BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang masalah
Istilah
apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti
penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja "ti
appreciate" yang berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa
Indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya
sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli
sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Dalam makalah ini kami mencoba
membahas mengenai definisi dari apresiasi sastra, tujuan beserta manfaat dari
apresiasi sastra dan tahapan dalam mengapresiasikan sastra.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan apresiasi sastra dan karya sastra anak?
2.
Apa
saja bentuk karya sastra?
3. Apakah
yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak secara reseptif?
4. Apakah
yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak secara produktif?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian apresiasi sastra dan karya sastra anak.
2.
Mengetahui
bentuk-bentuk karya sastra.
3.
Mengetahui
apresiasi karya sastra secara reseptif.
4.
Mengetahui
apresiasi karya sastra secara produktif.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Apresiasi Sastra dan
Karya Sastra Anak
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris
"apresiation" yang berarti penghargaan,penilaian,pengertian. Bentuk
itu berasal dari kata kerja " ti appreciate" yang berarti menghargai,
menilai,mengerti dalam bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian,
yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan
pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa, atau
suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap
cipta sastra.
Sedangkan
karya sastra anak adalah karya sastra yang isinya mengenai anak-anak;
kehidupannya,kesenangannya,sifat-sifatnya,dan perkembangannya. Perbeda-an yang
mencolok antara karya sastra anak dengan karya sastra orang dewasa terletak
pada tingkat keterbacaan dan tingkat kesesuaiannya.
Keterbacaan
adalah mudah tidaknya suatu bacaan untuk dicerna,dihayati,dipahami, dan
dinikmati oleh pembacanya. Kriteria keterbacaan meliputi: kejelasan bahasa,
kejelasan tema, kejelasan tema, kesederhanaan plot, kejelasan perwatakan,
kesederhanaan latar, dan kejelasan pusat pengisahan. Sedangkan kesesuaian,
karya sastra anak-anak harus memperhatikan perkembangan psikologi atau jiwa,
usia dan moral anak-anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa
suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan
kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh
anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk
puisi dan prosa, melainkan
juga bentuk drama.
2.2 Bentuk
Karya Sastra
Menurut
bentuknya karya sastra dapat dibedakan menjadi: prosa, puisi, dan drama.
Prosa adalah karya sastra yang
ditulis dengan menggunakan kalimat-kalimat yang disusun secara horizontal.
Kalimat-kalimat yang disusun membentuk kesatuan pikiran menjadi paragraf,
paragraf membentuk bab atau bagian-bagian, dan seterusnya.
Puisi
adalah karya sastra yang ditulis dengan bentuk larik-larik dan bait.
Kalimat-kalimat disusun secara vertikal. Kalimat dalam puisi padat-padat.
Drama adalah katya sastra yang
ditulis dengan bahasa dalam bentuk dialog. Perbedaan karya sastra yang satu ini
dengan karya sastra lainnya terletak pada tujuan penulisan naskahnya. Naskah
drama ditulis dengan tujuan untuk dipertunjukkan, sedangkan karya sastra lain
(prosa atau puisi) bertujuan untuk dibaca.
2.3 Apresiasi
Sastra Secara Reseptif
Apresiasi sastra secara reseptif adalah penghargaan,
penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi
maupun prosa yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan
menyaksikan pementasan drama.
Ada
beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara
reseptif, diantaranya sebagai berikut:
1.
Pendekatan
Emotif
Pendekatan
emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk mampu menemukan dan
menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya sastra tertentu, baik
dari segi bentuk maupun dari segi isi. Menurut Aminuddin (2004:42) mengemukakan
bahwa pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan
unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu
berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang
berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu atau menarik.
2.
Pendekatan
Didaktis
Pendekatan
didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat, petuah, nasihat,
pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai yang dapat memperkaya
kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin (2004: 47) mengemukakan bahwa pendekatan
didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan,
tanggapan, evaluatif maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam
suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya
kehidupan rohaniah pembaca.
3.
Pendekatan
Analitis
Aminuddin
(2004: 44) mengemukakan bahwa pendekatan analitis merupakan pendekatan yang
berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan,
sikap pengarang, unsur intrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat
membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk
dan maknanya. Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran
sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkan diatas.
Dianggap telah memadai, jika telah dapat mengungkapakan unsur-unsur yang
membangun karya sastra yang dibaca, dan dapat menunjukkan hubungan antarunsur
yang saling mendukung atau saling bertentangan, serta mampu memaparkan
pesan-pesan yang dapat memperkaya pengalaman rohaniah.
Aminudin
(2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi adalah tema, latar,
alur, penokohan dan sudut pandang, dan gaya bahasa.
2.4
Apresiasi Sastra Secara Produktif
Apresiasi produktif adalah apresiasi karya
sastra yang menekankan pada proses kreatif dan penciptaan. Dalam hubungannya
dalam apresiasi produktif, pengapresiasian dituntun menghasilkan
karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa, drama, pementasan karya sastra,
dan esai.
Ada
beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra secara
produktif, diantaranya sebagai berikut:
1.
Pendekatan
Parafrastis
Parafrase
merupakan salah satu keterampilan yang dapat meningkatkan apresiasi sastra
siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya sastra tertentu
menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan
pokoknya. Aminudin (2004) menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi pemahaman
makna suatu bentuk karya sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya
pengarang tertentu dengan menggunakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata
yang digunakan pengarang.
Di
samping itu, Aminudin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan parafrastis pada
dasarnya beranjak dari prinsip bahwa:
a)
Pengubahan
bentuk karya sastra tertentu kedalam bentuk sastra yang lain akan semakin
meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman pembaca yang bersangkutan.
b)
Gagasan
tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda.
c)
Simbol
yang konotatif dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan mudah dipahami.
d)
Pengungkapan
yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.
I.G.P
Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan puisi menjadi prosa
dapat dilakukan dengan berbagai cara,yaitu teknik larik, teknik bait, dan
teknik global.
2.
Pendekatan
Analitis
Pendekatan
Analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami
unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan
antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh
(Aminuddin,2004).
Menurut
I.A Richard (dalam Situmorang, 1980) ada dua hal pokok yang membangun puisi,
yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi meliputi tema, rasa, nada,
dan amanat, sedang metode puisi meliputi diksi, gaya bahasa, kata konkret, gaya
bayang, irama dan rima. Hubungan keduanya erat, oleh Karigan (1989) seperti
hubungan jiwa dan tubuh. Sehingga hakikat puisi dapat disebut sebagai unsur
batiniah dan metode puisi dapat disebut sebagai unsur lahiriah puisi.
a)
Unsur Lahiriah (Metode Puisi)
1)
Diksi
Diksi
merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya yang
sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan
dengan maksud puisinya, baik secara denotatif maupun konotatif.
2)
Gaya
bahasa
Gaya
bahasa ialah gaya tertentu yang digunakan penyair untuk menciptakan kesan
tertentu, daya bayang dan nilai keindahan.
3)
Kata
konkret
Kata
konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat mewakili suatu pengertian secara
konkret dengan memilih kata yang khusus, bukan yang umum, misal:
- Anak
itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
- Anak
itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya. (kata umum)
4)
Daya
bayang (imagery)
Daya
bayang adalah kemampuan penyair mendskripsikan atau melukiskan suatu benda atau
peristiwa sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan benda atau mengalami
peristiwa seperti yang disaksikan atau dialami penyair tersebut.
5)
Irama
dan rima
Irama
adalah berkaitan dengan kera lembutnya suara (tekanan), panjang pendeknya suara
(tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian sejenak (jeda) dan
lainnya. Rima adalah persamaan bunyi awal, akhir, awal-akhir.
b)
Unsur Batiniah Puisi
1)
Tema
Tema
ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik puisi.
2)
Rasa
Rasa
ialah sikap pandang penyair terhadap pokok persoalan atau tema tertentu.
3)
Nada
Nada
ialah sikap bahasa penyair tehadap penikmat karyanya.
4)
Amanat
Amanat
ialah pesan, nasihat, petuah, yang disampaikan oleh penyair dalam karyanya baik
secara langsung atau tak langsung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan
pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa, atau
suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap
cipta sastra.
Sedangkan
karya sastra anak adalah karya sastra yang isinya mengenai anak-anak;
kehidupannya,kesenangannya,sifat-sifatnya,dan perkembangannya.
Menurut bentuknya karya
sastra dapat dibedakan menjadi prosa, puisi, dan drama.
Apresiasi
sastra anak-anak secara reseptif adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian
terhadap karya sastra anak-anak, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang
dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan menyaksikan pementasan
drama. Pendekatan yang dapat diterapkan dalam
mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif diantaranya adalah pendekatan
Emotif, pendekatan Didaktis, pendekatan Analitis.
Apresiasi
produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan
penciptaan. Dalam hubungannya dalam apresiasi produktif, pengapresiasi dituntun
menghasilkan karya sastra yang dapat berupa puisi, prosa, drama, pementasan
karya sastra, dan esai. Pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi
sastra anak-anak secara produktif diantaranya adalah pendekatan Parafrastis dan
pendekatan Analitis.
3.2 Saran
Penulis berharap pendidik dapat menggunakan dan
menghasilkan sebuah apesiasi karya sastra anak-anak secara reseptif dan
produktif agar anak-anak mendapatkan pembelajaran tentang sastra sesuai dengan
porsinya dan lebih meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak dalam dunia
sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Zuchdi, D. dan Budiasih. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Faisal, M. dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Semarang:
Departemen Pendidikan Nasional.
0 komentar:
Posting Komentar