Minggu, 30 Juni 2013

pendekatan manajemen kelas 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Guru adalah tenaga profesional sehingga guru tidak disamakan dengan seorang tukang. Seorang tukang cukup mengikuti petunjuk yang terdapat dalam buku petunjuk. Sementara guru perannya adalah sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasarkan pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas.
Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyyaknya macam kepimpinan dan kontol, tetapi terletak pada keterampialn memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesai yang beragam, ini tergantung pada sumber permasalahan.
Guru harus memiliki, memahami, dan terampil dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinyadipergunakan bersama atau sekaligus. Dalam hal ini, guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapinya.

1.2  Rumusan Masalah  
Ø  Bagaimana pengertian otoriter, intimidasi, permisif, baku masak, intruksional, perubahan perilaku, sosio-emosional, proses kelompok, ekletik, dan analitik pluralistik dalam manajemen kelas?
Ø  Jelaskan bagaiman kekuatan dan kelemahan tiap-tiap pendekatan dalam manajemen kelas?
Ø  Jelaskan bagaiman persamaan dan perbedaan tiap-tiap pendekatan dalam manajemen kelas?




1.3  Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan dapat:
Ø  Menjelaskan pengertian otoriter, intimidasi, permisif, baku masak, intruksional, perubahan perilaku, sosio-emosional, proses kelompok, ekletik, dan analitik pluralistik dalam manajemen kelas.
Ø  Menyimpulkan kekuatan dan kelemahan tiap-tiap pendekatan dalam manajemen kelas.
Ø    Menyimpulkan persamaan dan perbedaan tiap-tiap pendekatan dalam manajemen kelas.
















BAB II
ISI
2.1 Pendekatan Otoriter

Pendekatan Otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendaliakan perilaku peserta didik. Guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik karena gurulah yang paling mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman.
 Pendekatan Otoriter jangan dipandang sebagai stategi yang bersifat mengintimidasi. Guru yang mempraktekan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan, merendahkan peserta didik, dan tidak bertindak kasar. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas.
  Pendekatan Otoriter menawarka lima strategi yang dapat diterapkan dalam mengelola kelas yaitu (1) menetapkan dan menegakkan peraturan, (2) memberikan perintah, pengarahan, dan pesan, (3) menggunakan teguran, (4) menggunakan pengendalian gerak mendekati, dan (5) menggunakan pemisahan dan pengucilan.
a.         Menetapkan dan menegakkan peraturan
Adalah kegiatan guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegak-kan peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik di kelas. Peraturan merupakan pedoman yang diformalkan yang menggambarkan perilaku yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan. Maksud peraturan itu adalah untuk menuntut dan membatasi perilaku peserta didik. Peraturan yang dirumuskan dengan jelas amatlah perlu agar peserta didik dapat bekerja sesuai dengan peraturan. Mengetahui dan memahami peraturan yang menyatakan apa yang dibenarkan dan apa yang tidak dibenarkan sangatlah penting sehingga peserta didik mengetahui apa yang harus dikerjakan dan mengetahui akibat pelanggaran atas peraturan itu.


b.        Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan
Adalah stategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru. Perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan jelas dan mudah dipahami adalah suatu cara yang sesuai an sempurna dalam mengendaliakan perilaku peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan agar mematuhinya.

c.         Menggunakan teguran ramah adalah
strategi mengelola kelas yang digunakan guru dengan cara memarahi peserta didik berperilaku tidak sesuai dan yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Para pengajur strategi ini merekomendasikan bahwa teguran ramah adalah strategi yang efektif  untuk mengembalikan peserta didik dari perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan. Teguran ramah dapat dialakukan secara verbal maupun nonverbal dimaksudkan untuk memberitahuakan dan bukan menuduh.

d.        Menggunakan pengendalian dengan mendekati
Adalah tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku menyimpan. Strategi ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan. Tindakan itu tidak dimaksudkan untuk menghukum atau mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa kehadiran guru secara fisik akan cukup berhasil mencegah peserta didik berperilaku menyimpang.

2.2 Pendekatan Intimidasi
Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku berperilaku sesuai perintah guru.
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran kelas. Teguran kelas adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud dengan segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misalnya guru memergoki dua orang peserta didik berkelahi. Kemudian, guru berteriak “Berhenti!” dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta itu berhenti berkelahi. Kehadirann guru membuat mereka takut karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti, tindakan intimidasi tidak akan seproduktif strategi lain. Kendatipun tindakan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat banyak kecaman pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.

2.3 Pendekatan Permisif
Pendekatan Permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral pendekatan ini adalah apa, kapan, dimana pun juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas ssuai yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab hal itu akan membantu pertumbuhan secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan guru hendaknya juga berperan sebagai pendorong untuk mengembangkan potensi peserta didik secara penuh.
Pendekatan permisif sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekoalh dan kelas adalah system social yang memiliki pranata-pranata sosial. Dalam system social anggotanya, dalam hal ini guru dan peserta didik, menyandang hak dan kewajiban. Mereka diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajibanya dan diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan mengancam hak-hak orang lain.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuk yang murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekoalh dan keals. Namun, disarankan agar guru memberikan kesempatan pada peserta didik melakukan urusan sendiri apabilahal itu berguna. Dengan demikian, guru dapat menemuakan cara untuk memberiakn kebebasan sebesar-besarnya pada peserta didik di satu sisi, disisi lain tetap dapat mengendaliakan kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab.
2.4  Pendekatan Buku Masak
Pendekatan buku masak adalah pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar hal yang harus di lakukan atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manajemen kelas tanpa banyak berpikir lagi. Daftar tentang apa yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan ini biasanya dapat ditemukan dalam artikel Tiga Puluh Cara untuk Memperbaiki Perialku Peserta Didik. Karena daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan “buku masak”. Berikut ini adalah contoh khas jenis pernyataan yang dapt dijumpai dalam daftar “buku masak”:
ü  Selalulah menegur siswa dengan empat mata!
ü  Jangan sekali-kali meninggiakansuara pada saat atau pada waktu memperingatkan siswa!
ü  Tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan siswa!
ü  Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan!
ü  Senantiasalah meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman!
ü  Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang ada!
ü  Tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan
Pendekatan buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga tidak ditemukan prinsip-prinsip yang memungkinkan guru menerapkan secara umum pada masalah-masalah lain. Pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada diri guru dalam mengelola kelas. Kelemahan lain pendekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif  lain, karena pendekatan ini bersifat mekanistik. Guru yang bekerja dengan kerangka acuan buku masak akan merugikan diri sendiri dan tidak mungkin menjadi manajer kelas yang efektif.



2.5  Pendekatan Instruksional
Pendekatan Instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran ang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah sebagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa pengajaran yang efektif adalah perencanaan pengajaran yang bermutu. Dengan demikian, peran guru adalah merencenakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.
Para penganjur pendekatan intruksional dala manajemen kelas cenderung memandang perilaku intruksional guru mempunyai potensi dua tujuan utama manajemen kelas. Tujuan itu adalah (1) mencegah timbulnya manajerial, (2) memecahkan masalah manajerial kelas. Cukup banyak contoh yang membuktikan bahwa kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik merupakan faktor utama dalam pencegahan timbulnya masalah manajemen kelas. Sebaliknya banyak kegiatan yang mendukung pendirian bahwa kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan tidak baik adalah penyebab utama timbulnya masalah manajeme kelas. Oleh karena itu, para pengembang pendekatan instruksional menyarankan guru dalam mengembangkan strategi manajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut:
1)        Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang menarik, relevan, dan sesuai secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang para peserta didik di dalam kelas. Di samping itu, penelitian-penelitian menemukan bahwa kunci keberhasilak manajemen kelas ialah kemampuan guru mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan elajar-mengajar. Hal itu akan mencegah perhatian yang kurang, kebosanan, dan perilaku menyimpang. Guru yang berhasil adalah guru yang menyajikan pelajaran dengan baik, tepat dan jelas arahnya, memberikan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik.
2)        Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah peserta didik melalaikan tugasnya. Kegiatan guru yang meloncat-loncat (mendesak, tergantung, terputus, berubah arah), bertele-tele, dan terpisah-pisah adalah kegiatan-kegiatan yang tidak efektif, dan akan mengundang perilaku peserta didik untuk menyimpang.
3)        Menyiapkan kegiatan rutin kelas adalah kegitan sehari-hari yang perlu dipahami dan dilakukan peserta didik. Informasi kegiatan ini disampaikan guru pada awal pertemuan peserta didik di kelas. Penjelasan secukupnya mengeani harapan guru yang berkaitan dengan kegiatan rutin kelas merupakan langkah yang menentukan keefektifan manajemen kelas dan mengembangkan kelas yang produktif.
4)        Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan ang mengkomunikasikan harapan-harapan yang diinginkan guru. Instruksi yang jelas, sederhana, ringkas, tepat pada sasaran, sistematik akan membantu keefektifan manajemen kelas, sehingga masalah-masalah menyimpang yang disebabkan oleh pengarahan yang buruk dapat dihindari.
5)        Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru dalam menunjukkan minat yang sungguh-sungguh terhadapperilaku peserta didik yang menunjukkkan tanda-tanda kebosanan dan keresahan. Kegiatanya, misalnya, guru dapat mendekati peserta didik, memeriksa pekerjaannya, memberikan penghargaan pada usahanya, dan memberikan saran-saran perbaikan lebih lanjut. Dengan cara ini guru membantu peserta didik meneruskan aktivitasnya dan mencegah timbulnya perilaku menyimpang.     

6)        Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu peserta didik menghadapi persoalan yang mematahan semangat, pada saat mereka memerlukannya. Proses bantuanya dilaksanakan sebelum situasi berkembang hingga tidak dapat dikuasai. Bantuan mengatasi rintangan ini adalah cara yang sangat bermanfaat untuk mencegah perilaku mengganggu.

7)        Merencanakan perubahan lingkungan adalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan menghadapi perubahan-perubahan situasi. Misalnya, peserta didik harus disiapkan atas kemungkinan guru tidak dapat hadir selam beberapa hari dan akan digantikan guru lain. Perencanaan yang disiapkan sebelumnya akan membantu peserta didik memahami hal itu dan berperilaku sesuai dengan yang direncanakan guru. Dengan demikian, timbulnya masalah manajemen kelas dapat dicegah secara dini. Merencanakan dan mengubah lingkungan kelas adalah proses penciptaan lingkungan yang menyenangkan dan tertib. Kegiatan ini dimaksudkan memaksimalkan produktivitas dan meminimalkan perilaku menyimpang dan dirancang dengan baik. Merencanakan dan mengubah lingkungan kelas diperluakn untuk mencegah atau mengurangi jenis-jenis perilaku tertentu yang tidak diinginkan.

8)        Mengatur kembali struktur sitausi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang lain atau cara yang berbeda. Mengubah sifat kegiatan, mengubah pusat perhatian, atau menggunakan cara baru untuk mengerjakan hal-hal lama akan efektif mencegah timbulnya masalah manajemen kelas, khususnya yang bersumber pada perasaan bosan.
2.6 Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekat pengubah perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behaviorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesuai maupun perilaku yang menyimpang. Penganjur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang peserta didik berperilaku menyimpang disebabkan oleh salah satu dari dua alasan yaitu (1) peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai atau (2) peserta didik tidak belajar berperilaku yang sesuai.
Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi utama yaitu (1) empat proses dasar belajar dan (2) pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip dasar belajar. Prinsip tersebut adalah penguatan positif, hukuman, penghentian, dan penguatan negatif.
   Penguatan positif yakni pemberian penghargaan setelah terjadi suatu perbuatan. Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu semakin meningkat. Perbuatan yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi dikemudian hari.
Contoh:
Nasir membuat karya tulis. Karya tulis itu sangat rapi. Kemudian karya tulis itu diserahkan (=perbuatan, tingkah laku). Guru memuji karya tulis itu dan mengatakan bahwa karya tulis yang rapi lebih mudah dan enak dibaca dari pada karya tulis yang tidak rapi (=penguatan positif). Dalam karya tulis berikutnya Natsir lebih bersungguh-sungguh dan tulisannya lebih rapi (=frekuensi perbuatan yang dikuatkan lebih meningkat).
            Hukuman adalah pemberian pengalaman atau rangsangan yang tidak disuaki atau tidak diinginkan sesudah terjadinya suatu perbuatan. Hukuman menyebabakan suatu perbuatan yang dikenai hukuman frekuensinya berkurang dan cenderung tidak dilanjutkan.
Contoh:
Tarji membuat dan menyerahkan makalah yang tulisannya tidak rapi pada gurunya (=perbuatan peserta didik). Guru menegur Tarji karena dia tidak bekerja rapi. Guru mengatakan kepadanya bahwa tulisan yang tidak rapi sukar dibaca. Guru menyuruh agar Tarji menulis kembali makalah itu (=hukuman). Dalam makalah berikutnya tulisan Tarji bertambah baik (=frekuensi perbuatan yang dihukum berkurang).
            Penghentian adalah menahan suatu penghargaan yang diharapkan (=menahan penguatan positif), yang dalam kejadian sebelumnya perbuatan itu diberi penghargaan. Penghentian menyebabkan menurunya frekuensi perbuatan yang sebelumnya dihargai.
Contoh:
Marni yang pekerjaannya rapi selalau dihargai oleh guru. Ia menyiapkan sbuah karya tulis dengnan tulisan yang rapi. Kemudian menyerahkan kepada guru (=perbuatan peserta didik yang sebelumnya dikuatkan oleh guru). Guru menerimanya, kemudian mengembalikannya kepada Marni tanpa komentar apapun (=menahan pengutan positif). Pekerjaan Marni menjadi kurang rapi dalam membuat makalah berikutnya (=frekeunsi perbuatan yang sebelumnya dikuatkan menjadi menurun)
            Penguatan negatif adalah penarikan rangsangan (hukuman) yang tidak diinginkan atau tidak disukai sesudah terjadinya suatu perbuatan, yang menyebabkan frekuensi perbutan itu meningkat. Menarik hukuman bermaksud memperkuat perilaku dan meningkatakn kecenderungan diulangi.
Contoh:
Iskandar adalah seorang peserta didik yang selalu menyerahkan pekerjaan (makalah) yang kurang rapi kepada gurunya. Meskipun guru selalu mengomentari Iskandar, pekerjaan Iskandar itu tidak bertambah rapi. Guru kali ini menerima pekerjaan Iskandar tanpa komentar dan omelan seperti biasanya (=menarik hukuman). Ternyata pada kemudian hari pekerjaan Iskandar menjadi lebih baik (=frekuensi perilaku meningkat).
            Mendasarkan pada uraian di atas, guru dapat mendorong perilaku peserta didik yang sesuai dengan mempergunakan penguatan positif (member penghargaan) dan penguatan negatif (menarik hukuman). Guru dapat mengurangi perialku peserta didik yang menyimpang yang mempergunakan hukuamn (memberikan rangsangan yang tidak menyenangkan), penghentian (menahan penghargaan yang diharapkan) dan penarikan (menarik penghargaan dari peserta didik). Hal yang perlu diingat bahwa konsekuensi-konsekuensi itu member pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai denagn prinsip-prinsip perilaku yang telah terbentuk. Jika guru menghargai perilaku yang menyimpang, perilaku tersebut cenderung diteruskan. Jiak guru menghukum perilaku ang sesuai, perilaku tersebut cenderung diteruskan.
            Penentuan waktu, frekuensi penguatan dan hukuman adalah prinsip lain yang penting dalam pengubahan perialku. Perbuatan peserta didik yang hendak diperkuat oleh guru harus dengan segera dikuatkan setelah perbuatan itu terjadi. Perbuatan peserta didik yang hendak dihentikan harus segera dikenakan hukuamn setelah perbuatan itu terajdi. Perilaku yang tidak dikenakan hukuman dengan segera cenderung akan menguat. Jadi, penentuan waktu tepat untuk menghargai dan menghukum adalah penting.
            Penguatan yang terus menerus, yaitu penguatan yang menyusul setiap terjadi perilaku menyebabkan makin cepatnya seseorang mempelajari perilaku tersebut. Jika seorang guru menginginkan penguatan perialku siswa tersebut, guru harus menghargai setiap kali perilaku itu terjadi. Penguatan terus-menerus akan sangat efektif pada tahap awal mempelajari perilaku.
            Ada dua macam pendekatan untuk penguatan yang berselang waktu pendek, yaitu penjadwalan selang waktu dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang waktu ialah pendekatan yang dipergunakan oleh guru memberi penguatan kepada siswa setelah batas waktu tertentu misalnya, guru yang menggunakan penjadwalan selang waktu  akan memberi penguatan kepada seorang siswa setiap jam. Penjadwalan rasio adalah pendekatan yang digunakan oleh guru memberi penguatan kepada siswa setelah suatu perbuatan terjadi beberapa kali. Misal, guru yang menggunakan penjadwalan rasio akan memberi penguatan kepada siswa setelah perbuatan tertentu terjadi empat kali.
Penghargaan atau penguatan adalah suatu rangsangan untuk meningkatkan frekuensi perbuatan yang mendahuluinya. Hukuman adalah sesuatu yang mengurangi frekuensi perbuatan yang mendahuluinya. Penguatan dapat digolongkan dalam dua kategori utama yaitu penguatan primer (diperlukan untuk mempertahankan kehidupan seperti air, makanan, rumah), dan pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih sayang dan sebagainya).
                Penguatan bersyarat terdiri dari beberapa tipe seperti penguatan sosial (pujian atau tepukan), penguatan perlambang (berupa benda atau barang – tanda penghargaan), penguatan nyata (uang atau hadiah), penguatan kegiatan (bermain di luar, membaca bebas, diberi kesempatan memilih nyanyian).
                Penghargaan (dan hukuman) dapat dipahami hanya dalam kaitannya dengan peserta didik secara individual. Penghargaan terhadap seorang peserta didik dapat saja dirasakan sebagai hukuman bagi peserta didik lainnya. Respon yang dimaksudkan oleh guru sebagai penghargaan dapat dirasakan sebagai hukuman, dan respon yang dimaksudkan sebagai hukuman dapat menjadi penghargaan. Hal semacam ini sering terjadi. Contoh yang sangat lazim sekali terjadi apabila seorang peserta didik berperilaku menyimpang dengan maksud menarik perhatian. Tindakan hukuman yang diberikan oleh guru sesudah kejadian itu sesungguhnya adalah menghargai, bukan menghukum peserta didik yang haus perhatian itu. Oleh karena itu, peserta didik tersebut meneruskan perilakunya untuk mendapat perhatian yang didambakannya.
                Terdapat tiga metode yang ditawarkan untuk menemukan penguatan-penguatan yang berorientasi individual yaitu (1) mendapatkan petunjuk mengenai penguatan yang mungkin dengan mengamati apa yang mungkin dilakukan oleh peserta didik, (2) mendapatkan petunjuk tambahan dengan mengamati apa saja yang mengikuti perilaku peserta didik tertentu, dan (3) mendapatkan petunjuk tambahan dengan hanya menanyakan si anak, apa yang akan dilakukan pada waktu senggang, apa yang ingin dimiliki, dan untuk apa ia melakukan sesuatu.
Pendekatan pengubahan perilaku menawarkan sejumlah strategi manajerial kepada guru yang semuanya mengandung penggunaan penguatan. Berikut ini adalah strategi-strategi lain yang ditawarkan dalam mengelola kelas.
1.Mempergunakan Model
Model adalah proses yang dialami peserta didik dengan mengamati cara berperilaku orang lain mendapatkan perilaku yang baru. Sebagai suatu strategi manajemen, model dapat dipandang sebagai suatu proses yang dilakukan guru melalui tingkah lakunya menampilkan nilai dan sikap yang dikehendaki, dimiliki dan ditampilkan oleh peserta didik.
2.Mempergunakan Pembentukan
Pembentukan adalah suaatu prosedur dengan cara guru meminta peserta didik menampilkan serangkaian perilaku yang mendekati atau mirip dengan perilaku yang diinginkan, dan pada setiap kali peserta didik menampilkan perilaku yang mendekati itu guru memberikan penguatan kepadab peserta didik sehingga ia mau secara konsisten menampilkan perilaku yang diinginkan tersebut. Jadi pembentukan adalah ststegi pengubahan perilaku yang digunakan untuk mengembangkan perilaku yang baru.
3.Mempergunakan Sistem Hadiah
Sistem hadiah biasanya terdiri atas tiga unsur. Unsur-unsur itu dimaksudkan untuk mengubah perilaku sekelompok peserta didik. Unsur-unsur itu berupa : (1) seperangkat instruksi tertulis yang disiapkan dengan teliti, yang menggambarkan perilaku peserta didik yang hendak dikuatkan oleh guru, (2) suatu sistem yang dirancang dengan baik untuk menghadiahkan barang kepada peserta didik yang menampilkan perilaku yang sesuai, dan (3) seperangkat prosedur yang memberikan kesempatan kepada peserta didik saling bertukar hadiah yang mereka peroleh sebagai penghargaan, atau memberikan kesempatan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial.
4.Mempergunakan Kontrak Perilaku
Kontrak adalah suatu kesepakatan antara guru dan peserta didik yang merinci apa yang diharapkan dilakukan peserta didik dan ganjaran atau konsekuensi yang akan diperoleh apabila melakukan hal-hal yang akan disepakati itu. Kontrak perlikau adalah suatu persetujuan antara guru dan peserta didik yang berperilaku menyimpang. Persetujuan itu menentukan perilaku yang disetujui oleh peserta didik untuk ditampilkan dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya apabila peserta didik menampilkan perilaku tersebut.

5.Mempergunakan Jatah Kelompok
Penggunaan jatah kelompok adalah penggunaan prosedur dengan ciri konsekuensi  (penguatan atau hukuman) tidak hanya bergantung kepada perilaku seorang peserta didik sendiri, melainkan juga kepada perilaku kelompoknya. Penghargaan terhadap setiap anggota kelompok bergantung kepada perilaku salah seorang atau lebih atau pada perilaku seluruh anggota kelompok lainnya.
6.Penguatan Alternatif yang Tidak Serasi
Penggunaan alternatif yang tidak serasi yaitu penguatan yang bertentangan satu dengan yang lainnya. Penguatan itu terjadi pada situasi guru menghargai perilaku yang tidak dapat terjadi bersamaan dengan perilaku menyimpang yang hendak dihilangkan oleh guru.
7.Mempergunakan Penyuluhan Perilaku
Penyuluhan perilaku adalah suatu proses yang meliputi pertemuan pribadi antara guru dan peserta didik. Penyuluhan perilaku ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang berperilaku menyimpang mengetahui bahwa perilakunya tidak sesuai kemudian ia berusaha merencanakan perubahan. Pertemuan seperti itu akan membantu peserta didik memahami hubungan antara tindakannya dan konsekuensinya, dan mempertimbangkan tindakan-tindakan alternatif yang mungkin dapat menghasilkan konsekuensi yang diinginkan.
8.Mempergunakan Pemantauan Sendiri
Pemantauan diri sendiri diartikan sebagai pengelolaan diri sendiri yang memungkinkan peserta didik mencatat aspek-aspek perilakunya agar ia dapat mengubahnya. Pemantauan diri sendiri secara sistematis akan meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap perilaku yang diharapkan dihilangkan atau dikurangi. Pemantauan diri sendiri meningkatkan kesadaran diri sendiri melalui pengamatan atas dirinya.
9.Mempergunakan Pemberian Isyarat
Pemberian isyarat adalah suatu proses untuk merangsang berbuat atau tindakan mengingatkan secara verbal atau non verbal yang digunakan oleh guru kepada peserta didiknya. Hal ini dilakukan apabila peserta didiknya berperilaku menyimpang. Suatu isyarat dapat digunakan untuk memberi penguatan atau mencegah perilaku tertentu. Berlainan dengan penguatan, isyarat mendahului respons. Kembali pada dilema paling pelik yang dihadapi oleh para penganjur pendekatan pengubahan perilaku yaitu penggunaan hukuman untuk menghilangkan perilaku yang tidak sesuai. Setiap penulis mempunyai pandangan yang berbeda. Ada tiga pandangan pokok yang paling menonjol dalam hal ini yaitu : (1) penggunaan hukuman dengan tepat sangat efektif untuk mengilangkan perilaku peserta didik yang menyimpang, (2) penggunaan hukuman dengan bijaksana pada jenis-jenis situasi tertentu akan dapat memberikan dampak positif pada perilaku peserta didik, tetapi karena adanya resiko timbulnya pengaruh sampingan yang negatif, penggunaan hukuman harus dipantau dengan seksama, dan (3) penggunaan hukuman harus dihindarkan sama sekali, karena perilaku siswa yang menyimpang dapat ditangani secara efektif dengan teknik-teknik lain yang tidak mempunyai pengaruh sampingan yang negatif seperti hukuman.
        Berkenaan dengan pandangan yang berbeda tentang hukuman di atas, Sulzer dan Mayer (1972) memberikan kajian keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman. Keuntungan pemberian hukuman adalaah :
a. hukuman bersifat memberikan informasi kepada peserta didik karena membantunya          membedakan dengan cepat perilaku yang dibenarkan dan perilaku yang tidak dibenarkan, dan
b.   hukuman bersifat memerintah terhadap siswa lain untuk mengurangi kemungkinan peserta didik lainnya meniru perilaku yang dihukum tersebut.
Adapun kerugian penggunaan hukuman adalah :
a.       hukuman dapat disalahtafsirkan,
b.      hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang dihukum menyisihkan diri sama sekali,
c.       hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang dihukum menjadi agresif,
d.      hukuman dapat menghasilkan reaksi negatif di pihak teman-teman sekelasnya,
e.     hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang dihukum bersikap negatif terhadap dirinya sendiri atau terhadap situasi.

2.7  Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
               Pendekatan iklim sosio-emosionall dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinis, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar-pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat bergantung kepada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas hu bungan antara manajemen kelas yang efektif dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antarpribadi yang positif sehingga tercipta iklim sosio-emosional yang positif piula.
               Banyak gagasan yang bercirikan pendekatan sosio-emosional dapat ditelusuri pada karya Rogers. Premis utamanya adalah kelancaran proses belajar yang penting sangat bergantung kepada kualitas sikap yang terdapat dalaam hubungan pribadi antara guru dan pesserta didik. Rogers mngidentifikasi beberapa sikap yang diyakini hakiki, yaitu ketulusan, keserasian, sikap menerima, menghargai, menaruh perhatian, mempercayai, dan pengertian empatik.
               Sementara itu,Ginott (1972) mementingkan pentingnya komunikasi yang efektif untuk meningkatkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, disamping keserasian, sikap menerima, dan empati. Cara guru berkomunikasi ialah dengan berbicara sesuai dengan situasi. Apabila dihadapkan kepada perilaku siswa yang tidak dikehendaki, guru dinasehati agar menerangkan apa yang dilihatnya, menjelaskan apa yang dirasakannya, dan menerangkan apa yang perlu dilakukan. Guru menerima siswa tetapi tidak menerima atau menyetujui perilakunya. Ginott memberikan rekomendasi mengenai cara yang seyogianya  dilakukan oleh guru untuk berkomunikasi secara efektif sebagai berikut :
a.       alamatkan pernyataan kepada situasi siswa, jangan menilai dirinya karena hal itu dapat merendahkan diri siswa!
b.      gambarkanlah situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi itu, dan jelaskan harapan mengenai situasi tersebut!
c.       nyatakan perasan yang sebenarnya yang akan meningkatkan pengertian siswa!
d.      hindarkan  cara memusuhi dengan cara mengundang kerjasama dan memberikan kepada siswa kesempatan mengalami ketidaktergantungan!
e.      hindarkan sikap menentang atau melawan dengan cara menghindarkan perintah dan tuntutan yang memancing reespons defensif!
f.        akui, terima, dan hormati pendapat serta perasaan siswa dengan cara yang meningkatkan perasaan harga diri!
g.       hindarkan pertanyaan dan komentar yang memungkinkan memancing sikap menolak dan mengundang sikap menentang
h.      tolak godaan memberikan kepada siswa pemecahan yang ditawarkan secara buru-buru, pergunakanlah waktu untuk memberikan bimbingan yang diperlukan oleh siswa untuk memecahkan masalahnya. Doronglah kemampuan untuk mengatur diri sendiri!
i.         hilangkan sarkasme, karena hal itu akan mengurangi harga diri peserta didik!
j.        usahakan penjelasan yang singkat dan hindarkan khotbah bertele-tele yang tidak akan membangkitkan motivasi!
k.       pantau dan waspadalah terhadap dampak kata-kata yang disampaikan kepada siswa!
l.         Berikan pujian yang bersifat menguatkan, karena hal itu produktif, tetapi hindarkan pujian yang bersifat menilai karena hal itu destruktif!
m.    Dengarkanlah apa yang diungkapkan peserta didik dan dorong mengungkapkan buah pikiran dan perasaanya!
Pandangan lain yang dapat digolongkan sebagai pendekatan sosio-emosional adalah dari Glasser (1969). Glasser menekankan pentingnya keterlibatan guru dengan menggunakan strategi manajemen yang disebutnya terapi kenyataan. Dinyatakan oleh Glasser bahwa satu-satunya  kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan identitas yaitu perasaan berhasil dan dihargai atau keberadaan diri. Untuk mencapai keberadaan diri dalam konteks sekolah, seseorang harus mengembangkan perasaan tanggung jawab sosial dan harga diri. Tanggung jawab sosial dan harga diri adalah hasil yang diperoleh siswa yang telah mengembangkan hbungan yang baik dengan sesamanya. Jadi, untuk mengembangkan keberadaan diri yang penting adalah keterlibatan. Perilaku siswa yang menyimpang adalah buah kegagalannya mengembangkan keberadaan dirinya. Dalam kaitan ini, Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu mengubah perilaku menyimpang peserta didik berikut ini :
a.       secara pribadi melibatkan diri dengan siswa, menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang, menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.
b.      memberikan uraian tentang uraian tentang perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa;
c.       membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadimasalah itu (Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang menimbulkan masalah dan yang menyebabkan kegagalanya!);
d.      membantu siswa merencenakan tindakan yang kebih baik; jika perlu berikan alternatif-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri;
e.      membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya;
f.        mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara  keterikatannya dengan rencana tersebut;  yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan yang dibuatnya;
g.       tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagalmeneruskan keterikatannya; bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik; menerima pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa; dan
h.      memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencana yang lebih baik dan mengikatkan diri dengan rencana tersebut.
Sementara itu Dreikurs (1982) dalam kaitan dengan pendekatan sosioemosional mengemukakan gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang efektif. Dua diantaranya ialah (1) penekanan pada kelas yang demokatis dengan kondisi siswa dan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses maupun dalam langkah maju dan (2) pengakuan akan pengaruh konsekuensi wajar dan logis dari perilaku siswa.
Pengembangan kelas yang demokratis berawal dari asumsi bahwa perilaku dan pencapaian siswa dipermudah oleh suasana kelas yang demokratis. Dalam susana kelas yang demokratis siswa diharapkan diperlakukan sebagai orang yang bertanggung jawab, individu yang mempunyai harga diri, yang mampu membuat keputusan dan memecahkan persoalan dengan efektif. Kelas yang demokratis dapat membantu mengembangkan susana saling mempercayai antar guru dan siswa dan antara sesama siswa. Guru yang berusaha menciptakan suasana yang demokratis tidak boleh melepaskan tanggungjawabnya sebagai pemimpin. Guru yang efektif bukanlah seorang otokratis, tetapi juga bukan yang anarkhis. Guru yang demokratis membimbing peserta didik; guru yang otokratis mendominasi; guru yang laissez-faire lepas tanggung jawab. Guru yang demokratis bertanggung jawab dengan membagi tanggung jawab
2.8 Pendekatan Proses Kelompok
    Premis utama yang mendasari pendekatan proses kelompok didasarkan pada asumsi-asumsi berikut: (1) kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas, (2) tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif, (3) kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang mengandung ciri-ciri yang terdapat pada semua sistem sosial, dan (4) pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya susana belajar yang menguntungkan.
   Schmuck dan Schmuck dalam Weber (1986) mengemukakan enam ciri pendekatan proses kelompok, yaitu harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma, komunikasi, dan keterpaduan dengan penjelasan seperti berikut ini.
a.       Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain. Persepsi tersebut adalah perkiraan individual tentang cara berperilaku diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, harapan yang bagaimana anggota kelompok akan berperilaku akan sangat mempengaruhi cara guru dan siswa dalam hubungan mereka satu dengan yang lainnya.
b.      Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya serta memelihara dan atau meningkatkan kepaduan. Jadi, perilaku kepemimpinan terdiri atas tindakan-tindakan anggota-anggota kelompok., termasuk didalamnya tindakan-tindakan yang membantu penetapan norma-norma kelompok yang menggerakkan kelompok ke arah tujuan, yang memperbaiki mutu interaksi antara anggota-anggota kelompok, dan yang menciptakan kepaduan kelompok. Berdasarkan peranannya, guru mempunyai potensi terbesar dalam peranan kepemimpinan.. akan tetapi, dalam kelompok kelas yang efektif fungsi kepemimpinan dilaksanakan bersama-sama oleh guru dan para peserta didik. Suatu kelompok kelas yang efektif adalah kelompok kelas yang kepemimpinannya dibagi-bagi dengan baik, dan semua anggota kelompok dapat merasakan kewenangan dan harga diri dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik dan dalam bekerja bersama-sama.
c.       Daya tarik menuju pada pola-pola persahabatan dalam kelompok kelas. Daya tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat diantara para anggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik bergantung kepada sejauh mana hubugan antar pribadi yang positif telah berkembang. Pengelola kelas yang efektif terjadi jika seseorang membantu mengembangkan hubungan antarpribadi yang positif antara para anggota kelompok. Misalnya, guru berusaha meningkatkan sikap menerima terhadap para siswa yang tidak disukai dan anggota-anggota baru.
d.      Norma ialah pengharapan bersama mengenai cara berpikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan antarpribadi karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang dapat mereka harapkan dari orang lain. Norma kelompok yang produktif adalah hakiki bagi keefektifan kelompok. Oleh karena itu, salah satu tugas guru ialah membantu kelompok menciptakan, menerima  dan memelihara norma kelompok yang produktif.
e.       Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal, adalah dialog antara anggota-anggota kelompok. Komunikasi mencakupi kemampuan khas manusia untuk saling memahami dan menyatakan buah pikiran sera perasaan masing-masing. Komunikasi yang efektif berarti menerima pesan dan menafsirkan dengan tepat pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. Oleh karena itu, tugas rangkap guru adalah membuka saluran komunikasi sehingga semua siswa menyatakan buah pikiran dan perasaannya dengan bebas, yaitu menerima buah pikiran perasaan siswa.
f.       Keterpaduan menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan. Kelompok menjadi padu karena alasan : (1) para anggota saling menyukai satu sama lainnya, (2) minat yang besar terhadap pekerjaan, dan (3) kelompok memberikan harga diri kepada para anggotanya.
2.9  Pendekatan Analitik Pluralistik
Delapan pendekatan yang diuraikan dimuka menggambarkan delapan macam pendekatan manajemen kelas yang berlainanan. Setiap pendekatan ada pengajurnya dan pemakainya. Tidak ada anjuran dan saran untuk menganut dan menggantungkan diri pada suatu pendekatan amnajemen kelas. Saran dan anjuran yang perlu dipertimbangkan adalah menggunakan pendekatan analitik pluralistik.
Pendekatan analitik pluralistik memberikan kesempatan pada guru memilih strategi pendekatan manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan amnajemen yang dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masaalh manajemen kelas dalam situasi yang dianalisis. Guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan strategi manajemen kelas yang mempunyai konsep baik. Dengan demikian, pendekatan analitik pluralistik memperluas jangkauan pendekatan. Pendekatan analitik pluralistik berupa pemilihan diantara berbagai strategi manajemen kelassuatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang memberikan kemudahan kepada pembelajar ang efektif dan efisien.
 Pendekatan analitik pluralistik tidak mengikat guru pada serangkaian strategi manajerial tetentu saja. Guru bebas mempertimbangkan semua strategi yang mungkin efektif. Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistic yang perlu dicermati dalam penggunaanya.
a.    Menentukan Kondisi Kelas yang Diinginkan
Langkah pertama dalam proses mengelola kelas yang efektif ialah menentukan kondisi kelas yang ideal. Guru perlu mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang kondisi-kondisi yang menurut penilainnya akan memungkinkan belajar secara efektif. Di samping itu, guru hendaknya menyadari perlunya terus-menerus menilai manfaat pemahamannya dan mengubahnya apabila keadaan menuntutnya.

b.    Menganalisis Kondisi Kelas yang Nyata
Setelah menentukan kondisi kelas yang diinginkan, guru selanjutnya menganalisis keadaan yang ada. Dengan demikian, analisis ini akan memungkinkan guru akan mengetahui: (1) kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan, kemudian menentukan kondisi yang perlu mendapat perhatian yang segera dan mana yang dapat diselesaikan kemudian, dan kondisi mana yang memerlukan pemantauan; (2) masalah yang mungkin terjadi yakni kesenjangan yang mungkin timbul jika guru gagal tindakan pencegahan; dan (3) kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena dianggap sudah baik. Asumsi kedua dari analitik pluralistik ini adalah bahwa guru yang efektif adalah guru yang terampil menganalisis interaksi kelas dan peka terhadap apa yang sedang terjadi di kelasnya.
c.    Memilih dan Menggunakan Strategi Pengelolaan
Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi manajerial yang tekandung di dalam berbagai pendekatan manajemen kelas, dan mampu memilih serta menggunakan strategi  yang paling sesuai dengan situasi tertentu yang telah dianalisis sebelumnya. Proses pemilihan ini dapat dianggap sebagai suatu kerja computer, guru memeriksa strategi-strategi yang tersimpan dalam sel-sel penyimpanan yang ada dalam computer dan memilih strategi yang memberiakn harapan untuk meningkatkan kondisi yang dianggap sesuai.
d.   Menilai Keefektifan Pengelolaan
Dalam tahap ini guru menilai keefektifan dalam pengelolaannya. Artinya dari waktu ke waktu guru harus menilai sejauh mana keberhasilan guru dan peserta didik menciptakan dan memelihara kondisi yang sesuai. Proses penilaian ini memusatkan perhatian pada dua perangkat perilaku. Perilaku pertama adalah perialku guru, dalam arti sejauh mana guru telah menggunakan perilaku manajemen yang direncanakan akan dilakukan. Perilaku kedua adalah perialku peserta didik, yaitu sejauh mana peserta didik berperilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan apa-apa yang diharapkan untuk dilakuakan.

2.10   Pendekatan Eklektik
            Menyimak secara seksama kedelapan pendekatan yang telah diuraikan di muka adalah barat melihat benda yang sama dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui kekuatan dan kelemahan tiap-tiap pendekatan ketika akan menerapkan satu pendekatan. Dalam kenyataannya, guru jarang sekali menerapkansatu pendekatan secara utuh, melainkan mengombinasiakn tiap-tiap pendekatan dengan mengambil hal-hal yang positif dari satu pendekatan seraya mengeliminasi kelemahan tiap-tiap pendekatan. Weber (1986) menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari beberapa pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis dan/atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru meerupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu dengan situasi disebut pendekatan ekletik yang cara kerjanya tidak jauh berbeda dengan cara pendekatan analitik pluralistik. Dua syarat yang perlu dikuasai guru  dalam menerapkan pendekatan ekletik adalah (1) menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan Perubahan Perilaku, Penciptaan Iklim Sosio-emosional, Proses Kelompok, dan (2) dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai baik dalam masalah manajemen kelas (Entang dan Raka Joni, 1983:43).
           













BAB III
PENUTUP
3.1           Kesimpulan
Dalam pendekatan-pendekatan pembelajaran manajemen kelas terdapat sepuluh prinsip:
1.      Pendekatan Otoriter
2.      Pendekatan Intimidasi
3.      Pendekatan Permisif
4.      Pendekatan Buku Masak
5.      Pendekatan Intruksional
6.      Pendekatan Pengubahan Perilaku
7.      Pendekatan Iklim Sosio-emosional
8.      Pendekatan Proses Kelompok
9.      Pendekatan Analitik Pluralistik
10.  Pendekatan Ekletik
Simpulanya adalah bahwa guru kemampuan guru memilih strategi manajemen kelas yang tepat sangat bergantung kepada kemamapuannya masalah manajemen kelas yang dihadapi. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku dipilih, misalnya bila tujuan tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik dan/atau menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang baik; Pendekatan Penciptaan Iklim Sosial-emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik; sementara itu pendekatan Proses Kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.

3.2           Saran
Penulis menyadari, pembahasan pada makalah ini kiranya perlu mendapat respon yang positif baik itu berupa saran dan kritik yang mengarah kepada penyempurnaan, guna pengembangan dan peningkatan disiplin ilmu yang sekarang Penulis pelajari.


DAFTAR PUSTAKA

Rachamn Maman.2000.Manajemen Kelas.Semarang:UPT UNNES PRESS













0 komentar:

Posting Komentar