Minggu, 30 Juni 2013

apresiasi sastra

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang masalah
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja "ti appreciate" yang berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa Indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Dalam makalah ini kami mencoba membahas mengenai definisi dari apresiasi sastra, tujuan beserta manfaat dari apresiasi sastra dan tahapan dalam mengapresiasikan sastra.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan apresiasi sastra dan karya sastra anak?
2.      Apa saja bentuk karya sastra?
3.      Apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak secara reseptif?
4.      Apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak secara produktif?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian apresiasi sastra dan karya sastra anak.
2.      Mengetahui bentuk-bentuk karya sastra.
3.      Mengetahui apresiasi karya sastra secara reseptif.
4.      Mengetahui apresiasi karya sastra secara produktif.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Apresiasi Sastra dan Karya Sastra Anak
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti penghargaan,penilaian,pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti appreciate" yang berarti menghargai, menilai,mengerti dalam bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa, atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Sedangkan karya sastra anak adalah karya sastra yang isinya mengenai anak-anak; kehidupannya,kesenangannya,sifat-sifatnya,dan perkembangannya. Perbeda-an yang mencolok antara karya sastra anak dengan karya sastra orang dewasa terletak pada tingkat keterbacaan dan tingkat kesesuaiannya.
Keterbacaan adalah mudah tidaknya suatu bacaan untuk dicerna,dihayati,dipahami, dan dinikmati oleh pembacanya. Kriteria keterbacaan meliputi: kejelasan bahasa, kejelasan tema, kejelasan tema, kesederhanaan plot, kejelasan perwatakan, kesederhanaan latar, dan kejelasan pusat pengisahan. Sedangkan kesesuaian, karya sastra anak-anak harus memperhatikan perkembangan psikologi atau jiwa, usia dan moral anak-anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.
2.2  Bentuk Karya Sastra
Menurut bentuknya karya sastra dapat dibedakan menjadi: prosa, puisi, dan drama.
           Prosa adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan kalimat-kalimat yang disusun secara horizontal. Kalimat-kalimat yang disusun membentuk kesatuan pikiran menjadi paragraf, paragraf membentuk bab atau bagian-bagian, dan seterusnya.
           Puisi adalah karya sastra yang ditulis dengan bentuk larik-larik dan bait. Kalimat-kalimat disusun secara vertikal. Kalimat dalam puisi padat-padat.
           Drama adalah katya sastra yang ditulis dengan bahasa dalam bentuk dialog. Perbedaan karya sastra yang satu ini dengan karya sastra lainnya terletak pada tujuan penulisan naskahnya. Naskah drama ditulis dengan tujuan untuk dipertunjukkan, sedangkan karya sastra lain (prosa atau puisi) bertujuan untuk dibaca.
2.3  Apresiasi Sastra Secara Reseptif
Apresiasi sastra secara reseptif adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan menyaksikan pementasan drama.
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara reseptif, diantaranya sebagai berikut:
1.      Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Menurut Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan  isi atau gagasan yang lucu atau menarik.
2.      Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat, petuah, nasihat, pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin (2004: 47) mengemukakan bahwa pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
3.      Pendekatan Analitis
Aminuddin (2004: 44) mengemukakan bahwa pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur intrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya. Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkan diatas. Dianggap telah memadai, jika telah dapat mengungkapakan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca, dan dapat menunjukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung atau saling bertentangan, serta mampu memaparkan pesan-pesan yang dapat memperkaya pengalaman rohaniah.
Aminudin (2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi adalah tema, latar, alur, penokohan dan sudut pandang, dan gaya bahasa.
2.4   Apresiasi Sastra Secara Produktif
Apresiasi produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan penciptaan. Dalam hubungannya dalam apresiasi produktif, pengapresiasian dituntun menghasilkan karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa, drama, pementasan karya sastra, dan esai.  
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara produktif, diantaranya sebagai berikut:
1.      Pendekatan Parafrastis
Parafrase merupakan salah satu keterampilan yang dapat meningkatkan apresiasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan pokoknya. Aminudin (2004) menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk karya sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan menggunakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang.
Di samping itu, Aminudin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa:
a)      Pengubahan bentuk karya sastra tertentu kedalam bentuk sastra yang lain akan semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman pembaca yang bersangkutan.
b)      Gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda.
c)      Simbol yang konotatif dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan mudah dipahami.
d)     Pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.
I.G.P Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara,yaitu teknik larik, teknik bait, dan teknik global.
2.      Pendekatan Analitis
Pendekatan Analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh (Aminuddin,2004).
Menurut I.A Richard (dalam Situmorang, 1980) ada dua hal pokok yang membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi meliputi diksi, gaya bahasa, kata konkret, gaya bayang, irama dan rima. Hubungan keduanya erat, oleh Karigan (1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh. Sehingga hakikat puisi dapat disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi dapat disebut sebagai unsur lahiriah puisi.
a)      Unsur Lahiriah (Metode Puisi)
1)      Diksi
Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan dengan maksud puisinya, baik secara denotatif maupun konotatif.
2)      Gaya bahasa
Gaya bahasa ialah gaya tertentu yang digunakan penyair untuk menciptakan kesan tertentu, daya bayang dan nilai keindahan.
3)      Kata konkret
Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat mewakili suatu pengertian secara konkret dengan memilih kata yang khusus, bukan yang umum, misal:
-        Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
-        Anak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya. (kata umum)
4)      Daya bayang (imagery)
Daya bayang adalah kemampuan penyair mendskripsikan atau melukiskan suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan benda atau mengalami peristiwa seperti yang disaksikan atau dialami penyair tersebut.
5)      Irama dan rima
Irama adalah berkaitan dengan kera lembutnya suara (tekanan), panjang pendeknya suara (tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian sejenak (jeda) dan lainnya. Rima adalah persamaan bunyi awal, akhir, awal-akhir.

b)      Unsur Batiniah Puisi
1)      Tema
Tema ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik puisi.
2)      Rasa
Rasa ialah sikap pandang penyair terhadap pokok persoalan atau tema tertentu.
3)      Nada
Nada ialah sikap bahasa penyair tehadap penikmat karyanya.
4)      Amanat
Amanat ialah pesan, nasihat, petuah, yang disampaikan oleh penyair dalam karyanya baik secara langsung atau tak langsung.












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa, atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Sedangkan karya sastra anak adalah karya sastra yang isinya mengenai anak-anak; kehidupannya,kesenangannya,sifat-sifatnya,dan perkembangannya.
Menurut bentuknya karya sastra dapat dibedakan menjadi prosa, puisi, dan drama.
Apresiasi sastra anak-anak secara reseptif adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra anak-anak, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan menyaksikan pementasan drama. Pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif diantaranya adalah pendekatan Emotif, pendekatan Didaktis, pendekatan Analitis.
Apresiasi produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan penciptaan. Dalam hubungannya dalam apresiasi produktif, pengapresiasi dituntun menghasilkan karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa, drama, pementasan karya sastra, dan esai. Pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara produktif diantaranya adalah pendekatan Parafrastis dan pendekatan Analitis.
3.2  Saran
Penulis berharap pendidik dapat menggunakan dan menghasilkan sebuah apesiasi karya sastra anak-anak secara reseptif dan produktif agar anak-anak mendapatkan pembelajaran tentang sastra sesuai dengan porsinya dan lebih meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak dalam dunia sastra.




DAFTAR PUSTAKA
Zuchdi, D. dan Budiasih. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Faisal, M. dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Semarang: Departemen Pendidikan Nasional.



menulis prosa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG
Dunia sastra dilihat dari ruang lingkup apapun akan sangat luas, bicara mengenai sastra tidak akan ada batasan – batasannya , dilihat dari jenis sastra sendiri, sastra dibagi menjadi dua yaitu sastra imajinatif dan sastra nonimajinatif. Imajinasi sendiri berasal dari kata imagination yang berarti angan – angan atau khayal. Jadi, karya sastra imajinatif adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan sifat khayali pengarang sehingga cerita dalam karya sastra imajinatif bukanlah suatu kejadian sebenarnya. Karya sastra imajinatif terdiri dari tiga jenis yaitu prosa, puisi dan drama. Dalam hal ini penulis mengankat sebagai judul makalah yaitu menulis prosa yang termasuk dalam sastra imajinasi yang telah disebutkan di atas. Bagi sebagian orang menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan, lebih-lebih menulis prosa. Sebagai ketrampilan berbahasa menulis membutuhkan dasar untuk menjadi sebuah bacaan yang menarik bagi pembacanya.
Lebih – lebih Sebagai guru bahasa menulis merupakan satu ketrampilan yang perlu diberikan kepada anak didik yang diharapkan mampu memanfaatkannya sebagai kecakapan hidup (life skill). Walaupun tidak diharapkan menjadi satrawan tetapi menulis dapat menjadi penunjang tambahan bagi kehidupan mereka.

1.2              Rumusan Masalah
1.                  Apa pengertian dari prosa?
2.                  Apa jenis – jenis prosa?
3.                  Apa saja prosa berdasarkan pembabakannya?
4.                  Apa itu prosa lama dan prosa baru?
5.                  Apa saja ciri – ciri dari prosa lama dan prosa baru?
6.                  Bagaimana teknik penulisan prosa?

1.3              Tujuan
1.                  Menjelaskan apa itu prosa
2.                  Menyebutkan dan menjelaskan jenis – jenis prosa
3.                  Menyebutkan Jenis prosa berdasarkan pembabakannya
4.                  Menjelaskan prosa lama dan prosa baru
5.                  Menjelaskan ciri – ciri prosa lama dan prosa baru
6.                  Menjelaskan teknik – teknik penulisan prosa


1.4     Manfaat
Untuk membekali siswa dalam mengembangkan karya sastra dengan menuangkan  perasan dan fikiran yang dituangkan dalam bentuk prosa baik berupa prosa fiksi maupun non fiksi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Prosa
Prosa adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan kalimat-kalimat yang disusun susul menyusul. Kalimat-kalimat yang disusun membentuk kesatuan pikiran menjadi paragraph, paragraph membentuk bab atau bagaian-bagian dan seterusnya. Prosa adalah karangan bebas. Maksudnya, penulis prosa dapat secara bebas menuliskan apa yang ada di dalam pikirannya, tanpa harus terikat oleh aturan tertentu. Penulis tidak perlu menggunakan bentuk kata yang dibuat-buat agar terasa indah. Penulis tidak perlu bersusah payah mencari kata-kata atau huruf-huruf yang bunyinya sama di akhir kalimat. Tak perlu pula menghitung jumlah huruf, suku kata, dan kata yang dipergunakan untuk mengutarakan ide atau pesannya secara tertulis. Itulah kebebasan yang dimaksud dalam menulis prosa.
Kebebasan dalam menulis prosa, tidak berarti kebebasan tanpa batas. Karena ada bentuk prosa yang memperhatikan keindahan bahasa. Jadi ada prosa yang menitikberatkan pada unsur keindahan bahasa yang dipergunakan dalam pemerian suatu objek tertentu.
Prosa yang merupakan pemerian langsung dan lebih menitikberatkan pada kejelasan objek yang diuraikan disebut prosa yang bukan merupakan cipta sastra atau disebut juga karangan nonfiksi. Prosa yang merupakan pemerian langsung dan menitikberatkan pada unsur keindahan bahasa disebut prosa yang merupakan cipta sastra atau disebut juga karangan fiksi. Prosa merupakan karangan bebas, dan pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Sebuah karangan tidak terikat pada jumlah kalimat tertentu. Banyaknya kalimat bergantung pada panjang pendeknya karangan.
2)       Tiap kalimat tidak terikat oleh ketentuan banyaknya kata maupun suku kata.
3)      Tidak ada ketentuan yag menyangkut persamaan bunyi.
2.2   Jenis-jenis Prosa
1.      Prosa Deskripsi
      Deskripsi adalah karya tulis yang menuliskan sesuatu. Artinya apa-apa yang dapat diamati oleh si penulis yang mungkin juga oleh si pembaca. Penulis memiliki kemampan dan keinginan dalam mengindera (mendengar, melihat, merasakan, dan sebagainya) tentang objek dan karya tulisnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penginderaan penulis dalam memapaparkan suatu objek ialah tujuan penulis memaparkan objek tersebut. Faktor tujuan inilah yang mewarnai isi tulisan tersebut. Karena tujuan ini akan menjadi suber bagi si penulis di dalam mengadakan pendekatan terhadap objek itu.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menulis prosa deskripsi ialah:
1.                  Rumuskan dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh penulis;
2.                  Amatilah dengan seksama objek yang dijadikan topik dalam penulisan tersebut;
3.                  Buatlah perincian tentang apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh penulis mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan dengan tujuan penulisan;
4.                  Supaya kekhususan menonjol, berilah penjelasan tambahan.
2.       Prosa Eksposisi
Eksposisi adalah karya tulis yang sasarannya untuk menjelaskan sesuatu, memberi keterangan dengan gamblang tentang sesuatu, atau mengembangkan sebuah gagasan.
Dengan prosa eksposisi diharapkan pembaca mendapatkan kejelasan tentan sesuatu yang dijadikan sebagai topik karangan tersebut. Penulis eksposisi harus mampu mengembangkan sesuatu objek secara gamblang dan terinci dengan segala aspek atau usur yang dianggap perlu untuk dijelaskan agar pembaca benar-benar dapat memahami maksud penulis. Oleh karena itu agar eksposisi lebih jelas, dapat dilengkapi dengan deskripsi atau lukisan, dan agar lebih gamblang lengkapilah dengan contoh, gambar, angka-angka, grafik, peta, dan lain-lain.  Dengan demikian, diharapkan pembaca tidak hanya dapat memahami eksposisi melalui ungkapan dalam bentuk kalimat-kalimat, melainkan juga mendapat gambaran konkret melalui visualisasi contoh, gambar, diagram, dan lain-lain. Hal lain yang dapat dijadikan pedoman dalam menulis eksposisi adalah tujuannya, yakni memberikan penjelasan agar tumbuh pengertian pada diri si pembaca. Eksposisi ingin memberikan tambahan pengetahuan dan pengertian tentang sesuatu hal kepada si pembaca.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menulis eksposisi adalah sebgai berikut:
1.      Menentukan topik yang akan disajikan;
2.      Menentukan tujuan eksposisi;
3.      Membuat kerangka yang lengkap dan sistematis. Isi kerangka karangan eksposisi ini harus sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh penulis;
4.      Mengembangkan eksposisi sesuai dengan kerangka karangan .
5.      Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam mengembangkan eksposisi dapat memaknai pola sebagai berikut:
6.      Definisikan, apa itu?
7.      Klasifikasikanlah, ceritakan apa itu?
8.      Ilustrasikanlah dengan contoh, gambar, grafik dan sebagainya.
9.      Bandingkanlah atau pertentangkanlah dengan hal lain.apakah kesamaan atau perbedaannya?
10.  Analisislah, apa sebab dan akibatnya secara fungsional?

3.      Prosa Argumentasi
Kata argumentasi berasal dari kata argumen yang artinya alasan. Jadi argumentasi itu karya tulis yang di dalamnya memuat pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan. Penulis argumentasi ingin memberikan pengaruh kepada pembaca, sehingga pembaca dapat berbuat sesuai dengan kehendak penulis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam menulis argumentasi, penggunaan contoh dan bukti kuat dan keyakinan sangat perlu diperhatikan. Suatu argumentasi tanpa disertai dengan contoh dan bukti yang nyata sangat sedikit kemungkinan dapat diterima oleh pembaca.
Langkah-langkah dalam membuat karangan argumentasi ialah sebagai berikut:
1.      Menetapkan tujuan yang akan dicapai
2.      Mengumpulkan bahan, yakni kumpulan fakta dan kesaksian
3.      Menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan cara menghubung-hubungkan data harus hati-hati, penulis harus bekerja dengan penalaran yang sehat. Penalaran dalam mengambil kesimpulan dapat dilakukan secara induksi atau deduksi. Penalaran secara induksi maksudnya penalaran itu dimulai dengan mengemukakan bukti-bukti nyata, kemudian diakhiri dengan suatu kesimpulan, sedangkan kalau secara deduksi, penalaran, baru kemudian diikuti dengan bukti-bukti nyata.
4.      Penutup. Pada bagian ini penulis mengajak, mendorong dan meyakinkan pembaca agar mau menerima dan mengakui kebenaran argumentasi dari penulis. Sehingga pembaca mau dan mampu melaksanakan pendapat, gagasan atau saran dari penulis.

4.      Prosa Narasi
Narasi adalah tipe cerita rekaan yang gaya ungkapannya menceritakan atau menuturkan. Tipe narasi biasanya memberikan kesan gerak dan lancar kepada pembaca. Peristiwa demi peristiwa terasa bergerak dari awal hingga akhir. Dengan demikian, pembaca akan mendapat gambaran yang jelas, seolah-olah dia sendiri melihat objek yang dituturkan oleh penulis.
Dalam menciptakan tulisan berbentuk narasi diperlukan pegelolaan yang tepat dan pemilihan kata yang lebih jitu. Topik yang akan dijadikan suatu narasi harus mengandung konflik atau pertentangan antar manusia atau keinginan manusia dengan gagasan menulis. Konflik ini dapat pula terjadi antara keinginan seseorang dengan kenyataan atau tuntutan keadaan dari lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa langkah-langkah menulis narasi adalah sebagai berikut:
  1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis.
  2. Menetapkan atau memilih tema dan menyusun topik-topik atau pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tujuan.
  3. Mengelompokkan pokok-pokok pikiran menjadi tiga bagian, yaitu untuk bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.
  4. Mengembangkan tiap-tiap bagian, yakni pada bagian awal penulis menuturkan pokok-pokok pikiran yang membawa dan menarik pembaca ke dalam narasi; pada bagian tengah penulis menuturkan informasi yang berkenaan dengan titik konflik itu terjadi. Pada bagian ini konflik didramatisasi sebagai informasi bagi pembaca untuk memahami narasi. Kemudian, pada bagian akhir adalah sebagai pembayangan yang akan terjadi atau sebagai bagian penjelasa konflik tersebut.
5.    Prosa Persuasi
Kata persuasi diambil dari bahasa inggris ”persuation”. Persuasi adalah bentuk karangan yang isinya merupakan suatu pembahasan tentang suatu topik tertentu dengan tujuan agar pembaca menjadi terbujuk atau tertarik untuk menerima ide atau pesan tersebut dari penulis.
Dengan persuasi, penulis berusaha menyakinkan pembaca akan manfaat atau keuntungan yang akan didapat dengan melaksanakan ide/ pesan penulis.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara prosa argumentasi dengan prosa persuasi. Persamaan terdapat dalam tujuannya, yaitu mendorong pembaca untuk menyetujui ide/ gagasan dari penulis. Sedangkan perbedaannya adalah, dalam argumentasi pada awalnya tidak terlalu menuntut kepada pembaca agar tergerak hatinya untuk menyetujui ide penulis. Sedangkan dalam persuasi, penulis dari sejak awal sudah berusaha membujuk atau mendorong pembaca agar mau menerima pendapat penulis.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menulis prosa persuasi, adalah sebagai berikut:
  1. Menentukan tujuan karangan.
  2. Menentukan tema karangan.
  3. Menyusun pokok-pokok pikiran yang akan dikembangkan.
  4. Mengembangkan pokok-pokok pikiran, dengan uraian yang jelas dan contoh-contoh yang nyata manfaat dari objek yang dijadika objek dalam tema karangan.
  5. Penutup. Disini penulis menyimpulkan hasil pegembangan pokok-pokok pikiran tadi, terutama hal-hal yang mendorong agar pembaca menjadilebih terbuka hatinya, sehingga mau mengikuti gagasan penulis

2.3  Prosa berdasarkan Pembabakannya
1.      Prosa lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, dan bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.

Ciri – ciri Prosa Lama
1.      Statis
Kalau kita baca Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Bangsawan, dan prosa lama yang lain, bentuknya selalu sama, pola-pola kalimatnya sama, malahan banyak kalimat dan ungkapan sama betul, tema ceritanya pun sama.
2. Diferensiasi sedikit
Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
3. Tradisional
Prosa lama memiliki pola-pola bentuk yang dijadikan transisi. Kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering diulang-ulang.
4. Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat
Kebanyakan hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya. Kalau dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan bukan nama pengarang yang sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.
5. Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu
dan kejadian-kejadiannya (tidak kronologis). Nama-nama tempat terjadinya perisitiwa juga tidak jelas.
6. Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
a)       Banyak memakai kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, misalnya: harta, syahdan, maka, arkian, sebermula, dan lalu.
b)       Banyak memakai bentuk yang tetap sehingga terdapat banyak pengulangan kata, misalnya: Kata sahibul hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andalas Palembang namanya, Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan, Muara Tatang nama sungainya. (dari Sejarah Melayu)
c)       Banyak memakai bentuk partikel pun dan lah
d)       Banyak memakai kalimat inversi, misalnya: Syahdan maka bertemulah rakyat Siam dengan rakyat Keling, lalu berperang. Lalu diceritakanlah segala kelakuan tuan putri dengan nahkoda itu.
7. Pokok Cerita
Selalu raja-raja dengan istananya, pemerintahannya, orang bawahannya, dan lain-lain. Tidak pernah menceritakan orang kebanyakan, kalaupun ada, yang diceritakan adalah orang kebanyakan yang luar biasa. Misalnya, orang yang sangat dungu atau yang sangat cerdik dan orang yang selalu malang.

Adapun bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
1. Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
2. Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
3. Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
4. Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut:
a. Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Beberapa contoh fabel, adalah: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dll.
b. Mite (Mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib. Contoh-contoh sastra lama yang termasuk jenis mitos, adalah: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dll.
c. Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dll.
d. Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage, adalah: Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dll.
e. Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Mahabarata, Bhagawagita, dll.
f. Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dll.
5. Cerita berbingkai, adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.
2. Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat.
Ciri – ciri Prosa Baru
  •  Rakyat sentris (keadaan masyarakat)
  • Dinamis(bisa diubah)
  • Dipengaruhi sastra Inggris dan Belanda
  • Adanya pengarang

Bentuk-bentuk Sastra Prosa Baru :

1. Roman, adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:

         a. Roman bertendens, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.

        b. Roman sosial, memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.

       c. Roman sejarah, yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.

d. Roman psikologis, yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.

e. Roman detektif, yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.

2. Novel, berasal dari Italia yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.

3. Cerpen, adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.

4. Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.

5. Kritik, adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.

6. Resensi, adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.

7. Esai, adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.


2.4 Teknik Menulis
Bagi sebagian orang, menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan, lebih-lebih menulis prosa. Berikut ini adalah teknik-teknik menulis prosa:
1.      Teknik evita
Teknik Evita merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan siswa secara langsung menjadi tokoh dalam suatu cerita yang akan ditulis. Langkah pertama munculkan seorang tokoh bernama Evita yang dalam hal ini dijadikan sebagai objek konflik, langkah kedua siswa menjadi tokoh lain yang terlibat peristiwa dengan langsung mendialogkan dengan tokoh lain.Selanjutnya siswa diminta untuk mengungkapkan kembali peritiwa yang baru saja mereka dialogkan menjadi sebuah prosa. Terserah siswa akan memulai dari peristiwa mana yang penting dasar cerita mereka sesuai dengan konflik yang mereka dialogkan.
2.      Teknik kenangan lama
Teknik Kenangan Lama merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan memori (kenangan) yang paling berkesan dalam diri siswa. kemampuan menggali sesuatu yang pernah dialami dan ketrampilan meramu konflik enjadi sebuah alur yang runtut merupakan satu modal besar bagi siswa.
3.      Teknik dia yang malang
Teknik Dia yang Malang merupakan teknik menulis prosa dengan menceritakan teman, sahabat, atau orang lain yang mengalami peristiwa tragis atau mengenaskan. Dalam teknik ini pigura cerita merupakan satu bagian yang menarik untuk masuk ke inti cerita. Maksudnya sebelum ke inti kemalangan, rangkaian alur diawali dengan peritiwa pertemuan dengan tokoh yang malang kemudian dia mencitakan, setelah itu akhiri dengan peristiwa perpisahan menggunakan latar yang sama saat pertemuan pertama.Jadi ending cerita berlatar sama dengan latar pertemuan
4.      Teknik reportase
Teknik Reportase merupakan teknik ulasan dari peristiwa yang dilihat baik peristiwa dalam perjalanan maupun peristiwa pengalaman.Objek tempat dan konflik menjadi dasar untuk mengembangkannya menjadi sebuah tulisan prosa.
Demikian empat teknik yang sangat mudah dilaksanakan sebagai dasar sebelum menulis. jadi menulis prosa itu mudah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prosa adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan kalimat – kalimat yang disusun susul – menyusul. Kalimat – kalimat yang disusun membentuk kesatuan pikiran menjadi paragraf, paragraf mrmbentuk bab atau bagian – bagian dan seterusnya.
Secara umum prosa banyak jenisnya, antara lain prosa deskripsi yaitu prosa yang menuliskan sesuatu berdasarkan penggambaran dari penulisnya yang diperoleh melalui indra penglihatan, pendengaran dan sebagainya, prosa eksposisi yaitu sejenis prosa yang menjelaskan sesuatu secara gamblang, prosa argumentasi yaitu prosa yang memberikan sejumlah pendapat dengan tujuan agar pembaca dapat terbawa oleh penulis, prosa Narasi adalah tipe cerita rekaan yang gaya ungkapannya menceritakan atau menuturkan. Tipe narasi biasanya memberikan kesan gerak dan lancar kepada pembaca. Prosa Persuasi adalah bentuk karangan yang isinya merupakan suatu pembahasan tentang suatu topik tertentu dengan tujuan agar pembaca menjadi terbujuk atau tertarik untuk menerima ide atau pesan tersebut dari penulis.
Sedangkan berdasarkan pembabakannya terdiri dari prosa lama dan prosa baru, keduanya memiliki pengertian yang berbeda, ciri – ciri yang berbeda, serta jenisnya berbeda pula.
Dalam penulisan prosa, memiliki beberapa teknik penulisan, tujuannya agar mempermudah dalam membuat sebuah karya sastra berbentuk prosa.

3.2 Saran
a.       Prosa adalah karya sastra yang mudah dibuat karena adanya unsur kebebasan, dimana berbeda dengan puisi yang terikat oleh aturan – aturan, perbanyaklah membuat karya sastra berbentuk prosa untuk menuangkan karsa cipta dan perasaan dan pelajarilah berbagai jenis serta teknik penulisan guna mempermudah dalam penulisan prosa.
Berikan pembelajaran menulis prosa kepada anak – anak peserta didik guna membekali mereka untuk mempunyai keterampilan menulis, salah satunya menulis prosa.