BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setelah
mempelajri materi ini, Anda dapat memahami dan mengaplikasikan berbagai
pendekatan dalam manajemen kelas dalam pelaksanaan pembelajaran di SD, ilmu
yang anda terima adalah sebagai modal seorang guru untk melaksanakan
pembelajaran dengan tepat, mengajar di SD beda dengan mengajar di tingkat yang
lebih tinggi karena di SD adalah merupakan penanaman pundasi ilmu kepada
peserta didik untuk lanjut ke tingkat yang lebih tinggi karena suasana kelasnya
rata-rata gaduh tidak mau tenang sehingga kadang-kadang guru sulit untuk
memulai pembelajaran dengan tepat waktu karena menunggu tenangnya kelas untuk
memulai pembelajaran, sehingga guru SD dituntut untuk memiliki keserdasan
pengasaan berbagai pendekatan dalam manajemen kelas.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
tekhnik
pendekatan secara individual?
2.
Bagaimana tekhnik pendekatan secara
kelompok?
3.
Bagaimana
pendekatan pengelolaan kelas yang efektif?
4.
Bagaimana
cara menangani perilaku yang menyimpang dengan berbagai pendekatan manajemen
kelas?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
tekhnik
pendekatan secara individual?
2.
Mengetahui tekhnik pendekatan secara
kelompok?
3.
Mengetahui
pendekatan pengelolaan kelas yang efektif?
4.
Mengetahui
cara menangani perilaku yang menyimpang dengan berbagai pendekatan manajemen
kelas?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Berbagai pendekatan manajemen kelas
di SD
Berikut beberapa contoh pendekatan
dalam manajemen kelas yang maksudnya untuk agar guru dan calon guru lebih memahami kekuatan
dan kelemahan yang ada pada setiap pendekatan sehingga guru dapat
menggunakan pendekatan tersebut dengan tepat sesuai dengan kondisi kelas yang
di hadapinya. Ditinjau dari metode pendekatannya,secara garis besar bimbingan
dapat dibedakan dalam dua cara yaitu:
A. Tekhnik pendekatan secara individual
Teknik
pendidikan secara individual,yaitu bimbingan yang diberikan secara individual
atau perseorangan. Hal tersebut sering dikenal dengan istilah”individual
conseling” karena pembimbingan tersebut dilakukan secara individual. Latar
belakang warga belajar pada pendidikan kesetaraan sangat heterogen, hal
tersebut dikarenakan sasaran pendidikan kesetaraan adalah mereka (warga
masyarakat) yang tidak terlayani oleh pendidikan formal memiliki banyak factor
yang mempengaruhinya. Drop out dan tamat tetapi tidak melanjutkan biasanya
disebabkan oleh banyak factor, antara lain: factor ekonomi, social,
keterbelakangan, dan bahkan factor demokrasi. Selain factor tersebut, lamanya seseorang
tidak bersekolah (jalur formal) kemudian diajak kembali untuk bersekolah (belajar)
melalui jalur yang berbeda (non-formal) akan sangat mempangaruhi terhadap
semangat belajar.
Kesulitan
belajar sering kali menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar, ketidak
mampuan warga belajar mengembangkan potensi dirinya dapat memungkinkan warga
belajar menjadi putus asa. Ada beberapa penyebab terjadinya keesulitan dalam
belajar, antara lain:
a. Kesulitan mempersepsikan, berpikir, dan
mengingat yang berkenaan dalam proses pembelajaran.
b. Adanya minimal brain dysfuncation
namun tidak berhubungan dengan tingkat integensi atau kerusakan fisik alat
indra.
c. Setting lingkungan belajar yang
berakibat munculnya kesulitan peserta didik dalam menerima materi prlajaran.
Mengatasi
kesulitan belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan untuk dapat
meningkatkan kompetensi belajar. Hal tersebut dapat dilakukan melalui setting
lingkungan, penggunaan metode belajar yang variatif dan pendekatan pembelajaran
secara individu. Peranan tutor dalam pengembangan potensi diri ditentukan oleh kemampuan tutor tersebut
memahami larat belakang warga belajarnya dan menemukan penyebab kesukaran
belajar yang dihadapinya, selain penguasaan materi pelajaran.
Upaya yang
harus dilakukan seorang guru dalam hal ini adalah guru harus melakukan
pendekatan individu akar permasalahannya dan solusi permasalahan kesulitan
belajar bagi peserta didiknya. Melalui pendekatan pembelajaran secara
individual ini dapat melakukan pola pembelajaran yang menyenangkan untuk mengurangi
kebosanan peserta didik, serta mampu membangkitkan motivasi belajar pada
akhirnya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya sendiri.
B. Tekhnik
pendekatan secara kelompok
Teknik pedekatan secara
kelompok,yaitu bimbingan yang dilaksanakan secara kelompok terhadap sejumlah
individu sehingga beberapa orang atau individu sekaligus dapat menerima
bimbingan yang dimaksudkan.
Pendekatan proses kelompok
didasarkan pada asumsi- asumsi berikut:
a. Kehidupan sekolah berlangsung dalam
lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas.
b. Tugas pokok guru adalah menciptakan
dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif.
c. Kelompok kelas adalah suatu system
social yang mengandung ciri – ciri yang terdapat pada semua system
social.Pengelolaan siswa oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi
kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Menurut
Schmuck dan Weber (1986) mengemukakan 6 ciri pendekatan proses
kelompok, yaitu:
1. Harapan adalah persepsi yang
dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain.
2. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai
perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapian tujuannya serta
memelihara dan atau meningkatkan
kepaduan.
3. Daya tarik menunjuk pada pola – pola
persahabatan dalam kelompok kelas.
4. Norma adalah pengharapan bersama
mengenai cara berfikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku para anggota
kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan antar pribadi karena norma tersebut
memberikan pedoman yang membantu para anggota memahami orang lain.
5. Komunikasi, baik verbal maupun non –
verbal adalah dialog antara anggota – anggota kelompok, komunikasi yang efektif
berarti menerima pesan dan menafsirkan dengan tepat pesan yang disampaikan oleh
pengirim pesan.
6. Keterpaduan menyangkut perasaan
kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai kelompok kelasnya.
Keterpaduan
menekankan hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan.
C. Pendekatan
pengelolaan kelas yang efektif
1.
Pengaturan Siswa
Abu Hamid dan Widodo Supriono (1991) melihat siswa sebagai
individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya terletak
pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Perbedaan dan persamaan yang
dimaksud diantaranya adalah:
a. Persamaan dan perbedaan dalam
kecerdasan
b. Persamaan dan perbedaan dalam
kecakapan
c. Persamaan dan perbedaan dalam bakat
d. Persamaan dan perbedaan dalam sikap
e. Persamaan dan perbedaan dalam
kebiasaan
f. Persamaan dan perbedaan dalam
pola-pola dan tempo perkembangan.
Berbagai
persamaan dan perbedaan siswa diatas, berguna dalam membantu usaha pengaturan
siswa dikelas tertutama berhububgan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan
siswa guna menciptakan lingkungan yang efektif dan kreatif.
Kegiatan
belajar mengajar dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek
individu siswa. Penempatan siswa memerlukan pertimbangan pada aspek individu
siswa. Penempatan siswa memerlukan pertimbangan pada aspek postur tubuh siswa,
dimana menempatkan siswa yang mempunyai postur tubuh tinggi atau rendah, dimana
menempatkan siswa yang memiliki kelainan penglihatan dan pendengaran, jenis
kelamin siswa perlu juga dijadikan pertimbangan dalam pengelompokan siswa. Siswa
yang cerdas, lincah, bodoh, pendiam, yang suka membuat keributan,
suka mengganggu temannya dan sebagainya. Sebaiknya dipisah agar kelompok tidak
didominasi oleh suatu kelompok tertentu agar persaingan dalam belajar berjalan
seimbang.
Kelas
merupakan taman taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa
untuk tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan emosional. Syarat-syarat
atau indikor kelas yang baik adalah:
a.
Rapi,
bersih, sehat, tidak lembab,
b.
Cukup
cahaya yang meneranginya,
c.
Sirkulasi
udara cukup
d.
Perabot
dalam kelas baik, cukup jumlahnyadan ditata dengan rapi
e.
Jumlah
siswa tidak lebih dari 40 orang
2.
Prinsip kelas yang efektif
Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar
yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan
iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar.
Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar yang
apabila ke-enam prinsip mengajar itu tidak digunakan/ditempatkan dengan
sebaik-baiknya maka iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi bagi
terjadinya proses belajar akan dicapai. Prinsip-prinsip tersebut adalah
senbagai berikut:
a. Konteks
Situasi
problematic yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam
kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan
siswa menjadi peserta yang aktif justru karena tujuan itu sendiri.
Cirri-ciri
konteks yang baik adalah:
1).
Dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan kuat
2).
Terdiri dari pengalaman yang actual dan konkret
3).
Pengalaman konkret yang dinamis merupakan alat untuk menyusun pengertian, bersifat sederhana dan
pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.
b.
Fokus
Untuk
mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih focus yang memilik ciri-ciri
yang baik,seperti uaraian berikut ini:
1).
Memobilisasi tujuan
2).
Memberi bentuk dan uniformitas pada belajar
3). Mengorganisasikan belajar
sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan focus yang baik harus menimbulkan
suatu pertanyaan yang perlu dijawab, suatu soal yang perlu dipecahkan.
c.
Sosialisasi
Mutu makna dan efektivitas belajar
sebagian besar tergantung pada kerangka social tempat belajar itu sangatlah
berlaku. Kondisi social pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap
proses belajar yang sedang berlangsung di kelas.
d. Individualisasi
Belajar
memang persoalan individual , tetapi sejauh mana perbedaan cara belajar itu
dari yang dilakukan oleh individu lain.
e. Urutan
Guru
harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun
secara tepat menurut waktu atau urutannya.
f. Evaluasi
Evaluasi
dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi merupakan
bagian mutlak dari pengajaran sebagai unsur integral di dalam organisasi
belajar yang wajar. Evaluasi dapat digunakan untuk menilai metode mengajar yang
digunakan dan untuk mendapatkan gambaran komperhensif tentang siswa sebagai
perseorangan, dan dapat juga membawa siswa pada taraf belajar yang lebih baik.
Djamarah
(2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam
pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang
dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut.
a. Hangat dan antusias
Hangat dan
Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab
pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan
Penggunaan
kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c. Bervariasi
Penggunaan
alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik
akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian
ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan
tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar
yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti
keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
e. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada
dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang
positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative.
Penekanan pada hal-hal yang posotif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap
tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan
kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya
proses belajar mengajar.
Tujuan
akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin
diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan
pelaksanaan tanggung jawab.
Thomas
Gordon (1990:) mengatakan bahwa hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila
hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1). Keterbukaan,
sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri satu
sama lain.
2). Tanggap
bilamana seseorang tahu dia dinilai oleh guru lain.
3). Saling
ketergantungan, antar satu dengan yang lain.
4). Kebiasaan,
yang memperbolahkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya,
kreativitasnya dan kepribadiannya.
5). Saling
memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan seorangpun yang tidak terpenuhi.
Peran
seorang guru pada pengololaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua
tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengololaan kelas. Tugas
sekaligus masalah pertama, yakni pengjaran, segala usaha membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan
usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi
tercapainya tujuan pembelajaran.
D. Menangani
perilaku yang menyimpang dengan berbagai pendekatan manajemen kelas
Pakar
manajemen kelas Carolyn Evertson dan rekannya membedakan antara intervensi
minor dan moderasi dalam menangani perilaku perilaku penyimpangan pada peserta
didik yaitu:
1. Gunakan isyarat non verbal
Jalin
kontak mata dengan murid. Kemudian beri isyarat dengan meletakkan telunjuk jari
di bibir anda, menggeleng kepala, atau menggunakan isyarat tangan untuk menghentikan
perilaku tersebut.
2. Terus lanjutkan aktifitas belajar
Biasanya
terjadi suatu jeda dalam transisi aktifitas dalam kegiatan belajar mengajar,
dimana pada jeda tersebut murid tidak melakukan apa-apa. Pada situasi ini,
murid mungkin akan meninggalkan tempat duduknya, mengobrol, bercanda dan mulai
ribut. Strategi yang baik adalah bukan mengkoreksi tindakan mereka tetapi
segera melangsungkan aktifitas baru berikutnya.
3. Arahkan perilaku
Jika
murid mengabaikan tugas yang kita perintahkan, ingatkan mereka tentang
kewajiban itu. Anda bisa berkata, “Baiklah, ingat, semua anak harus
menyelesaikan soal matematika ini.”
4. Beri instruksi yang dibutuhkan
Terkadang
siswa melakukan kesalahan kecil saat tidak memahami cara mengerjakan tugas.
Untuk mengatasinya anda harus memantau murid dan memberi petunjuk jika
dibutuhkan.
5. Suruh murid berhenti dengan nada
tegas dan langsung
Jalin
kotak mata dengan murid, bersikap asertif, dan suruh murid menghentikan
tindakannya. Buat pernyataan, singkat dan pantau situasi sampai murid patuh.
Strategi ini bisa dilakukan dengan mengkombinasikan strategi mengarahkan
perilaku murid.
6. Beri murid pilihan
Berilah
murid tanggung jawab dengan memilih dua pilihan, bertindak benar atau menerima
konsekuensi negatif. Beri tahu murid apa tindakan benar itu dan apa konsekuensi
bila melanggar.
7. Jangan
beri privilese atau aktifitas yang mereka inginkan
Bila
anda memperbolehkan murid untuk berkeliling kelas atau mengerjakan tugas dengan
murid lain dan ia malah menyalahgunakan privilese yang anda berikan atau
mengganggu pekerjaan temannya, maka anda bisa mencabut privilesenya.
8. Buat perjanjian behavioral
Buatlah
perjanjian yang bisa disepakati oleh semua murid. Perjanjian ini harus
merefleksikan masukan dari kedua belah pihak yaitu guru dan murid. Jika muncul
problem dan murid tetap keras kepala, guru bisa merujuk pada kesepakatan
bersama yang telah dibuat.
9. Pisahkan atau keluarkan murid dari
kelas
Bila
murid bersenda gurau dan bersikap tidak mengindahkan peringatan, anda bisa
memisahkan ia dari murid disekitarnya ataupun mengeluarkannya dari dalam kelas.
10. Kenakan hukuman atau sanksi
Menggunakan
hukuman sebaiknya tidak melakukan tindakan kekerasan, tetapi biasa dilakukan
dengan memberikan tugas mengerjakan soal atau menulis halaman tambahan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam pelaksanaan pembelajaran di SD ada beberapa pendekatan
yang harus digunakan guru supaya kondisi kelas tetap kondusif, terhindar dari
berbagai masalah kelas yang dapat menganggu pelaksanaan pembelajaran.ada
beberapa pendekatan dalam pelaksanaan manajemen kelas yang sering digunakan
guru dalam pembelajaran yaitu:
1. Pendekatan individu
2. Pendekatan Kelompok
Selain ke dua pendekatan dalam
manajemen kelas ada pula beberapa pendekatan yang sering digunakan antara lain
penguatan tentang manajemen kelas dibahas pula tentang pendekatan dalam
pengelolaan kelas dimana kedua istilah tersebut pada dasarnya mengandung
pengertian dan tujuan yang sama. Dan terakhir adalah masalah mengangani prilaku
yang menyimpang yang sering muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, manajemen
kelas ataupun pengelolaan kelas.
Saran
Penulis menyarankan bahwa mahasiswa yang akan
menjadi calon guru di SD kelak diharapkan mampu mengatur kelas melalui
pendekatan manajemen kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
http://matakuliah-pgsd.blogspot.com/2012/07/pendekatan-dalam-manajemen-kelas-di.html
http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2564:pengelolaan-kelas-mengatasi-perilaku-menyimpang&catid=35:artikel-dosen&Itemid=210
0 komentar:
Posting Komentar