Minggu, 30 Juni 2013

menulis prosa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG
Dunia sastra dilihat dari ruang lingkup apapun akan sangat luas, bicara mengenai sastra tidak akan ada batasan – batasannya , dilihat dari jenis sastra sendiri, sastra dibagi menjadi dua yaitu sastra imajinatif dan sastra nonimajinatif. Imajinasi sendiri berasal dari kata imagination yang berarti angan – angan atau khayal. Jadi, karya sastra imajinatif adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan sifat khayali pengarang sehingga cerita dalam karya sastra imajinatif bukanlah suatu kejadian sebenarnya. Karya sastra imajinatif terdiri dari tiga jenis yaitu prosa, puisi dan drama. Dalam hal ini penulis mengankat sebagai judul makalah yaitu menulis prosa yang termasuk dalam sastra imajinasi yang telah disebutkan di atas. Bagi sebagian orang menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan, lebih-lebih menulis prosa. Sebagai ketrampilan berbahasa menulis membutuhkan dasar untuk menjadi sebuah bacaan yang menarik bagi pembacanya.
Lebih – lebih Sebagai guru bahasa menulis merupakan satu ketrampilan yang perlu diberikan kepada anak didik yang diharapkan mampu memanfaatkannya sebagai kecakapan hidup (life skill). Walaupun tidak diharapkan menjadi satrawan tetapi menulis dapat menjadi penunjang tambahan bagi kehidupan mereka.

1.2              Rumusan Masalah
1.                  Apa pengertian dari prosa?
2.                  Apa jenis – jenis prosa?
3.                  Apa saja prosa berdasarkan pembabakannya?
4.                  Apa itu prosa lama dan prosa baru?
5.                  Apa saja ciri – ciri dari prosa lama dan prosa baru?
6.                  Bagaimana teknik penulisan prosa?

1.3              Tujuan
1.                  Menjelaskan apa itu prosa
2.                  Menyebutkan dan menjelaskan jenis – jenis prosa
3.                  Menyebutkan Jenis prosa berdasarkan pembabakannya
4.                  Menjelaskan prosa lama dan prosa baru
5.                  Menjelaskan ciri – ciri prosa lama dan prosa baru
6.                  Menjelaskan teknik – teknik penulisan prosa


1.4     Manfaat
Untuk membekali siswa dalam mengembangkan karya sastra dengan menuangkan  perasan dan fikiran yang dituangkan dalam bentuk prosa baik berupa prosa fiksi maupun non fiksi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Prosa
Prosa adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan kalimat-kalimat yang disusun susul menyusul. Kalimat-kalimat yang disusun membentuk kesatuan pikiran menjadi paragraph, paragraph membentuk bab atau bagaian-bagian dan seterusnya. Prosa adalah karangan bebas. Maksudnya, penulis prosa dapat secara bebas menuliskan apa yang ada di dalam pikirannya, tanpa harus terikat oleh aturan tertentu. Penulis tidak perlu menggunakan bentuk kata yang dibuat-buat agar terasa indah. Penulis tidak perlu bersusah payah mencari kata-kata atau huruf-huruf yang bunyinya sama di akhir kalimat. Tak perlu pula menghitung jumlah huruf, suku kata, dan kata yang dipergunakan untuk mengutarakan ide atau pesannya secara tertulis. Itulah kebebasan yang dimaksud dalam menulis prosa.
Kebebasan dalam menulis prosa, tidak berarti kebebasan tanpa batas. Karena ada bentuk prosa yang memperhatikan keindahan bahasa. Jadi ada prosa yang menitikberatkan pada unsur keindahan bahasa yang dipergunakan dalam pemerian suatu objek tertentu.
Prosa yang merupakan pemerian langsung dan lebih menitikberatkan pada kejelasan objek yang diuraikan disebut prosa yang bukan merupakan cipta sastra atau disebut juga karangan nonfiksi. Prosa yang merupakan pemerian langsung dan menitikberatkan pada unsur keindahan bahasa disebut prosa yang merupakan cipta sastra atau disebut juga karangan fiksi. Prosa merupakan karangan bebas, dan pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Sebuah karangan tidak terikat pada jumlah kalimat tertentu. Banyaknya kalimat bergantung pada panjang pendeknya karangan.
2)       Tiap kalimat tidak terikat oleh ketentuan banyaknya kata maupun suku kata.
3)      Tidak ada ketentuan yag menyangkut persamaan bunyi.
2.2   Jenis-jenis Prosa
1.      Prosa Deskripsi
      Deskripsi adalah karya tulis yang menuliskan sesuatu. Artinya apa-apa yang dapat diamati oleh si penulis yang mungkin juga oleh si pembaca. Penulis memiliki kemampan dan keinginan dalam mengindera (mendengar, melihat, merasakan, dan sebagainya) tentang objek dan karya tulisnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penginderaan penulis dalam memapaparkan suatu objek ialah tujuan penulis memaparkan objek tersebut. Faktor tujuan inilah yang mewarnai isi tulisan tersebut. Karena tujuan ini akan menjadi suber bagi si penulis di dalam mengadakan pendekatan terhadap objek itu.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menulis prosa deskripsi ialah:
1.                  Rumuskan dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh penulis;
2.                  Amatilah dengan seksama objek yang dijadikan topik dalam penulisan tersebut;
3.                  Buatlah perincian tentang apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh penulis mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan dengan tujuan penulisan;
4.                  Supaya kekhususan menonjol, berilah penjelasan tambahan.
2.       Prosa Eksposisi
Eksposisi adalah karya tulis yang sasarannya untuk menjelaskan sesuatu, memberi keterangan dengan gamblang tentang sesuatu, atau mengembangkan sebuah gagasan.
Dengan prosa eksposisi diharapkan pembaca mendapatkan kejelasan tentan sesuatu yang dijadikan sebagai topik karangan tersebut. Penulis eksposisi harus mampu mengembangkan sesuatu objek secara gamblang dan terinci dengan segala aspek atau usur yang dianggap perlu untuk dijelaskan agar pembaca benar-benar dapat memahami maksud penulis. Oleh karena itu agar eksposisi lebih jelas, dapat dilengkapi dengan deskripsi atau lukisan, dan agar lebih gamblang lengkapilah dengan contoh, gambar, angka-angka, grafik, peta, dan lain-lain.  Dengan demikian, diharapkan pembaca tidak hanya dapat memahami eksposisi melalui ungkapan dalam bentuk kalimat-kalimat, melainkan juga mendapat gambaran konkret melalui visualisasi contoh, gambar, diagram, dan lain-lain. Hal lain yang dapat dijadikan pedoman dalam menulis eksposisi adalah tujuannya, yakni memberikan penjelasan agar tumbuh pengertian pada diri si pembaca. Eksposisi ingin memberikan tambahan pengetahuan dan pengertian tentang sesuatu hal kepada si pembaca.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menulis eksposisi adalah sebgai berikut:
1.      Menentukan topik yang akan disajikan;
2.      Menentukan tujuan eksposisi;
3.      Membuat kerangka yang lengkap dan sistematis. Isi kerangka karangan eksposisi ini harus sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh penulis;
4.      Mengembangkan eksposisi sesuai dengan kerangka karangan .
5.      Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam mengembangkan eksposisi dapat memaknai pola sebagai berikut:
6.      Definisikan, apa itu?
7.      Klasifikasikanlah, ceritakan apa itu?
8.      Ilustrasikanlah dengan contoh, gambar, grafik dan sebagainya.
9.      Bandingkanlah atau pertentangkanlah dengan hal lain.apakah kesamaan atau perbedaannya?
10.  Analisislah, apa sebab dan akibatnya secara fungsional?

3.      Prosa Argumentasi
Kata argumentasi berasal dari kata argumen yang artinya alasan. Jadi argumentasi itu karya tulis yang di dalamnya memuat pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan. Penulis argumentasi ingin memberikan pengaruh kepada pembaca, sehingga pembaca dapat berbuat sesuai dengan kehendak penulis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam menulis argumentasi, penggunaan contoh dan bukti kuat dan keyakinan sangat perlu diperhatikan. Suatu argumentasi tanpa disertai dengan contoh dan bukti yang nyata sangat sedikit kemungkinan dapat diterima oleh pembaca.
Langkah-langkah dalam membuat karangan argumentasi ialah sebagai berikut:
1.      Menetapkan tujuan yang akan dicapai
2.      Mengumpulkan bahan, yakni kumpulan fakta dan kesaksian
3.      Menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan cara menghubung-hubungkan data harus hati-hati, penulis harus bekerja dengan penalaran yang sehat. Penalaran dalam mengambil kesimpulan dapat dilakukan secara induksi atau deduksi. Penalaran secara induksi maksudnya penalaran itu dimulai dengan mengemukakan bukti-bukti nyata, kemudian diakhiri dengan suatu kesimpulan, sedangkan kalau secara deduksi, penalaran, baru kemudian diikuti dengan bukti-bukti nyata.
4.      Penutup. Pada bagian ini penulis mengajak, mendorong dan meyakinkan pembaca agar mau menerima dan mengakui kebenaran argumentasi dari penulis. Sehingga pembaca mau dan mampu melaksanakan pendapat, gagasan atau saran dari penulis.

4.      Prosa Narasi
Narasi adalah tipe cerita rekaan yang gaya ungkapannya menceritakan atau menuturkan. Tipe narasi biasanya memberikan kesan gerak dan lancar kepada pembaca. Peristiwa demi peristiwa terasa bergerak dari awal hingga akhir. Dengan demikian, pembaca akan mendapat gambaran yang jelas, seolah-olah dia sendiri melihat objek yang dituturkan oleh penulis.
Dalam menciptakan tulisan berbentuk narasi diperlukan pegelolaan yang tepat dan pemilihan kata yang lebih jitu. Topik yang akan dijadikan suatu narasi harus mengandung konflik atau pertentangan antar manusia atau keinginan manusia dengan gagasan menulis. Konflik ini dapat pula terjadi antara keinginan seseorang dengan kenyataan atau tuntutan keadaan dari lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa langkah-langkah menulis narasi adalah sebagai berikut:
  1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis.
  2. Menetapkan atau memilih tema dan menyusun topik-topik atau pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tujuan.
  3. Mengelompokkan pokok-pokok pikiran menjadi tiga bagian, yaitu untuk bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.
  4. Mengembangkan tiap-tiap bagian, yakni pada bagian awal penulis menuturkan pokok-pokok pikiran yang membawa dan menarik pembaca ke dalam narasi; pada bagian tengah penulis menuturkan informasi yang berkenaan dengan titik konflik itu terjadi. Pada bagian ini konflik didramatisasi sebagai informasi bagi pembaca untuk memahami narasi. Kemudian, pada bagian akhir adalah sebagai pembayangan yang akan terjadi atau sebagai bagian penjelasa konflik tersebut.
5.    Prosa Persuasi
Kata persuasi diambil dari bahasa inggris ”persuation”. Persuasi adalah bentuk karangan yang isinya merupakan suatu pembahasan tentang suatu topik tertentu dengan tujuan agar pembaca menjadi terbujuk atau tertarik untuk menerima ide atau pesan tersebut dari penulis.
Dengan persuasi, penulis berusaha menyakinkan pembaca akan manfaat atau keuntungan yang akan didapat dengan melaksanakan ide/ pesan penulis.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara prosa argumentasi dengan prosa persuasi. Persamaan terdapat dalam tujuannya, yaitu mendorong pembaca untuk menyetujui ide/ gagasan dari penulis. Sedangkan perbedaannya adalah, dalam argumentasi pada awalnya tidak terlalu menuntut kepada pembaca agar tergerak hatinya untuk menyetujui ide penulis. Sedangkan dalam persuasi, penulis dari sejak awal sudah berusaha membujuk atau mendorong pembaca agar mau menerima pendapat penulis.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menulis prosa persuasi, adalah sebagai berikut:
  1. Menentukan tujuan karangan.
  2. Menentukan tema karangan.
  3. Menyusun pokok-pokok pikiran yang akan dikembangkan.
  4. Mengembangkan pokok-pokok pikiran, dengan uraian yang jelas dan contoh-contoh yang nyata manfaat dari objek yang dijadika objek dalam tema karangan.
  5. Penutup. Disini penulis menyimpulkan hasil pegembangan pokok-pokok pikiran tadi, terutama hal-hal yang mendorong agar pembaca menjadilebih terbuka hatinya, sehingga mau mengikuti gagasan penulis

2.3  Prosa berdasarkan Pembabakannya
1.      Prosa lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, dan bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.

Ciri – ciri Prosa Lama
1.      Statis
Kalau kita baca Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Bangsawan, dan prosa lama yang lain, bentuknya selalu sama, pola-pola kalimatnya sama, malahan banyak kalimat dan ungkapan sama betul, tema ceritanya pun sama.
2. Diferensiasi sedikit
Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
3. Tradisional
Prosa lama memiliki pola-pola bentuk yang dijadikan transisi. Kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering diulang-ulang.
4. Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat
Kebanyakan hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya. Kalau dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan bukan nama pengarang yang sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.
5. Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu
dan kejadian-kejadiannya (tidak kronologis). Nama-nama tempat terjadinya perisitiwa juga tidak jelas.
6. Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
a)       Banyak memakai kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, misalnya: harta, syahdan, maka, arkian, sebermula, dan lalu.
b)       Banyak memakai bentuk yang tetap sehingga terdapat banyak pengulangan kata, misalnya: Kata sahibul hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andalas Palembang namanya, Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan, Muara Tatang nama sungainya. (dari Sejarah Melayu)
c)       Banyak memakai bentuk partikel pun dan lah
d)       Banyak memakai kalimat inversi, misalnya: Syahdan maka bertemulah rakyat Siam dengan rakyat Keling, lalu berperang. Lalu diceritakanlah segala kelakuan tuan putri dengan nahkoda itu.
7. Pokok Cerita
Selalu raja-raja dengan istananya, pemerintahannya, orang bawahannya, dan lain-lain. Tidak pernah menceritakan orang kebanyakan, kalaupun ada, yang diceritakan adalah orang kebanyakan yang luar biasa. Misalnya, orang yang sangat dungu atau yang sangat cerdik dan orang yang selalu malang.

Adapun bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
1. Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
2. Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
3. Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
4. Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut:
a. Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Beberapa contoh fabel, adalah: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dll.
b. Mite (Mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib. Contoh-contoh sastra lama yang termasuk jenis mitos, adalah: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dll.
c. Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dll.
d. Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage, adalah: Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dll.
e. Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Mahabarata, Bhagawagita, dll.
f. Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dll.
5. Cerita berbingkai, adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.
2. Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat.
Ciri – ciri Prosa Baru
  •  Rakyat sentris (keadaan masyarakat)
  • Dinamis(bisa diubah)
  • Dipengaruhi sastra Inggris dan Belanda
  • Adanya pengarang

Bentuk-bentuk Sastra Prosa Baru :

1. Roman, adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:

         a. Roman bertendens, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.

        b. Roman sosial, memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.

       c. Roman sejarah, yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.

d. Roman psikologis, yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.

e. Roman detektif, yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.

2. Novel, berasal dari Italia yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.

3. Cerpen, adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.

4. Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.

5. Kritik, adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.

6. Resensi, adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.

7. Esai, adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.


2.4 Teknik Menulis
Bagi sebagian orang, menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan, lebih-lebih menulis prosa. Berikut ini adalah teknik-teknik menulis prosa:
1.      Teknik evita
Teknik Evita merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan siswa secara langsung menjadi tokoh dalam suatu cerita yang akan ditulis. Langkah pertama munculkan seorang tokoh bernama Evita yang dalam hal ini dijadikan sebagai objek konflik, langkah kedua siswa menjadi tokoh lain yang terlibat peristiwa dengan langsung mendialogkan dengan tokoh lain.Selanjutnya siswa diminta untuk mengungkapkan kembali peritiwa yang baru saja mereka dialogkan menjadi sebuah prosa. Terserah siswa akan memulai dari peristiwa mana yang penting dasar cerita mereka sesuai dengan konflik yang mereka dialogkan.
2.      Teknik kenangan lama
Teknik Kenangan Lama merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan memori (kenangan) yang paling berkesan dalam diri siswa. kemampuan menggali sesuatu yang pernah dialami dan ketrampilan meramu konflik enjadi sebuah alur yang runtut merupakan satu modal besar bagi siswa.
3.      Teknik dia yang malang
Teknik Dia yang Malang merupakan teknik menulis prosa dengan menceritakan teman, sahabat, atau orang lain yang mengalami peristiwa tragis atau mengenaskan. Dalam teknik ini pigura cerita merupakan satu bagian yang menarik untuk masuk ke inti cerita. Maksudnya sebelum ke inti kemalangan, rangkaian alur diawali dengan peritiwa pertemuan dengan tokoh yang malang kemudian dia mencitakan, setelah itu akhiri dengan peristiwa perpisahan menggunakan latar yang sama saat pertemuan pertama.Jadi ending cerita berlatar sama dengan latar pertemuan
4.      Teknik reportase
Teknik Reportase merupakan teknik ulasan dari peristiwa yang dilihat baik peristiwa dalam perjalanan maupun peristiwa pengalaman.Objek tempat dan konflik menjadi dasar untuk mengembangkannya menjadi sebuah tulisan prosa.
Demikian empat teknik yang sangat mudah dilaksanakan sebagai dasar sebelum menulis. jadi menulis prosa itu mudah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prosa adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan kalimat – kalimat yang disusun susul – menyusul. Kalimat – kalimat yang disusun membentuk kesatuan pikiran menjadi paragraf, paragraf mrmbentuk bab atau bagian – bagian dan seterusnya.
Secara umum prosa banyak jenisnya, antara lain prosa deskripsi yaitu prosa yang menuliskan sesuatu berdasarkan penggambaran dari penulisnya yang diperoleh melalui indra penglihatan, pendengaran dan sebagainya, prosa eksposisi yaitu sejenis prosa yang menjelaskan sesuatu secara gamblang, prosa argumentasi yaitu prosa yang memberikan sejumlah pendapat dengan tujuan agar pembaca dapat terbawa oleh penulis, prosa Narasi adalah tipe cerita rekaan yang gaya ungkapannya menceritakan atau menuturkan. Tipe narasi biasanya memberikan kesan gerak dan lancar kepada pembaca. Prosa Persuasi adalah bentuk karangan yang isinya merupakan suatu pembahasan tentang suatu topik tertentu dengan tujuan agar pembaca menjadi terbujuk atau tertarik untuk menerima ide atau pesan tersebut dari penulis.
Sedangkan berdasarkan pembabakannya terdiri dari prosa lama dan prosa baru, keduanya memiliki pengertian yang berbeda, ciri – ciri yang berbeda, serta jenisnya berbeda pula.
Dalam penulisan prosa, memiliki beberapa teknik penulisan, tujuannya agar mempermudah dalam membuat sebuah karya sastra berbentuk prosa.

3.2 Saran
a.       Prosa adalah karya sastra yang mudah dibuat karena adanya unsur kebebasan, dimana berbeda dengan puisi yang terikat oleh aturan – aturan, perbanyaklah membuat karya sastra berbentuk prosa untuk menuangkan karsa cipta dan perasaan dan pelajarilah berbagai jenis serta teknik penulisan guna mempermudah dalam penulisan prosa.
Berikan pembelajaran menulis prosa kepada anak – anak peserta didik guna membekali mereka untuk mempunyai keterampilan menulis, salah satunya menulis prosa.

0 komentar:

Posting Komentar