BAB V
PRINSIP-PRINSIP
DISIPLIN KELAS
Disiplin
bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab disiplin merupakan
hal yang kompleks dan kaitannya yaitu berkait antara pengetahuan, sikap, dan
perilaku. Kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, kebebasan, rasa kasih sayang,
tolong menolong dan sebagainya adalah beberapa aturan disiplin kemasyarakatan
yang harus dipelajari/diketahui, disikapi, dan ditegakkan oleh para siswa.
Disiplin
yang baik adalah terjelmanya aktivitas yang mampu mengatur diri kepada
terciptanya pribadi dan potensi sosial berdasar pengalaman-pengalamannya
sendiri. Pada bab prinsip-prinsip disiplin kelas ini akan mengulas pengertian
disiplin, hak, kebutuhan para siswa dan tampilan guru kaitannya dengan
disiplin, disiplin pada level sekolah dan kelas, membina hubungan sekolah
dengan masyarakat, sumber pelanggaran disiplin sekolah, serta peraturan dan
tata tertib kelas.
A.
Pengertian
Disiplin Kelas
Kata
disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada belajar
dan mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan istilah “disciple” yang
berarti mengikuti orang belajar dibawah pengawasan seorang pimpinan. Di dalam
pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi
terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin
dan ketertiban, ada juga yang menyebutkan istilah siasat dan ketertiban.
Diantara kedua istilah tersebut terlebih dahulu terbentuk pengertian
ketertiban, baru kemudian pengertian disiplin (Suharsimi, 1993: 114).
Ketertiban
menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib
karena didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar.
Disiplin
atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau
tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.
Disiplin kelas
adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang didalamnya tergabung guru dan
siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan (Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen, 1996:10). Disiplin pada
hakekatnya adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat
yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk
menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Sikap
disiplin yang dilakukan oleh seseorang sebenarnya adalah suatu tindakan untuk
memenuhi tuntutan nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Nilai-nilai
keagamaan atau nilai-nilai kepercayaan
Nilai ini diyakini
kebenarannya sehingga melahirkan tindak-tanduk disiplin yang penuh ketulusan untuk
berkorban.
Contoh: kewajiban
sholat lima waktu dan puasa selama satu bulan pada bulan Romadhon bagi umat
Islam.
b. Nilai-nilai
tradisional
Nilai-nilai ini
melahirkan tindak-tanduk pantangan yang kebanyakan tidak masuk akal dan
mengandung misteri.
Contoh: pantangan makan
kaki ayam kalau tulisannya ingin bagus, pantangan menduduki bantal, sialnya
angka 13 dan sebagainya.
c. Nilai-nilai
kekuasaan
Nilai ini bersumber
dari penguasa yang melahirkan tindak-tanduk disiplin demi terlaksananya tata
kepemimpinan menurut kehendak penguasa. Nilai ini biasanya diikuti sanksi bagi
yang tidak melaksanakan.
Contoh: harus membayar
pajak, harus jongkok bila penguasa datang dan sebagainya.
d. Nilai-nilai
subjektif
Pengakuan dari niali
ini berdasarkan penilaian pribadi yang melahirkan tindak-tanduk egosentrik.
Contoh: menurut
pendapat saya hal ini tidak benar karena Pak Kiai tidak mengatakannya dan
sebagainya.
e. Nilai-nilai
Rasional
Nilai yang memberi
penjelasan dan alasan perlu tidaknya dilakukan tindak-tanduk disiplin tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu.
Contoh: jika ingin
berhasil dengan baik dalam sekolah maka harus rajin belajar.
Disiplin
kelas merupakan hal esensial terhadap terciptanya perilaku tidak menyimpang
dari ketertiban kelas. Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin hendaknya
memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kemanusiaan
dan demokrasi berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dalam
mengambil kebijakan yang berhubungan dengan disiplin. Oleh karena itu, pendekatan
disiplin yang dilakukan guru harus:
a. Menggambarkan
prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan kemanusiaan.
b. Mengembangkan
dan membentuk profesionalisme personel dan sosial lulusan.
c. Merefleksikan
tumbuhnya kepercayaan dan kotrol dari peserta didik.
d. Menumbuhkan
kesungguhan berbuat dan berkreasi, baik dikalangan guru dan peserta didik tanpa
ada kecurigaan dan kecemasan.
e. Menghindari
perasaan beban berat dan rasa terpaksa dikalangan para peserta didik.
B.
Hak,
Kebutuhan Siswa dan Tampilan Guru Hubungannya dengan Disiplin
Beberapa
hak siswa yang penting dan yang
perlu dijamin adalah:
1. Hak menyelesaikan
pendidikan sebaik-baiknya.
2. Hak persamaan kedudukan atau kebebasan
dari diskriminasi dalam kelompok.
3. Hak berekspresi secara pribadi.
4. Hak keleluasaan pribadi.
5. Hak menyelesaikan study secara cepat (Mc
Neil dan Wiler, 1990).
Hak-hak itu semua adalah hak-hak umum
yang dimiliki para siswa. Dalam kaitan ini guru harus berusaha menerapkan dalam
praktik-praktik disiplin baik pada kebijakan sekolah maupun peraturan atau
hukum. Untuk hal tersebut, perlu ada garis sinkronisasi antara disiplin yang
seharusnya ditegakkan dengan pertimbangan peraturan yang dibuat.
Kebutuhan Siswa
adalah faktor yang relevan dalam menentukan banyak sistem disiplin kelas atau
sekolah. Satu contoh adalah hak dan kebutuhan tertentu dari siswa cacat dan
siswa yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya, anak cacat tidak dapat
dikeluarkan dari sekolah kecuali kalau Dewan Pertimbangan Kualifikasi
Profesional menentukan lain. Penentuan itu seperti bahwa penanganan terhadap
mereka kalau diteruskan di sekolah tersebut akan merugikan kedua belah pihak.
Berkaitan dengan
sejumlah besar kebutuhan para siswa, guru perlu mempertimbangkan dalam
menentukan program disiplin kelas yang relevan dengan mata pelajaran yang
sedang diajarkan, tingkat kemampuan umum para siswa dan latar belakang
sosio-ekonomi para siswa. Dalam beberapa kelas tingkat perhatian kepada para siswa
tidak sepenting seperti kelas lainnya, tetapi di lain kelas, terutama pada
kelompok kelas yang berkemampuan rendah, guru dapat memperbaiki pola disiplin
lebih baik, cermat dan seksama. Sebagai contoh siswa yang datang dari keluarga
berkarakter yang pola disiplinnya bertemperamen kasar, maka kondisi seperti itu
akan terbawa ke ruang kelas. Juga banyak guru mengalami problem disiplin ketika
para siswa gagal melihat keterkaitan pelaksanaan antara materi yang disajikan
kepada kehidupan mereka.
Dalam hal khusus
guru-guru memerlukan pertimbangan tentang hubungan program disiplin yang dibuat
dengan motivasi individu para siswa. Dalam menegakkan seperangkat ketentuan
disiplin sekolah, guru perlu mengkomunikasikan bagaimana para siswa seyogianya
bertingkah laku dan apa yang akan terjadi bila siswa berkelakuan lain. Beberapa
problema yang akan menganggu disiplin seyogianya dapat diperkirakan sejak dini.
Contoh dari problema tersebut adalah siswa melawan. Terhadap hal tersebut,
apakah guru membiarkan perilaku siswa yang keluar dari ketentuan yang
diaharapkan. Tentu saja tidak, oleh karena itu, kalau terjadi hal seperti itu
tindakan preventif segera dapat diterapkan.
Keberadaan guru
tidak hanya bertugas menyampaikan kurikulum/materi yang direncanakan kepada
para siswa, tetapi kondisi personal disiplin para guru itu sendiri di kelas
perlu ditampilkan. Materi dan disiplin harus dikaitkan kepada pemahaman umum
dari apa yang diharapkan para siswa. Program yang cukup efektif dalam memberi
pemahaman disiplin misalnya, dapat dilaksanakan sekolah dengan cara melibatkan
para siswa untuk mendiskusikan topik-topik yang menjadi kepedulian sekolah.
C.
Disiplin
pada Level Sekolah dan Kelas
Sekolah
dalam upaya menciptakan disiplin secara nyata sudah barang tentu akan berusaha
dan melibatkan berbagai unsur atau pihak misalnya dengan guru dalam
memberdayakan semua kebijakan, usaha mengidentifikasi secara jelas sebab-sebab
siswa berperilaku menyimpang, bekerjasama secara erat dengan orang tua dan para
pembina atau pendamping sekolah. Sekolah juga menggunakan beberapa pendekatan
untuk menanggulangi perilaku menyimpang para siswa melalui manajemen
pembelajaran kurikuler.
Beberapa
kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya problema disiplin adalah kegaduhan,
corak suasana sekolah, pengaruh komunitas yang tidak diinginkan,
ketidakteraturan dan ketidakajegan dalam menerapkan peraturan atau hukuman.
Tipe-tipe penanggulangan problema disiplin ini biasanya didekati oleh
pendekatan teknik manajerial. Misal, Kepala Sekolah dapat meminta staff sekolah,
pembina dan guru untuk mengetahui para siswa dan latar belakangnya, menyusun
jadwal sebaik mungkin sehingga tidak terjadi satu kegiatan mengganggu kegiatan
lain atau kegiatan berfluktuasi pada saat yang sama, menciptakan suasana
seperti dirumah sendiri dengan memodifikasi sekolah secara artistik dengan
tanaman hidup agar para siswa betah tinggal di sekolah. Sekolah juga dapat
mengurangi probema timbulnya gangguan disiplin dengan menjalin hubungan baik
dan kerjasama dengan komunitas lingkungan sekitar dan aparat keamanan
lingkungan. Hubungan dan kerjasama tersebut seperti memberi kesempatan kepada
masyarakat sekitar memanfaatkan sebagian fasilitas sekolah dan melibatkan
mereka untuk ikut serta membangun wilayah sekitar.
Disamping
itu sekolah secara teratur menyampaikan laporan dan meminta laporan kepada
aparat keamanan. Memberi laporan tentang kegiatan sekolah, misal laporan
kegiatan penerimaan dan pengumuman penerimaan siswa baru, pengumuman kelulusan
evaluasi belajar nasionla (EBTANAS), acara pekan olahraga dan seni, dan
sebagainya. Meminta laporan tentang situasi keamanan pada setiap saat dan
memberi kesempatan pada yang berwajib memberi penyuluhan tentang gerakan
disiplin nasional, bahaya narkotika, tertib lalu lintas dan sebagainya. Banyak
sekolah menghadapi bermacam-macam gangguan disiplin karena adanya watak suka
merusak, perbuatan merusak fasilitas sekolah, merokok dan penggunaan obat-obat
terlarang dari para siswanya.
Berdasarkan
uraian di atas menunjukkan bahwa manajemen kelas dalam menanggulangi gangguan
disiplin adalah hal yang kompleks. Guru harus dapat merencanakan model
pendekatan sendiri yang cocok dengan tampilan diri dan pembelajarannya. Di
kelas guru harus banyak bertukar pikiran dan menanyakan kepada para siswa
tentang hidup dan belajar sukses. Oleh karena itu, hal-hal berikut sepreti yang
dikemukakan oleh McNeil dan Wiles (1990) perlu dihayati dan disimak:
a.
Menunjukkan perilaku
siswa yang diharapkan di masa depan.
b.
Mendengarkan, ketika
para siswa menceritakan tentang kepedulian mereka.
c.
Mengetahui sedapat
mungkin dan se awal mungkin nama-nama para siswa.
d.
Menghindari kata-kata
sindiran, berlakulah posotif.
e.
Tersenyum, bersahabat,
dan menjalin hubungan harmonis penuh respek.
f.
Mengatahui karakter
(sifat, watak) dan latar belakang para siswa.
g.
Bila mungkin, abaikan
pelanggaran-pelanggaran kecil.
h.
Mencoba menghindari
bentuk-bentuk hukuman secar kelompok.
i.
Menciptakan disiplin
kelas sebagai tujuan utama.
Disamping itu
terdapat beberapa teknik yang dapat membantu pemeliharaan disiplin kelas dalam
mengajar seperti berikut ini:
a.
Tepat waktu dan
mulailah pelajaran sesegera mungkin dan siapkan sesuatu yang harus dikerjakan
para siswa.
b.
Siapkan rencana
pelajaran dan informasikan kepada para siswa apa, kapan, dan dimana aktivitas
itu dikerjakan.
c.
Lakukan sesuatu dengan
aturan dan pelaksanaan yang sama dan konsisten.
d.
Bervarisai dalam
aktivitas kelas.
e.
Tidak mengancam dan
menantang para siswa.
f.
Buatlah tugas para
siswa yang tepat dan cocok.
g.
Jagalah dan kontrol
suara guru.
h.
Tegas dalam permulaan
dan secara perlahan mulai dikendorkan bila hubungan sudah terjalin baik.
i.
Hindari adanya siswa
favorit diantara mereka.
j.
Jalin hubungan
kerjasama dengan orang lain.
Teknik
di atas kiranya dapat berguna dan sebagai penopang dalam upaya menanggulangi
gangguan disiplin di kelas. Nasehat yang simpatik bagi guru-guru baru berkaitan
dengan disiplin adalah mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian waktu.
Guru-guru yang berpengalaman dalam memelihara disiplin kelas ialah dengan cara
mengontrol suasana kelas dan memanipulasi kelas tersebut berdasarkan variasi
respon para siswa.
BAB
V
PRINSIP-PRINSIP
DISIPLIN KELAS
D.
Membina
Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Sekolah secara formal
adalah wadah atau tempat pembinaan dan pengembangan pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan yang sesuai dan dikehendaki oleh masyarakat dimana sekolah itu berada. Sebaliknya masyarakat diharapkan
membantu dan bekerja sama dengan sekolah agar program sekolah berjalan dengan
lancar dan lulusan yang dihasilkan memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh sebab
itu, hubungan yang saling menguntungkan antara sekolah dan masyarakat perlu
dibina dan dikembangkan secara harmonis. Hubungan sekolah dengan masyarakat
meliputi:
1.
Hubungan
sekolah dengan orang tua siswa
Hubungan sekolah dengan
orang tua siswa dapat dijalin melalui wadah perkumpulan orang tua siswa, guru
atau tenaga kependidikan lainnya yang dinamakan Badan Pembantu Penyelenggara
Pendidikan. Dengan adanya hubungan antara sekolah dan orangtua siswa tersebut
maka manfaat yang diharapkan diperoleh adalah:
a. Orang
tua siswa mengetahui tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sekolah.
b. Sekolah
mengetahui semua kegiatan orang tua dan para siswa di rumah.
c. Orang
tua siswa mau memberikan perhatian yang
sangat besar dalam menunjang kegiatan-kegiatan sekolah.
Agar orang tua siswa mengetahui kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan sekolah, maka sekolah perlu melaksanakan hal berikut:
a. Memberikan
informasi seluas-luasnya tentang program sekolah.
b. Melakukan
kunjungan rumah oleh guru atau kepala sekolah secara teratur atau rutin.
c. Menyadarkan
pihak orang tua/wali bahwa keterlibatan mereka dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan mutlak diperlukan.
Dengan diketahuinya kegiatan-kegiatan sekolah oleh orang
tua siswa maka orang tua siswa dapat berpartisipasi dengan cara sebagai
berikut:
a. Memotivasi
putra-putrinya untuk belajar dengan baik.
b. Melengkapi
semua keperluan belajar putra-putrinya.
c. Menarahkan
putra-putrinya untuk belajar dengan teratur.
d. Menciptakan
suasana yang mendukung dalam keluarga sehingga mendorong anak untuk rajin dalam
belajar.
e. Mengawasi
dan mengecek putra-putrinya dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
sekolah.
f. Ikut
membantu menegakkan disiplin sekolah, dan sebagainya.
2.
Hubungan
sekolah dengan instansi terkait
Sekolah perlu membina
hubungan baik secara timbal balik dengan instansi terkait. Instansi terkait itu
seperti Lurah/kepala desa, puskesmas, camat, polsek, koramil, dan posyandu.
Hubungan yang dijalin dan upaya yang perlu dilaksanakan oleh sekolah antara
lain:
a. Menginformasikan
kegiatan sekolah.
b. Ikut
serta dalam kegiatan yang diadakan oleh pemerintah, sepanjang tidak mengganggu
proses belajar mengajar.
c. Pada
saat yang diperlukan, Kepala Sekolah atau guru melakukan kunjungan ke instansi
pemerintah guna melakukan pendekatan.
d. Mengundang
pejabat Pemerintah di luar Depdikbud sebagai pembina dalam upacara bendera.
Sedangkan dari pihak
instansi terkait diharapkan dapat memberikan peran sertanya dalam:
a.
Membantu tegaknya
disiplin sekolah.
b.
Ikut membantu
terpeliharanya keindahan sekolah.
c.
Membantu nama baik
sekolah.
d.
Memenuhi undangan yang
disampaikan pihak sekolah.
e.
Membantu keamanan
sekolah.
3.
Hubungan
sekolah dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat
Hubungan sekolah dengan
dunia usaha dan tokoh masyarakat dapat dilaksanakan dalam bentuk:
a. Mengunjungi
industri dan perusahaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para siswa.
b. Mengundang
tokoh-tokoh yang berhasil dalam bidangnya untuk memberikan ceramah di sekolah.
Sedangkan dari pihak
dunia usaha dan tokoh masyarakat diharapkan peran sertanya yaitu:
a. Bersedia
menjadi nara sumber.
b. Memberikan
saran dalam rangka menegakkan wibawa Kepala Sekolah dan Guru.
c. Membantu
dan menyediakan fasilitas dalam melaksanakan muatan lokal bagi para siswa.
4.
Hubungan
sekolah dengan lembaga pendidikan lain
Upaya yang dapat
dilakukan diantaranya yaitu:
a. Mengadakan
kunjungan antar sekolah untuk saling bertukar pengalaman.
b. Menjalin
kerja sama dalam upaya saling mengembangkan pendidikan di sekolah
masing-masing.
c. Memberikan
informasi tentang perkiraan jumlah lulusan sekolah kepada lembaga pendidikan
setingkat di atasnya.
d. Mengundang
pimpinan lembaga pendidikan yang lebih tinggi tingkatannya untuk memberikan
ceramah tentang perkembangan pendidikan sesuai dengan jenjangnya.
E.
Sumber
Pelanggaran Disiplin
Adalah asumsi yang menyatakan bahwa semua tingkah laku
individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan.
Pengenalan terhadap kebutuhan siswa secara baik merupakan andil yang besar bagi
pengendalian disiplin.
Maslow
mengemukakan teori “hierarki kebutuhan manusia” yang dapat digambarkan dalam
bentuk piramida kebutuhan manusia yang meliputi:
a.
Kebutuhan fisik
(physical needs) manusia yaitu merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidupnya, seperti makan,
perlindungan (rumah, pakaian) seks dan sebagainya.
b.
Kebutuhan akan
keselamatan dan rasa aman (security dan safety) yaitu kebutuhan keselamatan dan rasa aman baik fisik
maupun perasaan keamanan terhadap masa depan yang
dihadapinya.
c.
Kebutuhan rasa memiliki
dan cinta kasih (love and belonging) yaitu berupa kebutuhan mencintai orang lain dan dicintai orang
lain, penerimaan, pembenaran, dan cinta orang lain
pada dirinya.
d.
Kebutuhan akan harga
diri (respect of self esteem) yaitu kebutuhan merasa dirinya berguna bagi orang lain, mempunyai
pengaruh terhadap orang lain dan sebagainya.
e.
Kebutuhan akan
pengetahuan dan pemahaman (knowledge and understanding) terhadap berbagai hal agar individu dapat mengambil
berbagai keputusan yang bijaksana terhadap beberapa
hal dalam menghadapi dunianya secara efektif.
f.
Kebutuhan akan
keindahan dan aktualisasi diri (beauty and self actualization) yaitu kebutuhan untuk memperoleh pengalaman
mengaktualisasikan dirinya dalam dunia nyata secara
langsung agar dari pengalamannya ia akan lebih krestif, toleran dan spontan (maslow dalam M. Entang dan T. Raka
Joni: 24-25).
Secara berurutan, manusia menghendaki terpenuhinya semua
kebutuhan tersebut yang diperoleh
dengan cara yang wajar, umum sesuai dengan tata aturan yang berlaku. Bila
kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa
dalam masyarakat, maka akan terjadi k pada ketidakseimbangan diri individu, dan
yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain yang sering
kurang diterima masyarakat. Mengambil logika seperti itu, mungkin pula
pelanggaran disiplin di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak
memberi pemenuhan terhadap semua kebutuhan peserta didik khususnya, misalnya:
a.
Tipe kepemimpinan guru
atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek didik. Perbuatan
sepeti itu akan mengakibatkan
peserta didik menjadi berpura-pura patuh, apatis, atau sebaliknya. Hal ini akan menjadikan siswa agresif yaitu
ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang
tidak manusiawi yang mereka terima.
b.
Pengebirian akan
hak-hak kelompok besar anggota sebagai peserta didik oleh sekolah/guru. Dengan pengebirian atau
pengurangan hak-hak tersebut akan menyuramkan
masa depan peserta didik, padahal disisi lain mereka seharusnya turut menentukan rencana masa depannya di
bawah bimbingan guru.
c.
Sekolah/guru tidak atau
kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada diatas atau dibawah rerata dalam berbagai aspek yang
ada hubungannya dengan kehidupan sekolah.
d.
Sekolah/guru kurang
melibatkan dan mengikutsertakan para peserta didik dalam keikutsertaanya bertanggung jawab terhadap
kemajuan sekolah sesuai dengan kemampuannya.
e.
Sekolah/guru kurang
memperhatikan latar belakang kehidupan peserta didik dalam keluarga ke dalam sub sistem
kehidupan sekolah.
f.
Sekolah kurang
mengadakan kerjasama dengan orang tua dan antara keduanya saling melepaskan tanggung jawab.
Faktor-faktor penyebab
timbulnya masalah disiplin kelas menurut (Hollingsworth, Hoover, 1991:97-71):
a.
Masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh guru
Guru sangatlah berperan
penting dalam upaya menciptakan disiplin kelas yang efektif. Guru yang
membiarkan peserta didik berbuat salah, tidak suka pada peserta didik, lebih mementingkan
pelajaran daripada peserta didik, kurang menghargai peserta didik, kurang rasa
humor, akan mengalami banyak gangguan dalam kelas.
Hal-hal yang dapat
menimbulkan masalah disiplin kelas, yaitu:
1.
Aktiviats yang kurang
tepat dalam keadaan tertentu.
2.
Kata-kata atau sindiran
tajam yang menimbulkan rasa malu pada peserta didik.
3.
Ketidakcocokan antara
kata dan perbuatan, antara teori dan praktik.
4.
Bertindak tidak sopan
tanpa pertimbangan yang matang dan tanpa melihat situasi.
5.
Memiliki rasa ingin
terkenal, rasa ingin ditakuti, atau rasa ingin disegani.
6.
Kurang pengendalian
diri, seperti suka menggunjing peserta didik ditempat orang banyak.
7.
Kegagalan menjelaskan
tujuan pelajaran kepada peserta didik.
8.
Menggunakan metode yang
kurang variatif/monoton dari hari ke hari.
9.
Gagal mendeteksi
perbedaan individu peserta didik.
10. Berbicara
menggumam/tidak jelas.
11. Memberi
tugas yang berat dan kompleks.
12. Tidak
mengontrol pekerjaan peserta didik, apalagi mengembalikan pekerjaan tesebut.
13. Tidak
memberikan umpan balik kepada hasil kerja peserta didik.
b. Masalah-masalah
yang ditimbulkan oleh peserta didik
Ketidakteraturan
selama proses belajar mengajar dapat disebabkan juga oleh masalah yang
ditimbulkan oleh peserta didik. Sejumlah hal yang disebabkan oleh peserta didik
berikut ini cenderung memberi kontribusi membuat disiplin kelas terganggu,
seperti:
1. Anak
yang suka membadut atau berbuat aneh ayng semata-mata untuk menarik perhatian
di kelas.
2. Anak
dari keluarga yang kurang harmonis atau kurang perhatian dari orang tuanya.
3. Anak
yang sakit.
4. Anak
yang tidak punya tempat untuk mengerjakan tugas sekolah di rumah.
5. Anak
yang kurang tidur.
6. Anak
yang malas membaca atau tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah.
7. Anak
yang pasif atau potensi rendah yang datang ke sekolah sekedarnya.
8. Anak
yang memiliki rasa bermusuhan atau menentang kepada semua peraturan.
9. Anak
memiliki rasa pesimis atau putus asa terhadap semua keadaan.
10. Anak
yang berkeinginan berbuat segalanya dapat dikuasai secara sempurna.
Gangguan disiplin yang
datang dari kelompok peserta didik dapt berupa:
1. Ketidakpusan
dengan pekerjaan kelas
Ketidakpuasan ini dapat
disebabkan oleh tugas yang terlalu mudah atau terlalu sulit, beban terlalu
ringan atau terlalu berat, penugasan cenderung kurang terbuka karena mereka
tidak siap, latihan pembelajaran bersifat verbal kurang menekankan pada keterampilan
dan manipulasi aktivitas, penugasan kurang terjadwal tidak sistematis atau
membingungkan.
2. Hubungan
interpersonal lemah
Hal ini dapat
disebabkan pengelompokkan didasarkan pertemanan, peran kelompok sangat lemah.
3. Gangguan
suasana kelompok
Hal ini disebabkan oleh
suasana tercekam, kompetitif yang berlebihan, sangat eksklusif (kelompok
menolak individu yang tidak siap)
4. Pengorganisasian
kelompok lemah
Pengorganisasian
kelompok lemah ditandai oleh tekanan otokrasi yang berlebihan atau lemahnya
supervisi dan pengawasan, standar perilaku terlalu tinggi atau rendah, kelompok
diorganisir terlalu ketat (banyak aturan) atau terstruktur, pengorganisasian
kurang memperhatikan unsur perkembangan usia, latar belakang sosial, kebutuhan,
atau kemampuan anggota kelompok.
5. Emosi
mendadak dan perubahan mendadak
Hal ini dapat
diakibatkan karena kelompok memiliki watak temperamen yang tinggi, kejadian
depresi yang mendadak, ketakutan atau kegemparan, kelompok dhinggapi rasa
bosan, kurang berminat atau emosionalnya lemah.
c. Masalah
yang ditimbulkan lingkungan
Lingkungan,
situasi atau kondisi yang dapat menimbulkan masalah yaitu:
1. Lingkungan
rumah atau keluarga yang kurang perhatian, ketidakteraturan,
pertengkaran,
ketidakharmonisan, kecemburuan, masa bodoh, tekanan, dan sibuk
dengan urusannya
masing-masing.
2. Lingkungan
tempat tinggal yang tidak baik seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising,
dan lingkungan minuman keras.
3. Lingkungan
sekolah, seperti kelemahan guru, kelemahan kurikulum, kelemahan manajemen
kelas, ketidaktertiban, dan kekurangan fasilitas.
4. Situasi
sekolah seperti hari-hari pertama atau hari-hari akhir (akan libur dan setelah
libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku, sekolah yang
kurang cermat, bau makanan dari cafetaria, suasana gaduh dari praktik kegiatan
musik.
F.
Peraturan
dan Tata Tertib Kelas
Disiplin merupakan hal
penting yang harus ditanamkan pada anak didik di sekolah sedini mungkin.
Sekolah adalah tempat utama untuk melatihkan dan memahami pentingnya disiplin
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peraturan dan tata tertib kelas yang
diterapkan setiap hari dan dengan kontrol yang terus menerus maka siswa akan
terbiasa berdisiplin.
Peraturan dan tata
tertib kelas untuk sekolah dasar seperti yang tercantum dalam Petunjuk
Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen,
1996:78-81) antara lain harus membuat hal-hal berikut ini:
· Masuk
Sekolah
a. Siswa
harus datang ke sekolah selambat-lambatnya 10 menit sebelum pelajaran dimulai.
b. Menaruh
tas dan alat tulis lainnya di laci meja masing-masing kemudian keluar kelas.
c. Siswa
yang mendapat tugas jaga/piket harus hadir lebih awal.
d. Siswa
yang sering terlambat harus diberi teguran.
e. Siswa
yang tidak masuk karena alasan tertentu harus memberi tahu sebelum atau
sesudahnya secara lisan atau tulisan.
f. Guru
tidak boleh terlambat atau absen tanpa ijin.
· Masuk
kelas
a. Siswa
segera berbaris di depan kelas ketika bel berbunyi.
b. Ketua
kelas menyiapkan barisan.
c. Siswa
masuk kelas satu persatu dengan tertib dan duduk di tempatnya masing-masing.
d. Guru
memeriksa kerapian, kebersihan, dan kesehatn siswa satu persatu.
· Dalam
kelas
a. Berdo’a
bersama dipimpin oleh salah seorang siswa.
b. Memberi
salam kepada guru dan pelajaran dimulai.
c. Guru
menuliskan siswa yang tidak masuk di papan absen serta alasan atau
keterangannya.
d. Saat
pelajaran berlangsung siswa harus tetap tertib, tidak boleh ribut, bercanda
atau melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
e. Siswa
tidak boleh meninggalkan kelas tanpa ijin dari guru.
f. Guru
tidak diperkenankan meninggalkan kelas ketika pelajaran berlangsung.
· Ketika
waktu istirahat
a. Pada
saat bel istirahat berbunyi siswa keluar kelas dengan tertib.
b. Guru
keluar kelas setelah semua siswa keluar kelas.
c. Siswa
tidak boleh berada dalam kelas ketika waktu istirahat.
d. Selama
istirahat siswa tidak diperbolehkan meninggalkan sekolah tanpa ijin dari guru.
e. Pada
saat bel masuk siswa masuk dengan tertib dan teratur.
f. Sebaiknya
guru sudah berada di kelas lebih dahulu menjelang bel masuk.
· Waktu
pulang
a. Ketika
bel pulang berbunyi, pelajaran berakhir, ditutup dengan do’a dan salam kepada
guru.
b. Guru
memberikan nasihat-nasihat, mengingatkan tentang tugas-tugas pekerjaan rumah
dan sebagainya.
c. Siswa
keluar rumah dengan tertib.
0 komentar:
Posting Komentar