BAB
1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
harus dikuasai siswa karena kompetensi keterampilan berbicara adalah komponen
terpenting dalam tujuan pembelajaran bahasa Indonesia.
Berbicara sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa memiliki
peran yang sangat penting dalam berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi, baik secara lisan
maupun tertulis. Selain untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi,
pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki sikap positif yaitu
mau menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkomunikasi.
Komponen yang paling penting dalam berkomunikasi adalah keterampilan berbicara.
Nurhadi (1995: 342) menjelaskan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek
kemampuan berbahasa yang berfungsi untuk menyampaikan informasi secara lisan.
Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif. Dalam
menyampaikan pesan, informasi yang disampaikan harus mudah dipahami oleh orang
lain agar terjadi komunikasi secara lancar.
Dengan konsep dasar berbicara
sebagai alat untuk berkomunikasi ini, pengajaran keterampilan berbicara
diharapkan aktif interaktif baik dua arah atau multi arah. Dengan demikian
pengajaran keterampilan berbicara bukan lagi sesuatu yang monoton dan tanpa
makna, namun mendapat respon yang aktif dari audien. Inilah yang melatar
belakangi pembuatan makalah ini, yakni pengajaran keterampilan berbicara harus berlandaskan
konsep dasar komunikasi.
1.2 Tujuan pembahasan masalah
Tujuan
dibuatnya makalah ini adalah:
1.
melatih keberanian siswa untuk berbicara
2.
melatih siswa untuk menceritakan pengetahuan dan pengalamannya
3.
melatih menyampaikan pendapat
4. membiasakan siswa untuk bertanya
1.3 Rumusan masalah
Rumusan
yang dapat dibuat berdasarkan latar belakang masalah antara lain :
1.
apakah hakikat berbicara?
2.
apa saja komponen yang dibutuhkan dalam berbicara?
3. apa
saja tujuan berbicara?
4.
apa saja konsep dasar dalam berbicara?
5. apa
saja jenis-jenis berbicara?
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat
Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa berbicara adalah “berkata, bercakap,
berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya)
atau berunding”.
Berbicara
secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud
tersebut dapat dipahami oleh orang lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7).
Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur
Tarigan (2008:16), mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan
sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Sty Slamet (2007:12) menjelaskan
bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kehendak
pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran.
Sedangkan menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Selanjutnya Nurhatim (2009:1)
berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan manusia dalam rangka
pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam pikiran.
Menurut
Tarigan (1983:15) memberikan batasan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan
sebagai bentuk atau wujudnya berbicara tersebut sebagai suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Menurut Mulgrave (1954:3-4)
mengemukakan pendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. Jadi pada hakikatnya
berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk
bunyi-bunyi bahasa.
2.2
Komponen Berbicara
Menurut Tarigan (1990:157),
butir-butir atau komponen yang selalu terlibat dan mempengaruhi pembicaraan
adalah :
- Pembicara;
- Pembicaraan;
- Penyimak;
- Media;
- Sarana
penunjang;
- Interaksi.
2.3
Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah
menyampaikan pesan kepada orang lain (pendengar). Tujuan tersebut dapat
diperinci lebih lanjut menjadi:
1. Untuk
menghibur
Contoh : para pelawak
2. Untuk
menginformasikan
Contoh : penceramah,
penyiar
3. Untuk
menstimulasikan
Contoh : guru yang
membangkitkan inspirasi murid, kemauan,minat, semangat.
4. Untuk
meyakinkan
Contoh : pembaca iklan,
pidato penyuluhan
5. Untuk
menggerakkan
Contoh : juru kampanye
2.4
Konsep Dasar Berbicara
a. Berbicara
dan menyimak adalah dua keterampilan resiprokal
b. Berbicara
adalah proses individu berkomunikasi
c. Berbicara
ekspresi kreatif
d. Berbicara
adalah tingkah laku
e. Berbicara
adalah tingkah laku yang dipelajari
f. Berbicara
distimulasikan oleh pengalaman
g. Berbicara
adalah alat memperluas cakrawala
h. Berbicara
berkaitan erat dengan kemampuan linguistik dan lingkungan
i.
Berbicara adalah
pancaran pribadi
2.5 Jenis-jenis
Berbicara
Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis
berbicara:
a. Jenis
Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan
Berdasarkan situasi
pembicaraan, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara infomal.
Berbicara informal meliputi bertukar pengalama, percakapan, penyampaian berita,
dan memberi petunjuk. Adapu berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan
penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.
b. Jenis
Berbicara Berdasarkan Tujuan Pembicara
Tujuan pembicara pada
umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu (1) berbicara untuk
menghibur, (2) berbicara untuk menginformasikan, (3) berbicara untuk
menstimuli, (4) berbicara untuk meyakinkan, (5) berbicara untuk menggerakkan.
Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai. Disini pembicara berusaha
membuat pendengarnya senang dan gembira. Saat menginformasikan sesuatu kepada
khalayak, pembicara berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat agar
isi informasi terjaga keakuratannya. Jenis berbicara ini banyak dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari. Jenis berbicara menstimuli jauh lebih kompleks
daripada berbicara menghibur dan menginformasikan. Disini pembicara harus
pandai mempengaruhi pendengar sehingga akhirnya pendengar tergerak untuk
mengerjakan hal-hal yang dikehendaki pembicara. Pembicara biasanya secara
sosial berstatus lebih tinggi daripada pendengarnya. Pembicara biasanya berusaha membangkitkan
semangat pendengarnya sehingga ia bekerja lebih tekun atau belajar lebih baik.
Jenis berbicara untuk
meyakinkan merupakan tahap yang lebih jauh dari berbicara untuk menstimuli.
Disini pembicara bertujuan meyakinkan pendengar lewat pembicaraan yang
meyakinkan, sikap pendengar akan diubah, misalnya dari menolak menjadi
menerima. Dalam hal ini, pembicara biasanya menyertakan bukti, fakta,contoh,
dan ilustr asi yang tepat.
Adapun jenis berbicara
menggerakkan meupakan kelanjutan dari jenis berbicara meyakinkan. Jenis
berbicara menggerakkan bertujuan menggerakkan pendengar/khalayak agar bertujuan
menggerakkan pendengar agar mereka berbuat dan bertindak, seperti yang
dikehendaki pembicara. Disini diperlukan keterampilan berbicara yang tinggi,
kelihaian membakar emosi, kepintarannya memanfaatkan situasi, dan penguasaan
terhadap massa.
c. Jenis
Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar
Berdasarkan jumlah
pendengar, jenis berbicara ini dibedakan atas berbicara antarpribadi, berbicara
dalam kelompok kecil,dan berbicara dalam kelompok besar. Berbicara antarpribadi
terjadi bila seseorang berbicara dengan satu pendengar (empat mata). Suasana
pembicaraan yang melatari sangat bergantung dua pribadi yang terlibat serta isi
pembicaraan.
Berbicara dalam
kelompok kecil terjadi apabila ada sekelompok kecil (3-5 orang) dalm
pembicaraan itu. Berbicara dalam kelompok kecil ini sangat bagus untuk pembelajaran
bahasa atau untuk siswa yang malu berbicara. Kelompok kecil akan memungkinkan
siswa yang pemalu menjadi mau berbicara. Adapun berbicara dalam kelompok besar
terjadi apabila pembicara berhadapan dengan pendengar dalam jumlah yang besar.
Misalnya, mengajar dengan jumlah siswa yang cenderung banyak.
d. Jenis
Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari Pembicaraan
Jenis berbicara ini
dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam) macam, yaitu pidato presentasi,
penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominasi. Contoh pidato
presentasi adalah pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah. Contoh pidato
penyambutan adalah pidato yang berisi sambutan umum yang menjadi inti acara.
Contoh pidato perpisahan adalah pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada
saat acara perpisahan atau pada saat penutupan suatu acara. Contoh pidato
jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan untuk tamu, dsb.
Contoh pidato perkenalan adalah pidato yang berisi memperkenalkan diri kepada
khalayak. Contoh pidato nominasi adalah pidato yang berisi pujian dan alasan
mengapa sesuatu ini dinominasika (diunggulkan).
e. Jenis
Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian Berbicara
Berdasarkan metode
penyampaian, ada 4 (empat) jenis berbicara yaitu metode mendadak (impromptu),
metode tanpa persiapan (ekstemporan), metode membaca naskah, dan metode
menghafal (Keraf, 1980:316, Dipodjono, 1982:38-39, Tarigan, 1983:24-25).
Penyajian dengan metode
mendadak, terjadi bila ecara tiba-tiba seseorang diminta berbicara di depan
khalayak (tidak ada persiapan sama sekali). Dalam hal ini sebaiknya pembicaraan
dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang melatari pertemuan pada saat itu.
Adapun yang dimaksud
dengan metode tanpa persiapan adalah tanpa adanya persiapa naskah. Jadi,
pembicara masih mempunyai waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan
khusus yang berupa kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang
urutan uraian dan kata-kata khusus yang harus disampaikan.
Apabila pembicara akan
menyampaikan suatu pernyataan kebijakan atau keterangan secara tertib dalam
pidato-pidato resmi, pidato kenegaraan, dsb. Metode membaca naskah yang paling
banyak digunakan.
Adapun metode menghafal
menunjukkan bahwa pembicara sudah mengadakan perencanaan, membuat naskah, dan
menghafal naskah. Apabila pembicara hanya sekadar mengucapkan apa yang ia
hafalkan tanpa menghayati dan menjiwai apa yang diucapkan serta tidak berusaha
untuk menyesuaikan diri dengan istilah dan kondisi yang melatari pembicaraan
itu, dapat dipastikan bahwa pembicaraan itu menjadi tidak menarik, membosankan,
dan meletihkan pendengar. Sebaliknya, ada juga pembicara yang berhasil dengan
metode ini. Hal ini terjadi karena pembicara tanggap terhadap situasi dan
kondisi yang melatari pembicaraan.
2.6
Faktor-faktor
Penunjang Keterampilan Berbicara
Berbicara di depan umum memerlukan teknik-teknik
tertentu. Penguasaan teknik yang digunakan untuk menyajikan pikiran dan gagasan
merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pembicara. Beberapa syarat
yang dimaksud dalah sebagai berikut :
1. Memiliki
Keberanian dan Tekad yang Kuat
Keberanian merupakan
hal yang sangat mendasar. Tanpa keberanian atau keberanian yang
setengah-setengah akan megakibatkan kacaunya pembicaraan. Hal lain yang perlu
dimiliki pembicara adalah keyakinan atau tekad yang kuat. Tekad yang kuat akan
menghilangkan keraguan dan menambah kepercayaan terhadap diri sendiri.
2. Memiliki
Pengetahuan yang Luas
Seorang pembicara harus
menguasai materi yang akan dibicarakan sehingga dapat menyampaikan
gagasan-gagasan secara lancar dan teratur.
3. Memahami
Proses Komunikasi Massa
Untuk memahami proses
komunikasi massa, pembicara dapat mengawali dengan analisis pendengar dan
situasi yang akan membantu pembicara agar dapat bereaksi dengan cepat dan
tepat.
4. Menguasai
Bahasa yang Baik dan Lancar
Jika pembicara
menguasai bahasa dengan baik dan lancar, otomatis akan mempunyai perbendaharaan
kosakata yang memadai dengan kosakata yang memadai, pembicara akan mampu
berimprovisasi dengan baik pula. Tanpa bahasa yang baik dan lancar, seseorang
akan gagal berbicara karena bahasa yang kacau dan tidak mampu mewakili
gagasan-gagasan akan mengganggu penyampaian pesan dalam pidato. Penguasaan
bahasa tersebut termasuk lafal, singkatan, istilah, dan sebagainya.
5. Pelatihan
yang Memadai
Pelatihan merupakan
syarat yang mutlak dalam berbicara di muka umum, khususnya untuk para pemula.
Pelatihan yang memadai akan semakin meninggikan nilai pembicaraan karena secara
umum dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang terencana menghasilkan kualitas yang
lebih baik.
2.6 Relevansi Berbicara dengan Keterampilan
Bahasa Lainnya
Aspek-aspek
keterampilan bahasa lainnya yang berkaitan dengan keterampilam berbicara adalah
menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara
berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan
membaca.
a. Hubungan
Berbicara dengan Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua
kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan
menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak
saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam
bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya.
Kegiatan berbicara dan menyimak
saling melengkapi, tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang
menyimak. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara.
Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan
struktur kalimat.
Keterampilan berbicara menunjang
keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar
dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan
penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara dan menyimak merupakan
kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya berkaitan dengan bunyi bahasa. Dalam
berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui suara atau bunyi bahasa,
sedangkan dalam menyimak seseorang mendapat informasi melalui ucapan atau
suara.
Berbicara dan menyimak merupakan dua
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai
kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan
berbicara. Keduanya sama-sama penting dalam komunikasi.
b. Hubungan
Berbicara dengan Membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam
sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui
sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat
reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
Bahan pembicaraan sebagian besar
didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak
informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan
untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui
berbicara.
c. Hubungan
Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan
menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai
penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara
disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan
menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Informasi yang digunakan dalam
berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca.
Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang
keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang
keterampilan berbicara.
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian
di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Komponen dalam berbicara meliputi pembicara, pembicaraan, penyimak, media, sarana
penunjang dan interaksi. Tujuan berbicara antara lain untuk
menghibur, untuk menginformasikan, untuk menstimulasikan, untuk meyakinkan dan
untuk menggerakkan
3.2 Saran
Penulis menyadari, pembahasan pada makalah ini kiranya perlu
mendapat respon yang positif baik itu berupa saran dan kritik yang mengarah
kepada penyempurnaan, guna pengembangan dan peningkatan disiplin ilmu yang
sekarang Penulis pelajari.
Daftar
Pustaka
Ø TW. Solhan. 2009.
Materi pokok pendidikan bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Ø http://profesor-fairuz.blogspot.com/2012/01/keterampilan-berbicara.html
0 komentar:
Posting Komentar