BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Dunia sastra dilihat dari ruang lingkup
apapun akan sangat luas, bicara mengenai sastra tidak akan ada batasan –
batasannya , dilihat dari jenis sastra sendiri, sastra dibagi menjadi dua yaitu
sastra imajinatif dan sastra nonimajinatif. Imajinasi sendiri berasal dari kata
imagination yang berarti angan –
angan atau khayal. Jadi, karya sastra imajinatif adalah karya sastra yang
ditulis dengan menggunakan sifat khayali pengarang sehingga cerita dalam karya
sastra imajinatif bukanlah suatu kejadian sebenarnya. Karya sastra imajinatif
terdiri dari tiga jenis yaitu prosa, puisi dan drama. Dalam hal ini penulis
mengankat sebagai judul makalah yaitu menulis prosa yang termasuk dalam sastra imajinasi
yang telah disebutkan di atas. Bagi sebagian orang menulis merupakan kegiatan
yang sulit dilakukan, lebih-lebih menulis prosa. Sebagai ketrampilan berbahasa
menulis membutuhkan dasar untuk menjadi sebuah bacaan yang menarik bagi
pembacanya.
Lebih – lebih Sebagai guru bahasa
menulis merupakan satu ketrampilan yang perlu diberikan kepada anak didik yang
diharapkan mampu memanfaatkannya sebagai kecakapan hidup (life skill). Walaupun
tidak diharapkan menjadi satrawan tetapi menulis dapat menjadi penunjang tambahan
bagi kehidupan mereka.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari
prosa?
2.
Apa jenis – jenis
prosa?
3.
Apa saja prosa
berdasarkan pembabakannya?
4.
Apa itu prosa lama dan
prosa baru?
5.
Apa saja ciri – ciri
dari prosa lama dan prosa baru?
6.
Bagaimana teknik
penulisan prosa?
1.3
Tujuan
1.
Menjelaskan apa itu
prosa
2.
Menyebutkan dan
menjelaskan jenis – jenis prosa
3.
Menyebutkan Jenis prosa
berdasarkan pembabakannya
4.
Menjelaskan prosa lama
dan prosa baru
5.
Menjelaskan ciri – ciri
prosa lama dan prosa baru
6.
Menjelaskan teknik –
teknik penulisan prosa
1.4
Manfaat
Untuk membekali siswa dalam
mengembangkan karya sastra dengan menuangkan
perasan dan fikiran yang dituangkan dalam bentuk prosa baik berupa prosa
fiksi maupun non fiksi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Prosa
Prosa adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan
kalimat-kalimat yang disusun susul menyusul. Kalimat-kalimat yang disusun
membentuk kesatuan pikiran menjadi paragraph, paragraph membentuk bab atau
bagaian-bagian dan seterusnya. Prosa adalah karangan bebas. Maksudnya, penulis
prosa dapat secara bebas menuliskan apa yang ada di dalam pikirannya, tanpa
harus terikat oleh aturan tertentu. Penulis tidak perlu menggunakan bentuk kata
yang dibuat-buat agar terasa indah. Penulis tidak perlu bersusah payah mencari
kata-kata atau huruf-huruf yang bunyinya sama di akhir kalimat. Tak perlu pula
menghitung jumlah huruf, suku kata, dan kata yang dipergunakan untuk
mengutarakan ide atau pesannya secara tertulis. Itulah kebebasan yang dimaksud
dalam menulis prosa.
Kebebasan dalam menulis prosa, tidak berarti kebebasan tanpa
batas. Karena ada bentuk prosa yang memperhatikan keindahan bahasa. Jadi ada
prosa yang menitikberatkan pada unsur keindahan bahasa yang dipergunakan dalam
pemerian suatu objek tertentu.
Prosa yang merupakan pemerian langsung dan lebih
menitikberatkan pada kejelasan objek yang diuraikan disebut prosa yang bukan
merupakan cipta sastra atau disebut juga karangan nonfiksi. Prosa yang
merupakan pemerian langsung dan menitikberatkan pada unsur keindahan bahasa
disebut prosa yang merupakan cipta sastra atau disebut juga karangan fiksi.
Prosa merupakan karangan bebas, dan pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Sebuah karangan tidak terikat pada
jumlah kalimat tertentu. Banyaknya kalimat bergantung pada panjang pendeknya
karangan.
2) Tiap kalimat tidak terikat oleh ketentuan
banyaknya kata maupun suku kata.
3) Tidak ada ketentuan yag menyangkut
persamaan bunyi.
2.2
Jenis-jenis Prosa
1.
Prosa Deskripsi
Deskripsi adalah karya tulis yang menuliskan sesuatu. Artinya apa-apa
yang dapat diamati oleh si penulis yang mungkin juga oleh si pembaca. Penulis
memiliki kemampan dan keinginan dalam mengindera (mendengar, melihat,
merasakan, dan sebagainya) tentang objek dan karya tulisnya. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi penginderaan penulis dalam memapaparkan suatu objek
ialah tujuan penulis memaparkan objek tersebut. Faktor tujuan inilah yang
mewarnai isi tulisan tersebut. Karena tujuan ini akan menjadi suber bagi si
penulis di dalam mengadakan pendekatan terhadap objek itu.
Langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam menulis prosa deskripsi ialah:
1.
Rumuskan dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh penulis;
2.
Amatilah dengan seksama objek yang dijadikan topik dalam
penulisan tersebut;
3.
Buatlah perincian tentang apa yang didengar, dilihat, dan
dirasakan oleh penulis mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan dengan
tujuan penulisan;
4.
Supaya kekhususan menonjol, berilah penjelasan tambahan.
2.
Prosa Eksposisi
Eksposisi adalah karya tulis yang sasarannya untuk menjelaskan
sesuatu, memberi keterangan dengan gamblang tentang sesuatu, atau mengembangkan
sebuah gagasan.
Dengan prosa eksposisi diharapkan
pembaca mendapatkan kejelasan tentan sesuatu yang dijadikan sebagai topik
karangan tersebut. Penulis eksposisi harus mampu mengembangkan sesuatu objek
secara gamblang dan terinci dengan segala aspek atau usur yang dianggap perlu
untuk dijelaskan agar pembaca benar-benar dapat memahami maksud penulis. Oleh
karena itu agar eksposisi lebih jelas, dapat dilengkapi dengan deskripsi atau
lukisan, dan agar lebih gamblang lengkapilah dengan contoh, gambar,
angka-angka, grafik, peta, dan lain-lain.
Dengan demikian, diharapkan pembaca tidak hanya dapat memahami eksposisi
melalui ungkapan dalam bentuk kalimat-kalimat, melainkan juga mendapat gambaran
konkret melalui visualisasi contoh, gambar, diagram, dan lain-lain. Hal lain
yang dapat dijadikan pedoman dalam menulis eksposisi adalah tujuannya, yakni
memberikan penjelasan agar tumbuh pengertian pada diri si pembaca. Eksposisi
ingin memberikan tambahan pengetahuan dan pengertian tentang sesuatu hal kepada
si pembaca.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menulis eksposisi
adalah sebgai berikut:
1.
Menentukan topik yang akan disajikan;
2.
Menentukan tujuan eksposisi;
3.
Membuat kerangka yang lengkap dan sistematis. Isi kerangka
karangan eksposisi ini harus sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh penulis;
4.
Mengembangkan eksposisi sesuai dengan kerangka karangan .
5.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam
mengembangkan eksposisi dapat memaknai pola sebagai berikut:
6.
Definisikan, apa itu?
7.
Klasifikasikanlah, ceritakan apa itu?
8.
Ilustrasikanlah dengan contoh, gambar, grafik dan
sebagainya.
9.
Bandingkanlah atau pertentangkanlah dengan hal lain.apakah
kesamaan atau perbedaannya?
10.
Analisislah, apa sebab dan akibatnya secara fungsional?
3.
Prosa Argumentasi
Kata argumentasi berasal dari kata
argumen yang artinya alasan. Jadi argumentasi itu karya tulis yang di dalamnya
memuat pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan. Penulis argumentasi ingin
memberikan pengaruh kepada pembaca, sehingga pembaca dapat berbuat sesuai
dengan kehendak penulis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam menulis
argumentasi, penggunaan contoh dan bukti kuat dan keyakinan sangat perlu
diperhatikan. Suatu argumentasi tanpa disertai dengan contoh dan bukti yang
nyata sangat sedikit kemungkinan dapat diterima oleh pembaca.
Langkah-langkah dalam membuat karangan argumentasi ialah
sebagai berikut:
1.
Menetapkan tujuan yang akan dicapai
2.
Mengumpulkan bahan, yakni kumpulan fakta dan kesaksian
3.
Menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan cara
menghubung-hubungkan data harus hati-hati, penulis harus bekerja dengan
penalaran yang sehat. Penalaran dalam mengambil kesimpulan dapat dilakukan
secara induksi atau deduksi. Penalaran secara induksi maksudnya penalaran itu
dimulai dengan mengemukakan bukti-bukti nyata, kemudian diakhiri dengan suatu
kesimpulan, sedangkan kalau secara deduksi, penalaran, baru kemudian diikuti
dengan bukti-bukti nyata.
4.
Penutup. Pada bagian ini penulis mengajak, mendorong dan
meyakinkan pembaca agar mau menerima dan mengakui kebenaran argumentasi dari
penulis. Sehingga pembaca mau dan mampu melaksanakan pendapat, gagasan atau
saran dari penulis.
4. Prosa Narasi
Narasi adalah tipe cerita rekaan
yang gaya ungkapannya menceritakan atau menuturkan. Tipe narasi biasanya
memberikan kesan gerak dan lancar kepada pembaca. Peristiwa demi peristiwa
terasa bergerak dari awal hingga akhir. Dengan demikian, pembaca akan mendapat
gambaran yang jelas, seolah-olah dia sendiri melihat objek yang dituturkan oleh
penulis.
Dalam menciptakan tulisan berbentuk
narasi diperlukan pegelolaan yang tepat dan pemilihan kata yang lebih jitu.
Topik yang akan dijadikan suatu narasi harus mengandung konflik atau
pertentangan antar manusia atau keinginan manusia dengan gagasan menulis.
Konflik ini dapat pula terjadi antara keinginan seseorang dengan kenyataan atau
tuntutan keadaan dari lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa
langkah-langkah menulis narasi adalah sebagai berikut:
- Menentukan
tujuan yang ingin dicapai oleh penulis.
- Menetapkan
atau memilih tema dan menyusun topik-topik atau pokok-pokok pikiran yang
sesuai dengan tujuan.
- Mengelompokkan
pokok-pokok pikiran menjadi tiga bagian, yaitu untuk bagian awal, bagian
tengah, dan bagian akhir.
- Mengembangkan
tiap-tiap bagian, yakni pada bagian awal penulis menuturkan pokok-pokok
pikiran yang membawa dan menarik pembaca ke dalam narasi; pada bagian
tengah penulis menuturkan informasi yang berkenaan dengan titik konflik
itu terjadi. Pada bagian ini konflik didramatisasi sebagai informasi bagi
pembaca untuk memahami narasi. Kemudian, pada bagian akhir adalah sebagai
pembayangan yang akan terjadi atau sebagai bagian penjelasa konflik
tersebut.
5. Prosa Persuasi
Kata persuasi diambil dari bahasa
inggris ”persuation”. Persuasi adalah bentuk karangan yang isinya
merupakan suatu pembahasan tentang suatu topik tertentu dengan tujuan agar
pembaca menjadi terbujuk atau tertarik untuk menerima ide atau pesan tersebut
dari penulis.
Dengan persuasi, penulis berusaha menyakinkan pembaca akan
manfaat atau keuntungan yang akan didapat dengan melaksanakan ide/ pesan
penulis.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara prosa argumentasi
dengan prosa persuasi. Persamaan terdapat dalam tujuannya, yaitu mendorong
pembaca untuk menyetujui ide/ gagasan dari penulis. Sedangkan perbedaannya
adalah, dalam argumentasi pada awalnya tidak terlalu menuntut kepada pembaca
agar tergerak hatinya untuk menyetujui ide penulis. Sedangkan dalam persuasi,
penulis dari sejak awal sudah berusaha membujuk atau mendorong pembaca agar mau
menerima pendapat penulis.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menulis prosa
persuasi, adalah sebagai berikut:
- Menentukan
tujuan karangan.
- Menentukan
tema karangan.
- Menyusun
pokok-pokok pikiran yang akan dikembangkan.
- Mengembangkan
pokok-pokok pikiran, dengan uraian yang jelas dan contoh-contoh yang nyata
manfaat dari objek yang dijadika objek dalam tema karangan.
- Penutup.
Disini penulis menyimpulkan hasil pegembangan pokok-pokok pikiran tadi,
terutama hal-hal yang mendorong agar pembaca menjadilebih terbuka hatinya,
sehingga mau mengikuti gagasan penulis
2.3 Prosa berdasarkan Pembabakannya
1. Prosa lama
Prosa
lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau
kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan
secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama
dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan
tulisan, dan bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra
tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam
rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.
Ciri – ciri Prosa Lama
1. Statis
Kalau kita
baca Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin,
Hikayat Bangsawan, dan prosa lama yang lain, bentuknya selalu sama,
pola-pola kalimatnya sama, malahan banyak kalimat dan ungkapan sama betul, tema
ceritanya pun sama.
2.
Diferensiasi sedikit
Cerita lama
pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena perhubungan beberapa
unsur kuat sekali.
3.
Tradisional
Prosa lama
memiliki pola-pola bentuk yang dijadikan transisi. Kalimat-kalimat dan
ungkapan-ungkapan yang sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan
di dalam satu cerita juga sering diulang-ulang.
4. Terbentuk
oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat
Kebanyakan
hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya. Kalau
dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan bukan nama pengarang yang
sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang
diceritakan secara turun-temurun.
5. Tidak
mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
Sejarah
menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum
bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan
waktu
dan
kejadian-kejadiannya (tidak kronologis). Nama-nama tempat terjadinya perisitiwa
juga tidak jelas.
6. Bahasanya
menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
a) Banyak
memakai kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, misalnya: harta,
syahdan, maka, arkian, sebermula, dan lalu.
b) Banyak
memakai bentuk yang tetap sehingga terdapat banyak pengulangan kata, misalnya:
Kata sahibul hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andalas Palembang namanya,
Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan,
Muara Tatang nama sungainya. (dari Sejarah Melayu)
c) Banyak
memakai bentuk partikel pun dan lah
d) Banyak
memakai kalimat inversi, misalnya: Syahdan maka bertemulah rakyat Siam dengan
rakyat Keling, lalu berperang. Lalu diceritakanlah segala kelakuan tuan putri
dengan nahkoda itu.
7. Pokok
Cerita
Selalu
raja-raja dengan istananya, pemerintahannya, orang bawahannya, dan lain-lain.
Tidak pernah menceritakan orang kebanyakan, kalaupun ada, yang diceritakan
adalah orang kebanyakan yang luar biasa. Misalnya, orang yang sangat dungu atau
yang sangat cerdik dan orang yang selalu malang.
Adapun
bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
1. Hikayat, berasal
dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran,
putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan
kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat
kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam
sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin,
Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat
Raja Budiman.
2. Sejarah
(tambo), adalah
salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa
sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta.
Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah
yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama.
Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang
yang ditulis tahun 1612.
3. Kisah, adalah
cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke
tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah
Abdullah ke Jedah.
4. Dongeng, adalah
suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu
sebagai berikut:
a. Fabel, adalah
cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa
pula disebut sebagai cerita binatang). Beberapa contoh fabel, adalah: Kancil
dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan
Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung
Centawi, dll.
b. Mite (Mitos), adalah
cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau
hal yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib. Contoh-contoh sastra lama yang
termasuk jenis mitos, adalah: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang
Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak,
Kelambai, dll.
c. Legenda, adalah
cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau
wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dll.
d. Sage, adalah
cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian,
kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage, adalah:
Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dll.
e. Parabel, adalah
cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan
ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman,
Mahabarata, Bhagawagita, dll.
f. Dongeng
jenaka, adalah
cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan masing-masing
dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu
Nawas, dll.
5. Cerita
berbingkai, adalah
cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh
pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.
2. Prosa
Baru
Prosa
baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau
budaya Barat.
Ciri – ciri
Prosa Baru
- Rakyat sentris (keadaan masyarakat)
- Dinamis(bisa
diubah)
- Dipengaruhi
sastra Inggris dan Belanda
- Adanya
pengarang
Bentuk-bentuk Sastra Prosa Baru :
1. Roman, adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
a. Roman bertendens, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
b. Roman sosial, memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
c. Roman sejarah, yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
d. Roman psikologis, yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
e. Roman detektif, yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
2. Novel, berasal dari Italia yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
3. Cerpen, adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
4. Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
5. Kritik, adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
6. Resensi, adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
7. Esai, adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
2.4 Teknik Menulis
Bagi sebagian orang, menulis merupakan kegiatan yang sulit
dilakukan, lebih-lebih menulis prosa. Berikut ini adalah teknik-teknik menulis
prosa:
1. Teknik evita
Teknik
Evita merupakan
teknik menulis prosa dengan melibatkan siswa secara langsung menjadi tokoh
dalam suatu cerita yang akan ditulis. Langkah pertama munculkan seorang tokoh
bernama Evita yang dalam hal ini dijadikan sebagai objek konflik, langkah kedua
siswa menjadi tokoh lain yang terlibat peristiwa dengan langsung mendialogkan
dengan tokoh lain.Selanjutnya siswa diminta untuk mengungkapkan kembali
peritiwa yang baru saja mereka dialogkan menjadi sebuah prosa. Terserah siswa
akan memulai dari peristiwa mana yang penting dasar cerita mereka sesuai dengan
konflik yang mereka dialogkan.
2. Teknik kenangan lama
Teknik
Kenangan Lama
merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan memori (kenangan) yang paling
berkesan dalam diri siswa. kemampuan menggali sesuatu yang pernah dialami dan
ketrampilan meramu konflik enjadi sebuah alur yang runtut merupakan satu modal
besar bagi siswa.
3. Teknik dia yang malang
Teknik
Dia yang Malang
merupakan teknik menulis prosa dengan menceritakan teman, sahabat, atau orang
lain yang mengalami peristiwa tragis atau mengenaskan. Dalam teknik ini pigura
cerita merupakan satu bagian yang menarik untuk masuk ke inti cerita. Maksudnya
sebelum ke inti kemalangan, rangkaian alur diawali dengan peritiwa pertemuan
dengan tokoh yang malang kemudian dia mencitakan, setelah itu akhiri dengan
peristiwa perpisahan menggunakan latar yang sama saat pertemuan pertama.Jadi
ending cerita berlatar sama dengan latar pertemuan
4. Teknik reportase
Teknik
Reportase
merupakan teknik ulasan dari peristiwa yang dilihat baik peristiwa dalam
perjalanan maupun peristiwa pengalaman.Objek tempat dan konflik menjadi dasar
untuk mengembangkannya menjadi sebuah tulisan prosa.
Demikian empat teknik yang sangat mudah dilaksanakan sebagai dasar sebelum menulis. jadi menulis prosa itu mudah.
Demikian empat teknik yang sangat mudah dilaksanakan sebagai dasar sebelum menulis. jadi menulis prosa itu mudah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Prosa adalah karya sastra yang
ditulis dengan menggunakan kalimat – kalimat yang disusun susul – menyusul.
Kalimat – kalimat yang disusun membentuk kesatuan pikiran menjadi paragraf,
paragraf mrmbentuk bab atau bagian – bagian dan seterusnya.
Secara umum prosa banyak jenisnya,
antara lain prosa deskripsi yaitu prosa yang menuliskan sesuatu berdasarkan
penggambaran dari penulisnya yang diperoleh melalui indra penglihatan,
pendengaran dan sebagainya, prosa eksposisi yaitu sejenis prosa yang
menjelaskan sesuatu secara gamblang, prosa argumentasi yaitu prosa yang
memberikan sejumlah pendapat dengan tujuan agar pembaca dapat terbawa oleh
penulis, prosa Narasi adalah tipe cerita rekaan yang gaya ungkapannya
menceritakan atau menuturkan. Tipe narasi biasanya memberikan kesan gerak dan
lancar kepada pembaca. Prosa Persuasi adalah bentuk karangan yang isinya
merupakan suatu pembahasan tentang suatu topik tertentu dengan tujuan agar
pembaca menjadi terbujuk atau tertarik untuk menerima ide atau pesan tersebut
dari penulis.
Sedangkan berdasarkan pembabakannya
terdiri dari prosa lama dan prosa baru, keduanya memiliki pengertian yang
berbeda, ciri – ciri yang berbeda, serta jenisnya berbeda pula.
Dalam penulisan prosa, memiliki
beberapa teknik penulisan, tujuannya agar mempermudah dalam membuat sebuah
karya sastra berbentuk prosa.
3.2 Saran
a. Prosa adalah karya sastra yang mudah
dibuat karena adanya unsur kebebasan, dimana berbeda dengan puisi yang terikat
oleh aturan – aturan, perbanyaklah membuat karya sastra berbentuk prosa untuk
menuangkan karsa cipta dan perasaan dan pelajarilah berbagai jenis serta teknik
penulisan guna mempermudah dalam penulisan prosa.
Berikan pembelajaran menulis prosa kepada anak –
anak peserta didik guna membekali mereka untuk mempunyai keterampilan menulis,
salah satunya menulis prosa.
0 komentar:
Posting Komentar