Minggu, 30 Juni 2013

apresiasi sastra

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang masalah
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja "ti appreciate" yang berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa Indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Dalam makalah ini kami mencoba membahas mengenai definisi dari apresiasi sastra, tujuan beserta manfaat dari apresiasi sastra dan tahapan dalam mengapresiasikan sastra.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan apresiasi sastra dan karya sastra anak?
2.      Apa saja bentuk karya sastra?
3.      Apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak secara reseptif?
4.      Apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak secara produktif?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian apresiasi sastra dan karya sastra anak.
2.      Mengetahui bentuk-bentuk karya sastra.
3.      Mengetahui apresiasi karya sastra secara reseptif.
4.      Mengetahui apresiasi karya sastra secara produktif.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Apresiasi Sastra dan Karya Sastra Anak
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti penghargaan,penilaian,pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti appreciate" yang berarti menghargai, menilai,mengerti dalam bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa, atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Sedangkan karya sastra anak adalah karya sastra yang isinya mengenai anak-anak; kehidupannya,kesenangannya,sifat-sifatnya,dan perkembangannya. Perbeda-an yang mencolok antara karya sastra anak dengan karya sastra orang dewasa terletak pada tingkat keterbacaan dan tingkat kesesuaiannya.
Keterbacaan adalah mudah tidaknya suatu bacaan untuk dicerna,dihayati,dipahami, dan dinikmati oleh pembacanya. Kriteria keterbacaan meliputi: kejelasan bahasa, kejelasan tema, kejelasan tema, kesederhanaan plot, kejelasan perwatakan, kesederhanaan latar, dan kejelasan pusat pengisahan. Sedangkan kesesuaian, karya sastra anak-anak harus memperhatikan perkembangan psikologi atau jiwa, usia dan moral anak-anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.
2.2  Bentuk Karya Sastra
Menurut bentuknya karya sastra dapat dibedakan menjadi: prosa, puisi, dan drama.
           Prosa adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan kalimat-kalimat yang disusun secara horizontal. Kalimat-kalimat yang disusun membentuk kesatuan pikiran menjadi paragraf, paragraf membentuk bab atau bagian-bagian, dan seterusnya.
           Puisi adalah karya sastra yang ditulis dengan bentuk larik-larik dan bait. Kalimat-kalimat disusun secara vertikal. Kalimat dalam puisi padat-padat.
           Drama adalah katya sastra yang ditulis dengan bahasa dalam bentuk dialog. Perbedaan karya sastra yang satu ini dengan karya sastra lainnya terletak pada tujuan penulisan naskahnya. Naskah drama ditulis dengan tujuan untuk dipertunjukkan, sedangkan karya sastra lain (prosa atau puisi) bertujuan untuk dibaca.
2.3  Apresiasi Sastra Secara Reseptif
Apresiasi sastra secara reseptif adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan menyaksikan pementasan drama.
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara reseptif, diantaranya sebagai berikut:
1.      Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Menurut Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan  isi atau gagasan yang lucu atau menarik.
2.      Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat, petuah, nasihat, pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin (2004: 47) mengemukakan bahwa pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
3.      Pendekatan Analitis
Aminuddin (2004: 44) mengemukakan bahwa pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur intrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya. Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkan diatas. Dianggap telah memadai, jika telah dapat mengungkapakan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca, dan dapat menunjukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung atau saling bertentangan, serta mampu memaparkan pesan-pesan yang dapat memperkaya pengalaman rohaniah.
Aminudin (2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi adalah tema, latar, alur, penokohan dan sudut pandang, dan gaya bahasa.
2.4   Apresiasi Sastra Secara Produktif
Apresiasi produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan penciptaan. Dalam hubungannya dalam apresiasi produktif, pengapresiasian dituntun menghasilkan karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa, drama, pementasan karya sastra, dan esai.  
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara produktif, diantaranya sebagai berikut:
1.      Pendekatan Parafrastis
Parafrase merupakan salah satu keterampilan yang dapat meningkatkan apresiasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan pokoknya. Aminudin (2004) menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk karya sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan menggunakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang.
Di samping itu, Aminudin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa:
a)      Pengubahan bentuk karya sastra tertentu kedalam bentuk sastra yang lain akan semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman pembaca yang bersangkutan.
b)      Gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda.
c)      Simbol yang konotatif dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan mudah dipahami.
d)     Pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.
I.G.P Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara,yaitu teknik larik, teknik bait, dan teknik global.
2.      Pendekatan Analitis
Pendekatan Analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh (Aminuddin,2004).
Menurut I.A Richard (dalam Situmorang, 1980) ada dua hal pokok yang membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi meliputi diksi, gaya bahasa, kata konkret, gaya bayang, irama dan rima. Hubungan keduanya erat, oleh Karigan (1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh. Sehingga hakikat puisi dapat disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi dapat disebut sebagai unsur lahiriah puisi.
a)      Unsur Lahiriah (Metode Puisi)
1)      Diksi
Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan dengan maksud puisinya, baik secara denotatif maupun konotatif.
2)      Gaya bahasa
Gaya bahasa ialah gaya tertentu yang digunakan penyair untuk menciptakan kesan tertentu, daya bayang dan nilai keindahan.
3)      Kata konkret
Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat mewakili suatu pengertian secara konkret dengan memilih kata yang khusus, bukan yang umum, misal:
-        Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
-        Anak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya. (kata umum)
4)      Daya bayang (imagery)
Daya bayang adalah kemampuan penyair mendskripsikan atau melukiskan suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan benda atau mengalami peristiwa seperti yang disaksikan atau dialami penyair tersebut.
5)      Irama dan rima
Irama adalah berkaitan dengan kera lembutnya suara (tekanan), panjang pendeknya suara (tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian sejenak (jeda) dan lainnya. Rima adalah persamaan bunyi awal, akhir, awal-akhir.

b)      Unsur Batiniah Puisi
1)      Tema
Tema ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik puisi.
2)      Rasa
Rasa ialah sikap pandang penyair terhadap pokok persoalan atau tema tertentu.
3)      Nada
Nada ialah sikap bahasa penyair tehadap penikmat karyanya.
4)      Amanat
Amanat ialah pesan, nasihat, petuah, yang disampaikan oleh penyair dalam karyanya baik secara langsung atau tak langsung.












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa, atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Sedangkan karya sastra anak adalah karya sastra yang isinya mengenai anak-anak; kehidupannya,kesenangannya,sifat-sifatnya,dan perkembangannya.
Menurut bentuknya karya sastra dapat dibedakan menjadi prosa, puisi, dan drama.
Apresiasi sastra anak-anak secara reseptif adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra anak-anak, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan menyaksikan pementasan drama. Pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif diantaranya adalah pendekatan Emotif, pendekatan Didaktis, pendekatan Analitis.
Apresiasi produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan penciptaan. Dalam hubungannya dalam apresiasi produktif, pengapresiasi dituntun menghasilkan karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa, drama, pementasan karya sastra, dan esai. Pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara produktif diantaranya adalah pendekatan Parafrastis dan pendekatan Analitis.
3.2  Saran
Penulis berharap pendidik dapat menggunakan dan menghasilkan sebuah apesiasi karya sastra anak-anak secara reseptif dan produktif agar anak-anak mendapatkan pembelajaran tentang sastra sesuai dengan porsinya dan lebih meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak dalam dunia sastra.




DAFTAR PUSTAKA
Zuchdi, D. dan Budiasih. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Faisal, M. dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Semarang: Departemen Pendidikan Nasional.



0 komentar:

Posting Komentar