f)    Lantai tidak licin dan dinding sebaiknya berwarna putih.
g)   Bahan yang membahayakan harus disimpan pada tempat yang aman.

v  Ruang Aula/Serba Guna
Bagi sekolah yang memiliki ruang aula, agar berfungsi sebagi tempat pembelajaran, dan berfungsi juga sebagai tempat diskusi, maka ruang tersebut harus diatur dengan baik dan dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut:
a)    Panggung pertunjukan
b)   Ruang ganti pria/wanita secara terpisah
c)    Lantai harus datar dan tidak licin
d)   Dinding ruang aula dilapisi oleh lapisan perendam suara
e)    Bak pasir
f)    Matras

b.    Pengaturan tempat duduk
Beberapa kemungkinan pengaturan tempat duduk seperti berikut:
1)   Pola berderet atau berbaris-berjajar
Pengaturan seperti ini adalah pengaturan yang sangat populer, pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut tinggi pendeknya siswa pada situasi tertentu misalnya, jika ada siswa yang tidak dapat melihat jarak atau pendengaran yang agak kurang atau siswa yang banyak berbuat gaduh maka siswa yang seperti ini didudukkan di deretan depan, tanpa menghiraukan tinggi rendahnya siswa
2)   Pola susunan berkelompok
Pola ini mengatur tempat duduk siswa secara berkelompok ini memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama lainnya dan dapat berpindah dari satu kelompok kekelompok lainnya secara bebas. Pola ini memudahkan siswa untuk bekerja sama dan saling menolong satu sama lain.
3)   Pola formasi tapal kuda
Pola ini menempatkan posisi guru bersedia ditengah-tengah para siswanya. Pola semacam ini dapat dipakai jika pelajaran banyak memerlukan diskusi antar siswa dengan guru. Posisi guru dalam pengaturan tempat seperti terpisah dari kelompok, namun tetap dalam pengawasan guru.
4)   Pola lingkaran atau persegi
Pola ini baik juga untuk mengajar dan disajikan dengan metode diskusi. Hakikatnya dalam pola lingkaran atau persegi biasanya tidak ada pemimpin kelompok. Bila ada yang hendak direkam atau dicatat maka bentuk ini sangat tepat.

c.    Ventilasi dan pengaturan cahaya
     Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati gurupun sulit mengaturnya karena sudah tersedia) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi cukup menjamin kesehatan siswa. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua siswa dalam kelas dapat menghirup udara yang segar.

d.   Pengaturan penyimpangan barang-barang
     Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat yang khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Cara pengambilan barang dari tempat khusus, penyimpangan, dan sebagainya, hendaklah diatur sedemikian rupa sehingga barang-barang tersebut mudah untuk segera dipergunakan.
     Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menciptakan lingkungan belajar adalah kebersihan dan kerapian. Berkaitan dengan kondisi fisik, dari yang sederhana sampai kepada yang ideal yang meliputi pengaturan ruang tempat berlangsungnya pembelajaran, pengaturan tempat duduk, oleh karena itu seorang guru sebaiknya membuat peraturan yang mengatur kelompok kerja yang membersihkan ruangan, menyiapkan kapur tulis, mengganti taplak meja dan sebagainya.
     Guru harus membagi tanggung jawab peraturan kondisi fisik itu menjadi milik siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya dimiliki siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya dimiliki oleh seorang guru. Siswa harus aktif dalam membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi, dan sebagainya. Berkaitan dengan kondisi fisik, dari yang sederhana sampai kepada yang ideal yang meliputi pengaturan ruang tempat berlangsungnya pembelajaran, pengaturan tempat duduk, dan pengaturan penyimpanagn peralatan.

2.    Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar-mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi hal-hal berikut ini.
a.    Tipe kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis. Tetapi di pihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif.
Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter siswa hanya aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktifitas menjadi menurun. Aktifitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian guru. Tipe kepemimpinan yang cenderung pada laizer-fair biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau ada guru, siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada. Tipe ini biasanya lebih cocok bagi siswa yang “innerdirected” dimana siswa tersebut aktif, penuh kemauan berinisiatif dan tidak selalu menunggu pengarahan.
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbukanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar-mengajar optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problema manajemen kelas bisa diperkecil sesedikit mungkin.
Dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru harus menempatkan diri sebagai : modal, pengembangan, perencanaan, pembimbing, dan fasilitator. (Centra, 1990)
1)   Guru sebagai modal adalah guru yang tidak menuntut banyak disiplin kaku melainkan sebagai modal. Ia mengharapkan dengan permodalan yang ditampilkan dapat memberikan pengalaman dan keantusiasan belajar siswa.
2)   Guru sebagai pengembang adalah guru yang ahli dalam melaksanakan tugas dengan format yang benar dan tepat. Ia tidak membiarkan dan mengijinkan siswa bolos atau malas tanpa alasan yang sah. Guru seperti ini suka mengadakan penilaian terhadap segala bidang yang di kerjakan pada siswa.
3)   Guru sebagai perencana adalah guru yang ahli dalam bidangnya, yang mengatur kelas sebagai tata ruang belajar. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Guru ini beranggapan bahwa para siswa belajar kepadanya karena ingin mempelajari sebanyak mungkin apa yang diketahui oleh guru.
4)   Guru sebagai pembimbing adalah guru yang saling membelajarkan antara dirinya dengan sesama dengan siswanya. Dia mengajar dalam sistem sosial yang dinamis dan ia mengharapkan ada interaksi belajar antara diri dan siswanya.
5)   Guru sebagai fasilitator adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon tujuan para siswa sekalipun tujuan itu bervariasi, ia kurang menyenangi apabila ada siswa yang mendapat kesulitan belajar. Ia banyak mendengar dan bertanya kepada siswa dan ia menginginkan siswa dapat belajar dan mencapai tujuan sesuai yang diharapkannya.

b.    Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya siswa dan bukan membenci siswanya itu sendiri. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
c.    Suara guru
Suara guru, bukanlah faktor yang besar tapi turut mempengaruhi dalam belajar. Suara yang melengkung tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari jarak yang agak jauh, ini mengakibatkan suasana akan gaduh. Keadaan seperti itu, juga membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak perhatikan.  Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa memperhatikan pelajaran. Mereka akan lebih berani mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya.
d.   Pembinaan hubungan baik
Pembinaan hubungan baik (report) antara guru dan siswa adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.

3.    Kondisi  Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun pada tingkat sekolah akan dapat mecegah masalah manajemen kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, munculnya kebiasaan yang baik pada siswa. Disamping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain:


a.    Pergantian pelajaran
Untuk beberapa pelajaran mungkin ada baiknya siswa tetap berada dalam suatu ruangan dan guru yang datang ke ruangan tersebut. Tetapi untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti bekerja di laboratorium, olah raga, kesenian dan sejenisnya, siswa diharapkan pindah ruangan.
b.    Guru berhalangan hadir
Jika suatu saat seorang guru berhalangan hadir, siswa disuruh tetap berada dalam kelas untuk menunggu guru pengganti. Bila setelah waktu yang ditentukan guru pengganti juga belum datang ketua siswa diwajibkan lapor kepada guru piket. Kemudian guru piket mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan guru tersebut. Mungkin juga kepala sekolah yang bertugas mengisi kekosongan itu sebelum guru kelas tersebut hadir.
c.    Masalah antar siswa
Jika terjadi masalah antar siswa yang dapat diselesaikan antar mereka, ketua kelas dapat melapor kepada wali kelas untuk bersama-sama memecahkan dan mengatasi masalah tersebut.
d.   Upacara bendera
Jadwal dan pengaturan upacara bendera harus sudah ditentukan. Pengaturan ini meliputi giliran yang bertugas baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa. Sehingga semua sivitas tahu persis jadwal upacara, pakaian yang harus dikenakan, aturan acara upacara pengumuman sekolah, dan siapa yang harus menjadi pembina upacara yang sekaligus memberi nasehat atau pengarahan pada upacara tersebut.
e.    Kegiatan lain
Kegiatan lain yang merupakan kegiatan rutin kelas atau sekolah antara lain adalah:
1)   Menanyakan kesehatan dan kehadiran siswa
2)   Prosedur penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa
3)   Penyampaian peraturan sekolah yang baru
4)   Kegiatan yang bersifat rekreasi dan sosial seperti pesta sekolah, pekan seni dan olah raga, hari libur, kematian anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana alam.



4.    Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik akan turut mempengaruhi manajemen pembelajaran ke dalam kondisi administrasi teknik ini termasuk:
a.    Daftar presensi
Daftar presensi siswa dan guru dikelola sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Hendaknya diadakan pengecekan secara periodik terhadap daftar presensi ini.
b.    Ruang bimbingan siswa
Ruang khusus, hendaknya tersedia yang dapat digunakan untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru, wali kelas atau guru pembimbing di sekolah.
c.    Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada waktu luang, hendaknya tersedi, begitu pula tempat bermain yang mengandung nilai edukatif akan sangat membantu mengatasi masalah manajemen kelas.
d.   Tempat sampah
     Tempat sampah hendaknya tersedia pada tempat khusus sehingga siswa didorong untuk membiasakan diri hidup teratur.
e.    Catatan pribadi siswa
Dengan catatan pribadi siswa, guru akan mengenal siswa secara lebih lengkap termasuk latar belakang kehidupannya. Isi catatan pribadi siswa dapat meliputi kehadiran, catatan akademik seperti hasil tes bakat, kecepatan membaca, kesehatan fisik, sikap sosial, catatan anekdotal dan sebagainya.
Catatan pribadi siswa mempunyai peranan penting dalam hubungannya dengan manajemen kelas baik dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka mengatasi tingkah laku yang sudah terlanjur.

2.2  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
                   Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1.    Faktor Intern
Faktor ini meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
a.    Faktor jasmaniah
Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah puling, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan/kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b.    Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah:
1)   Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang lama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi normal dapat berhasil denagn baik dalam belajarnya jika kondisi yang diciptakan mendukung tejadinya pembelajaran yang efisien dan efektif.
2)   Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian. Caranya antara lain adalah dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya, berkualitas, aktual dan mengkaitkan bahan tersebut dengan pelajaran yang lalu, mengemukakan manfaat bagi anak baik dengan pelajaran yang sedang dibicarakan maupun dengan bahan yang akan datang, dan manfaat kelak dimasyarakat.
3)   Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan baik. Jika ada siswa kurang atau tidak berminat terhadap belajar perlu diusahakan cara membangkitkan minat tersebut. Minat dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cara tersebut antara lain adalah dengan menvariasikan media pembelajaran, mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan mengkaitkan denagn hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita siswa.
4)   Bakat
Peserta didik bagaikan sebuah golok, ada bagian yang runcing dan ada bagian yang tumpul (bagian punggung golok). Siswa yang memiliki bakat ibarat bagian golok yang runcing. Jika bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa yang berbakat maka pelajaran itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Lain halnya terhadap siswa yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan sehingga siswa tadi dapat menguasai materi yang sudah diajarkan.
5)   Motif
Dalam proses belajar mengajar harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif siswa belajar, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.
6)   Kematangan
Kematangan merupakan tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus. Agar kematangan yang ada pada diri siswa dapat dikembangkan perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kondisi atau cara itu antar lain adalah dengan pemberian latihan yang terus menerus dan konsisten, pemberian tugas yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana ke yang kompleks.
7)   Kesiapan
Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa sudah dikatakan sudah memiliki kesiapan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh para peserta didik yang memiliki kesiapan tinggi akan terjadi proses pembelajaran yang optimal dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.
8)   Faktor kelelahan
Kelelahan baik jasmani ataupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus memberikan pengertian kepada para siswa untuk berusaha menghindari terjadinya kelelahan dalam belajarnya. Misanya, para siswa diberi penjelasan agar mereka mengusahakan tidur dan istirahat yang cukup dan teratur, mengusahakan variasi dalam belajar, olah raga secara teratur agar kondisi badan tetap segar.

2.    Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan kedalam faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a.    Faktor keluarga
Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
1)   Cara orang tua mendidik
2)   Relasi/hubungan antara anggota keluarga
3)   Suasana rumah
4)   Keadaan ekonomi keluarga
5)   Sikap dan perhatian orang tua
6)   Latar belakang kebudayaan orang tua
b.    Faktor sekolah
Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: Metode mengajar, Kurikulum, Hubungan guru dengan para siswa, Hubungan siswa dengan siswa, Disiplin sekolah, Peralatan/ media pelajaran, Waktu sekolah, Sarana dan prasarana sekolah, Metode belajar siswa dan Tugas sekolah
c.    Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan:
1)   Kegiatan siswa dalam masyarakat
2)   Mass media yang beredar/ada dalam masyarakat
3)   Pengaruh teman bergaul
4)   Pola hidup masyarakat

2.3  MENGAJAR YANG EFEKTIF
Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka mengalami proses belajar. Dalam belajar paar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif demi tuntutan tersebut guru harus membantu dengan cara mengajar yang efektif pula.
Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal dan terjadinya proses belajar. Kondisi yang dimaksud hanya dapat terjadi apabila guru mengajar menggunakanan prinsip-prinsip mengajar.
Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar, yang apabila ke enam prinsip mengajar itu digunakan/ di tempatkan dengan sebaik-baiknya maka iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Konteks
Belajar, sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri. Situasi problematik yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting bukan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu dinyatakan dalam kerangka suatu konteks yang sifatnya konkret, dapat ditiru dan dapat dilaksanakan dengan teratur. Selain itu, tugas tersebut harus dapat memberikan dorongan seluas-luasnya untuk bereksperimentasi, bereksplorasi, dan daya penentu. Tugas tersebut dapat juga mengarah kepada pengawasan melalui pengertian dan pemahaman serta yang memungkinkan transfer dari dan kepihak lain. Ciri-ciri konteks yang baik adalah:
a.    Dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secra dinamis dan kuat
b.    Terdiri dari pengalaman yang aktual dan konkret
c.    Pengalaman konkret yang dinamis merupak alat untuk menyusun pengertian dan bersifat sederhana dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.

2.    Fokus
Proses pembelajaran perlu diorganisasikan dengan bahan belajar. Disamping itu pembelajaran yang penuh makna dan efektif harus diorganisasikan disekitar satu fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan vokalisasi, sehingga mutu pembelajaran lebih meningkat. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti uraian berikut ini:
a.    Memobilisasi tujuan       
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengajaran harus dapat membangkitkan keinginan untuk belajar. Konteks bermaksud membengkitkan tujuan, sedangkan fokus merumuskan dan mengarahkan tujuan. Jadi fokus belajar mengajar yang baik harus mampu memobilisasi keinginan belajar.
b.    Memberi bentuk dan uniformitas pada belajar
Belajar yang efektif mempunyai ciri antara lain uniformitas (keseragaman). Keseragaman artinya terdapat koordinasi intern dari relasi-relasi yang terdapat dalam unit pelajaran itu, atau terdapat strukturalisasi sehingga dapat menimbulkan fokus yna wajar.
c.    Mengorganisasi belajar
Mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan fokus yang baik harus menimbulkan suatu pertanyaan yang perlu dijawab, suatu soal yang perlu di pecahkan, suatu pengertian yang harus dipahami dan digunakan. Dengan demikian, akan timbul organisasi belajar yang tepat, yang memungkinkan terjadinya proses penangkapan pengertian, melihat eksplorasi dan penemuan.
d.   Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa berlatih bekerjasama dalam kerja kelompok, diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawab bersama dalam proses pemecahan masalah timbulnya pertanyaan, saran, dan komentar mendorong siswa untuk brfikir lebih lanjut dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektivitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka sosial tempat belajar itu sangatlah berlaku. Disini berlaku prinsip pengajaran sosialisasi. Kondisi sosial pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung dikelas itu.
e.    Individualisasi
Dalam mengorganisai belajar mengajar guru memperhatikan taraf kesanggupan setiap siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dilakukan sebaik-baiknya. Belajar dengan penuh makna harus dilaksanan sesuai dengan bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri, dan dengan prosedur esperimental yang berlaku.
f.     Urutan
Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan prinsip konteks, vokalisasi, sosialisasi, dan individualisme. Namun demikian, guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya.
f.     Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar efektif dan rusel ditambah oleh evaluasi yang bermutu akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi sebagai suatu alat untuk mendapatkan cara-cara melaporkan hasil-hasil pelajaran yang dicapai dan dapat memberi laporan tentang siswa kepada siswa itu sendiri serta kepada orangtuanya. Evaluasi dapat pula digunakan untuk menilai metode mengajar yang digunakan dan untuk mendapatkan gambaran komperhensip tentang siswa sebagai perseorangan, dapat juga membawa siswa pada taraf belajar lebih baik.







BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari kondisi kelas yang mendukung. Untuk menciptakan suasana kelas yang menggairahkan diperlukan suatu pengaturan atau penataan ruang kelas dan isinya selama proses pembelajaran. Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar dan karena itu akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif produktif. Itulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberikan kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.
Pengelolaan kelas yang baik dapat dilakukan dengan 6 cara, yaitu penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif, penataan ruang belajar sebagai sentra belajar, penciptaan atmosfir belajar yang kondusif, penetapan strategi pembelajaran, pemanfaatan media dan sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. 

3.2 Saran
            Saran yang kami sampaikan sesuai dengan permasalahan diatas adalah:
a.    Guru diharapkan dapat mengatur/menyetting ruangan kelas sehingga dapat memotivasi siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan kondisi yang aman, nyaman, dan tentram.
b.     Guru diharapkan dapat menciptakan interaksi aktif dalam kegiatan pembelajaran agar proses kegiatan belajar dapat berjalan dengan optimal.
c.    Pastikan guru selalu memperhatikan prinsip-prinsip penataan lingkungan fisik kelas.
d.   Guru diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, dan menguatkan sehingga akan tercipta iklim belajar yang kondusif.
e.    Selalu menciptakan kondisi sosio-emosional dalam kelas agar dapat tercipta kegairahan/semangat belajar siswa dan tercapainya tujuan pengajaran dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Rachman, Maman. 1998/1999. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dierektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar

http://myblogassyamil.blogspot.com/2012/02/pembagian-hadist-dan-syarat-sayrat.html



0 komentar:

Posting Komentar