BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kondisi
atau suasana belajar berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu,
salah satu faktor penting untuk keberhasilan pembelajaran adalah terpenuhinya
kondisi dan suasana belajar yang optimal. Tindakan manajeman kelas adalah
tindakan yang dilakukan guru dalam rangka menyediakan kondisi yang optimal agar
pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan
pencegahan yaitu dengan cara menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi
sosia-emosional sehingga siswa merasa nyaman dan aman untuk belajar. Tindakan
lainnya dapat berupa tindakan kolektif terhadap tingkah laku siswa yang
menyimpang dan merusak kondisi optimal terhadap proses pembelajaran yang sedang
berlangsung.
Tindakan
pencegahan dapat berupa tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar,
mengatur siswa, peralatan dan lingkungan sosio-emosional sehingga dapat
mengoptimalakan keberhasilan pembelajaran.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang digunakan dalam
makalah ini adalah:
a. Bagaimana kondisi dan situasi belajar-mengajar peserta
didik?
b.
Apa
sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
c.
Bagaimana
cara mengajar yang efektif?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
kondisi dan situasi belajar mengajar.
2. Mengetahui
sikap dan aktivitas guru dalam mengoptimalkan pembelajaran di kelas.
3. Mengetahui
administrasi tektik dalam manajemen pembelajaran.
1.4 MANFAAT
PENULISAN
Manfaat
dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Dapat
mengetahui kondisi dan situasi belajar mengajar.
2. Dapat
mengetahui sikap dan aktivitas guru dalam mengoptimalkan pembelajaran di kelas.
3. Dapat
mengetahui administrasi tektik dalam manajemen pembelajaran.
BAB II
ISI
2.1 KONDISI DAN SITUASI BELAJAR-MENGAJAR
1.
Kondisi
Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar
mempunyai pengaruh penting terhadap hasil belajar. Lingkungan fisik yang
menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas
pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan
pengajaran
Guru
sebagai seorang pengajar/pendidik harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang
membantu perkembangan pendidikan para peserta didik. Melalui teknik motivasi
yang akurat, guru dapat memberikan kontribusi iklim kelas yang sehat, kondisi
dan lingkungan hendaknya menjadi perhatian dan kepedulian guru agar siswa dapat
belajar secara optimal. Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian
dalam menunjang terciptanya pembelajaran sebagai berikut:
a.
Ruangan tempat berlangsungnya pembelajaran
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan para peserta
didik dapat bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan, sehingga tidak saling,
mengganggu satu sama yang lainnya pada saat terjadi aktivitas pembelajaran.
Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal diantaranya:
1)
Jenis kegiatan (kegiatan pertemuan tatap muka klasikal
dalam kelas atau bekerja di ruang praktikum),
2)
Jumlah siswa yang melakukan kegiatan (kegiatan bersama
secara klasikal atau kegiatan dalam kelompok kecil). Ruang belajar merupakan
tempat siswa dan guru melaksanakan kegiatan belajar-mengajar meliputi ruang
kelas, ruang laboratorium, dan ruangan auditorium.
v Ruang Kelas
Ruang
kelas harus diusahakan memenuhi syarat berikut:
a)
Ukuran ruang kelas min 8x7 m
b)
Dapat memberikan keleluasaan gerak, komunikasi
pandangan dan pendengaran
c)
Cukup cahaya dan sirkulasi udara
d)
Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan siswa
dapat bergerak leluasa
e)
Daun jendela tidak mengganggu lalu lintas
v Ruang Laboratorium
Sekolah dasar yang memiliki runag laboratorium, harus
ditata dengan syarat sebagai berikut:
a)
Tata letak perabot diatur sesuai dengan keperluan
setiap saat.
b)
Diatur agar
mudah bergerak dan mudah dimanfaatkan.
c)
Fasilitas air dan penerangan cukup tersedia.
d)
Air limbah dan saluran ruang laboratorium tidak
mencemari lingkungan sekitarnya.
e)
Tersedia lemari penyimpanagan untuk bahan dan alat.
f)
Lantai tidak licin dan dinding sebaiknya berwarna
putih.
g)
Bahan yang membahayakan harus disimpan pada tempat
yang aman.
v Ruang Aula/Serba Guna
Bagi sekolah yang memiliki ruang aula, agar berfungsi
sebagi tempat pembelajaran, dan berfungsi juga sebagai tempat diskusi, maka
ruang tersebut harus diatur dengan baik dan dilengkapi dengan peralatan sebagai
berikut:
a)
Panggung pertunjukan
b)
Ruang ganti pria/wanita secara terpisah
c)
Lantai harus datar dan tidak licin
d)
Dinding ruang aula dilapisi oleh lapisan perendam
suara
e)
Bak pasir
f)
Matras
b. Pengaturan
tempat duduk
Beberapa kemungkinan pengaturan tempat duduk seperti
berikut:
1) Pola
berderet atau berbaris-berjajar
Pengaturan seperti ini adalah
pengaturan yang sangat populer, pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut
tinggi pendeknya siswa pada situasi tertentu misalnya, jika ada siswa yang
tidak dapat melihat jarak atau pendengaran yang agak kurang atau siswa yang
banyak berbuat gaduh maka siswa yang seperti ini didudukkan di deretan depan,
tanpa menghiraukan tinggi rendahnya siswa
2) Pola susunan
berkelompok
Pola ini mengatur tempat duduk siswa secara
berkelompok ini memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama
lainnya dan dapat berpindah dari satu kelompok kekelompok lainnya secara bebas.
Pola
ini memudahkan siswa untuk bekerja sama dan saling menolong satu sama lain.
3) Pola formasi
tapal kuda
Pola ini menempatkan posisi guru bersedia
ditengah-tengah para siswanya. Pola semacam ini dapat dipakai jika pelajaran
banyak memerlukan diskusi antar siswa dengan guru. Posisi guru dalam pengaturan
tempat seperti terpisah dari kelompok, namun tetap dalam pengawasan guru.
4) Pola
lingkaran atau persegi
Pola ini baik juga untuk mengajar dan disajikan dengan
metode diskusi. Hakikatnya dalam pola lingkaran atau persegi biasanya tidak ada pemimpin
kelompok. Bila ada yang hendak direkam atau dicatat maka bentuk ini sangat
tepat.
c.
Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati
gurupun sulit mengaturnya karena sudah tersedia) adalah aset penting untuk
terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi cukup
menjamin kesehatan siswa. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan
cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua
siswa dalam kelas dapat menghirup udara yang segar.
d.
Pengaturan penyimpangan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada
tempat yang khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan
dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Cara pengambilan barang dari
tempat khusus, penyimpangan, dan sebagainya, hendaklah diatur sedemikian rupa
sehingga barang-barang tersebut mudah untuk segera dipergunakan.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk
menciptakan lingkungan belajar adalah kebersihan dan kerapian. Berkaitan dengan
kondisi fisik, dari yang sederhana sampai kepada yang ideal yang meliputi
pengaturan ruang tempat berlangsungnya pembelajaran, pengaturan tempat duduk,
oleh karena itu seorang guru sebaiknya membuat peraturan yang mengatur kelompok
kerja yang membersihkan ruangan, menyiapkan kapur tulis, mengganti taplak meja
dan sebagainya.
Guru harus membagi tanggung jawab peraturan
kondisi fisik itu menjadi milik siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya
dimiliki siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya dimiliki oleh seorang guru.
Siswa harus aktif dalam membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi, dan
sebagainya. Berkaitan dengan kondisi fisik, dari yang sederhana sampai kepada
yang ideal yang meliputi pengaturan ruang tempat berlangsungnya pembelajaran,
pengaturan tempat duduk, dan pengaturan penyimpanagn peralatan.
2.
Kondisi
Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional akan
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar-mengajar,
kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi
sosio-emosional tersebut meliputi hal-hal berikut ini.
a. Tipe
kepemimpinan
Peranan
guru, tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional
di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan
menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis. Tetapi di pihak lain juga
akan menumbuhkan sikap yang agresif.
Dengan
tipe kepemimpinan yang otoriter siswa hanya aktif kalau ada guru dan kalau guru
tidak mengawasi maka semua aktifitas menjadi menurun. Aktifitas proses belajar
mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian guru.
Tipe
kepemimpinan yang cenderung pada laizer-fair biasanya tidak produktif walaupun
ada pemimpin. Kalau ada guru, siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang
sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya
aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada. Tipe ini biasanya
lebih cocok bagi siswa yang “innerdirected” dimana siswa tersebut aktif, penuh
kemauan berinisiatif dan tidak selalu menunggu pengarahan.
Tipe
kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih
memungkinkan terbukanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling
memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim
yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar-mengajar optimal. Siswa
akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi
guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problema manajemen kelas bisa
diperkecil sesedikit mungkin.
Dalam
upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru harus
menempatkan diri sebagai : modal, pengembangan, perencanaan, pembimbing, dan
fasilitator. (Centra, 1990)
1) Guru sebagai modal adalah guru yang
tidak menuntut banyak disiplin kaku melainkan sebagai modal. Ia mengharapkan
dengan permodalan yang ditampilkan dapat memberikan pengalaman dan keantusiasan
belajar siswa.
2) Guru sebagai pengembang adalah guru
yang ahli dalam melaksanakan tugas dengan format yang benar dan tepat. Ia tidak
membiarkan dan mengijinkan siswa bolos atau malas tanpa alasan yang sah. Guru
seperti ini suka mengadakan penilaian terhadap segala bidang yang di kerjakan
pada siswa.
3) Guru sebagai perencana adalah guru
yang ahli dalam bidangnya, yang mengatur kelas sebagai tata ruang belajar. Ia
memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Guru ini beranggapan bahwa para siswa
belajar kepadanya karena ingin mempelajari sebanyak mungkin apa yang diketahui
oleh guru.
4) Guru sebagai pembimbing adalah guru
yang saling membelajarkan antara dirinya dengan sesama dengan siswanya. Dia mengajar
dalam sistem sosial yang dinamis dan ia mengharapkan ada interaksi belajar
antara diri dan siswanya.
5) Guru sebagai fasilitator adalah guru
yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon tujuan para siswa sekalipun tujuan
itu bervariasi, ia kurang menyenangi apabila ada siswa yang mendapat kesulitan
belajar. Ia banyak mendengar dan bertanya kepada siswa dan ia menginginkan
siswa dapat belajar dan mencapai tujuan sesuai yang diharapkannya.
b.
Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan
sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan
bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa
membenci, bencilah tingkah lakunya siswa dan bukan membenci siswanya itu
sendiri. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang
menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk
memperbaiki kesalahannya.
c. Suara guru
Suara guru, bukanlah faktor yang
besar tapi turut mempengaruhi dalam belajar. Suara yang melengkung tinggi atau
senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa
secara jelas dari jarak yang agak jauh, ini mengakibatkan suasana akan gaduh.
Keadaan seperti itu, juga membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak
perhatikan. Suara yang relatif
rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya
rileks akan mendorong siswa memperhatikan pelajaran. Mereka akan lebih berani
mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya.
d. Pembinaan
hubungan baik
Pembinaan hubungan baik (report)
antara guru dan siswa adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya
hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan
semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang
dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
3.
Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara
organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun pada tingkat sekolah akan
dapat mecegah masalah manajemen kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur
secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga
jelas pula bagi mereka, munculnya kebiasaan yang baik pada siswa. Disamping itu
mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur penuh disiplin pada semua
kegiatan yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain:
a. Pergantian pelajaran
Untuk beberapa pelajaran mungkin ada baiknya siswa
tetap berada dalam suatu ruangan dan guru yang datang ke ruangan tersebut.
Tetapi untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti bekerja di laboratorium,
olah raga, kesenian dan sejenisnya, siswa diharapkan pindah ruangan.
b. Guru
berhalangan hadir
Jika suatu saat seorang guru berhalangan hadir, siswa
disuruh tetap berada dalam kelas untuk menunggu guru pengganti. Bila setelah
waktu yang ditentukan guru pengganti juga belum datang ketua siswa diwajibkan
lapor kepada guru piket. Kemudian guru piket mengambil inisiatif untuk
mengatasi kekosongan guru tersebut. Mungkin juga kepala sekolah yang bertugas
mengisi kekosongan itu sebelum guru kelas tersebut hadir.
c. Masalah
antar siswa
Jika terjadi masalah antar siswa yang dapat
diselesaikan antar mereka, ketua kelas dapat melapor kepada wali kelas untuk
bersama-sama memecahkan dan mengatasi masalah tersebut.
d. Upacara
bendera
Jadwal dan pengaturan upacara bendera harus sudah
ditentukan. Pengaturan ini meliputi giliran yang bertugas baik dari pihak guru
maupun dari pihak siswa. Sehingga semua sivitas tahu persis jadwal upacara,
pakaian yang harus dikenakan, aturan acara upacara pengumuman sekolah, dan
siapa yang harus menjadi pembina upacara yang sekaligus memberi nasehat atau
pengarahan pada upacara tersebut.
e. Kegiatan
lain
Kegiatan lain yang merupakan kegiatan rutin kelas atau
sekolah antara lain adalah:
1) Menanyakan
kesehatan dan kehadiran siswa
2) Prosedur
penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa
3) Penyampaian
peraturan sekolah yang baru
4) Kegiatan
yang bersifat rekreasi dan sosial seperti pesta sekolah, pekan seni dan olah
raga, hari libur, kematian anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana alam.
4.
Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik akan
turut mempengaruhi manajemen pembelajaran ke dalam kondisi administrasi teknik
ini termasuk:
a.
Daftar presensi
Daftar presensi
siswa dan guru dikelola sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Hendaknya diadakan pengecekan secara
periodik terhadap daftar presensi ini.
b.
Ruang bimbingan siswa
Ruang khusus, hendaknya tersedia
yang dapat digunakan untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru,
wali kelas atau guru pembimbing di sekolah.
c.
Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan
oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada waktu luang, hendaknya tersedi, begitu
pula tempat bermain yang mengandung nilai edukatif akan sangat membantu
mengatasi masalah manajemen kelas.
d.
Tempat sampah
Tempat sampah hendaknya tersedia pada
tempat khusus sehingga siswa didorong untuk membiasakan diri hidup teratur.
e.
Catatan pribadi siswa
Dengan catatan pribadi siswa, guru
akan mengenal siswa secara lebih lengkap termasuk latar belakang kehidupannya.
Isi catatan pribadi siswa dapat meliputi kehadiran, catatan akademik seperti
hasil tes bakat, kecepatan membaca, kesehatan fisik, sikap sosial, catatan
anekdotal dan sebagainya.
Catatan pribadi
siswa mempunyai peranan penting dalam hubungannya dengan manajemen kelas baik
dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka mengatasi tingkah laku yang sudah
terlanjur.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BELAJAR
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan menjadi
dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1.
Faktor
Intern
Faktor ini
meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
a. Faktor
jasmaniah
Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut
terganggu. Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
puling, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada
gangguan/kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b. Faktor
psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah:
1)
Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang lama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi normal dapat berhasil denagn baik dalam belajarnya jika kondisi yang diciptakan mendukung tejadinya pembelajaran yang efisien dan efektif.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang lama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi normal dapat berhasil denagn baik dalam belajarnya jika kondisi yang diciptakan mendukung tejadinya pembelajaran yang efisien dan efektif.
2)
Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian. Caranya antara lain adalah dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya, berkualitas, aktual dan mengkaitkan bahan tersebut dengan pelajaran yang lalu, mengemukakan manfaat bagi anak baik dengan pelajaran yang sedang dibicarakan maupun dengan bahan yang akan datang, dan manfaat kelak dimasyarakat.
Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian. Caranya antara lain adalah dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya, berkualitas, aktual dan mengkaitkan bahan tersebut dengan pelajaran yang lalu, mengemukakan manfaat bagi anak baik dengan pelajaran yang sedang dibicarakan maupun dengan bahan yang akan datang, dan manfaat kelak dimasyarakat.
3)
Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan baik. Jika ada siswa kurang atau tidak berminat terhadap belajar perlu diusahakan cara membangkitkan minat tersebut. Minat dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cara tersebut antara lain adalah dengan menvariasikan media pembelajaran, mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan mengkaitkan denagn hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita siswa.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan baik. Jika ada siswa kurang atau tidak berminat terhadap belajar perlu diusahakan cara membangkitkan minat tersebut. Minat dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cara tersebut antara lain adalah dengan menvariasikan media pembelajaran, mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan mengkaitkan denagn hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita siswa.
4)
Bakat
Peserta didik bagaikan sebuah golok, ada bagian yang runcing dan ada bagian yang tumpul (bagian punggung golok). Siswa yang memiliki bakat ibarat bagian golok yang runcing. Jika bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa yang berbakat maka pelajaran itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Lain halnya terhadap siswa yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan sehingga siswa tadi dapat menguasai materi yang sudah diajarkan.
Peserta didik bagaikan sebuah golok, ada bagian yang runcing dan ada bagian yang tumpul (bagian punggung golok). Siswa yang memiliki bakat ibarat bagian golok yang runcing. Jika bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa yang berbakat maka pelajaran itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Lain halnya terhadap siswa yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan sehingga siswa tadi dapat menguasai materi yang sudah diajarkan.
5)
Motif
Dalam proses belajar mengajar harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif siswa belajar, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.
Dalam proses belajar mengajar harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif siswa belajar, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.
6)
Kematangan
Kematangan merupakan tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus. Agar kematangan yang ada pada diri siswa dapat dikembangkan perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kondisi atau cara itu antar lain adalah dengan pemberian latihan yang terus menerus dan konsisten, pemberian tugas yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana ke yang kompleks.
Kematangan merupakan tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus. Agar kematangan yang ada pada diri siswa dapat dikembangkan perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kondisi atau cara itu antar lain adalah dengan pemberian latihan yang terus menerus dan konsisten, pemberian tugas yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana ke yang kompleks.
7)
Kesiapan
Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa sudah dikatakan sudah memiliki kesiapan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh para peserta didik yang memiliki kesiapan tinggi akan terjadi proses pembelajaran yang optimal dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.
Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa sudah dikatakan sudah memiliki kesiapan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh para peserta didik yang memiliki kesiapan tinggi akan terjadi proses pembelajaran yang optimal dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.
8)
Faktor kelelahan
Kelelahan baik jasmani ataupun
rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, guru
harus memberikan pengertian kepada para siswa untuk berusaha menghindari
terjadinya kelelahan dalam belajarnya. Misanya, para siswa diberi penjelasan
agar mereka mengusahakan tidur dan istirahat yang cukup dan teratur,
mengusahakan variasi dalam belajar, olah raga secara teratur agar kondisi badan
tetap segar.
2. Faktor Ekstern
Faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan kedalam faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a. Faktor
keluarga
Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
1) Cara orang
tua mendidik
2) Relasi/hubungan
antara anggota keluarga
3) Suasana
rumah
4) Keadaan
ekonomi keluarga
5) Sikap dan
perhatian orang tua
6) Latar
belakang kebudayaan orang tua
b. Faktor
sekolah
Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
Metode mengajar, Kurikulum, Hubungan guru dengan para siswa, Hubungan siswa
dengan siswa, Disiplin sekolah, Peralatan/ media pelajaran, Waktu sekolah,
Sarana dan prasarana sekolah, Metode belajar siswa dan Tugas sekolah
c. Faktor
masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap
keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan
siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan:
1) Kegiatan
siswa dalam masyarakat
2) Mass media
yang beredar/ada dalam masyarakat
3) Pengaruh
teman bergaul
4) Pola hidup
masyarakat
2.3 MENGAJAR YANG EFEKTIF
Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka mengalami proses belajar.
Dalam belajar paar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif demi tuntutan
tersebut guru harus membantu dengan cara mengajar yang efektif pula.
Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif.
Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar
yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal dan terjadinya proses belajar.
Kondisi yang dimaksud hanya dapat terjadi apabila guru mengajar menggunakanan
prinsip-prinsip mengajar.
Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar, yang apabila ke
enam prinsip mengajar itu digunakan/ di tempatkan dengan sebaik-baiknya maka
iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar
akan dicapai. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Konteks
Belajar, sebagian besar tergantung pada konteks
belajar itu sendiri. Situasi problematik yang mencakup tugas untuk belajar
hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting bukan memaksa
bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena
tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu dinyatakan dalam kerangka suatu konteks
yang sifatnya konkret, dapat ditiru dan dapat dilaksanakan dengan teratur.
Selain itu, tugas tersebut harus dapat memberikan dorongan seluas-luasnya untuk
bereksperimentasi, bereksplorasi, dan daya penentu. Tugas tersebut dapat juga
mengarah kepada pengawasan melalui pengertian dan pemahaman serta yang
memungkinkan transfer dari dan kepihak lain. Ciri-ciri konteks yang baik
adalah:
a. Dapat
membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secra dinamis dan kuat
b. Terdiri dari
pengalaman yang aktual dan konkret
c. Pengalaman
konkret yang dinamis merupak alat untuk menyusun pengertian dan bersifat
sederhana dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.
2. Fokus
Proses pembelajaran perlu diorganisasikan dengan bahan
belajar. Disamping itu pembelajaran yang penuh makna dan efektif harus
diorganisasikan disekitar satu fokus. Pengajaran akan berhasil dengan
menggunakan vokalisasi, sehingga mutu pembelajaran lebih meningkat. Untuk
mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri
yang baik, seperti uraian berikut ini:
a.
Memobilisasi tujuan
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengajaran harus dapat membangkitkan
keinginan untuk belajar. Konteks bermaksud membengkitkan tujuan, sedangkan
fokus merumuskan dan mengarahkan tujuan. Jadi fokus belajar mengajar yang baik
harus mampu memobilisasi keinginan belajar.
b.
Memberi bentuk dan uniformitas pada belajar
Belajar yang efektif mempunyai ciri antara lain
uniformitas (keseragaman). Keseragaman artinya terdapat koordinasi intern dari
relasi-relasi yang terdapat dalam unit pelajaran itu, atau terdapat strukturalisasi
sehingga dapat menimbulkan fokus yna wajar.
c. Mengorganisasi
belajar
Mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi
dan penemuan fokus yang baik harus menimbulkan suatu pertanyaan yang perlu
dijawab, suatu soal yang perlu di pecahkan, suatu pengertian yang harus
dipahami dan digunakan. Dengan demikian, akan timbul organisasi belajar yang
tepat, yang memungkinkan terjadinya proses penangkapan pengertian, melihat
eksplorasi dan penemuan.
d. Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa berlatih bekerjasama dalam
kerja kelompok, diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawab bersama dalam
proses pemecahan masalah timbulnya pertanyaan, saran, dan komentar mendorong
siswa untuk brfikir lebih lanjut dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu
makna dan efektivitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka sosial
tempat belajar itu sangatlah berlaku. Disini berlaku prinsip pengajaran
sosialisasi. Kondisi sosial pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap
proses belajar yang sedang berlangsung dikelas itu.
e. Individualisasi
Dalam mengorganisai belajar mengajar guru
memperhatikan taraf kesanggupan setiap siswa dan merangsangnya untuk menentukan
bagi dirinya sendiri apa yang dilakukan sebaik-baiknya. Belajar dengan penuh
makna harus dilaksanan sesuai dengan bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan
siswa sendiri, dan dengan prosedur esperimental yang berlaku.
f. Urutan
Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada
mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan prinsip konteks, vokalisasi,
sosialisasi, dan individualisme. Namun demikian, guru juga harus
mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara
tepat menurut waktu atau urutannya.
f.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses
belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses
belajar itu evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus
diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar efektif dan rusel
ditambah oleh evaluasi yang bermutu akan mengenai pada semua
aspek belajar. Evaluasi sebagai suatu alat untuk mendapatkan cara-cara
melaporkan hasil-hasil pelajaran yang dicapai dan dapat memberi laporan tentang
siswa kepada siswa itu sendiri serta kepada orangtuanya. Evaluasi dapat pula
digunakan untuk menilai metode mengajar yang digunakan dan untuk mendapatkan
gambaran komperhensip tentang siswa sebagai perseorangan, dapat juga membawa
siswa pada taraf belajar lebih baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pembelajaran yang
efektif dapat bermula dari kondisi kelas yang mendukung. Untuk menciptakan
suasana kelas yang menggairahkan diperlukan suatu pengaturan atau penataan
ruang kelas dan isinya selama proses pembelajaran. Pengaturan lingkungan
belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuan
kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak
untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara
fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar dan karena itu akan dapat
memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif produktif. Itulah sebabnya, mengapa
setiap anak perlu diberikan kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai
dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.
Pengelolaan kelas yang baik dapat dilakukan dengan 6
cara, yaitu penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif, penataan ruang
belajar sebagai sentra belajar, penciptaan atmosfir belajar yang kondusif,
penetapan strategi pembelajaran, pemanfaatan media dan sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar.
3.2 Saran
Saran yang kami sampaikan sesuai dengan permasalahan
diatas adalah:
a.
Guru
diharapkan dapat mengatur/menyetting ruangan kelas sehingga dapat memotivasi
siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan kondisi yang aman, nyaman, dan
tentram.
b.
Guru diharapkan dapat menciptakan interaksi
aktif dalam kegiatan pembelajaran agar proses kegiatan belajar dapat berjalan
dengan optimal.
c.
Pastikan
guru selalu memperhatikan prinsip-prinsip penataan lingkungan fisik kelas.
d.
Guru
diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
mengasyikkan, mencerdaskan, dan menguatkan sehingga akan tercipta iklim belajar
yang kondusif.
e.
Selalu
menciptakan kondisi sosio-emosional dalam kelas agar dapat tercipta
kegairahan/semangat belajar siswa dan tercapainya tujuan pengajaran dengan
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Rachman, Maman. 1998/1999. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Dierektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
http://myblogassyamil.blogspot.com/2012/02/pembagian-hadist-dan-syarat-sayrat.html
0 komentar:
Posting Komentar