Minggu, 30 Juni 2013

menulis kalimat efektif

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat. Dalam bahasa terdapat ide, gagasan pikiran dan perasaan yang mewakili diri seseorang. Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan kedalam bentuk kalimat. Hal ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang belaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi: unsur-unsur penting yang ada dalam sebuah kalimat, aturan-aturan tentang Ejaan Yang Disempurnakan, dan cara-cara memilih kata dalam kalimat (diksi) yang tepat dalam kalimat.
Kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat haruslah dipilih dengan tepat. Kalimat yang  jelas dan baik akan mudah dipahami orang lain. Kalimat yang demikian disebut dengan kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah secara tepat dapat mewakili keinginan penulis, oleh karena itu harus disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan oleh penulis terhadap pembacanya. Bila hal ini tercapai diharapkan pembaca akan tertarik kepada apa yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh apa yang disampaikan. Melalui kalimat efektif dapat disampaikan gagasan pikiran, ide dan pendapat dengan tepat ke dalam kalimat yang bersih sehingga orang lain akan dengan tepat dapat menerima seperti yang diharapkan. Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.

B.  Tujuan pembahasan masalah
Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.    Untuk mengetahui pengertian kalimat efektif.
2.    Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.
3.    Untuk mengetahui teknik penulisan kaliamat efektif
4.    Untuk mengetahui penyebab ketidakefektifan sebuah kalimat dan pembetulannya.

C.  Alasan pemilihan masalah
Alasan memilih masalah tentang penulisan kalimat efektif adalah :
1.       Agar kita dapat mengetahui tentang kalimat efektif.
2.       Agar kita mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.
3.       Agar kita dapat mengetahui teknik penulisan kalimat efektif.

D.  Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.    Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2.    Bagaimana teknik penulisan kalimat efektif?
3.    Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif?
4.    Bagaimana penyebab ketidakefektifan sebuah kalimat dan pembetulannya?
BAB II 
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang disusun untuk menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain, dan bahasa adalah medium untuk menyampaikan komunikasi tersebut. 
Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai salah satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalimat adalah (1) kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan; (2) perkataan; (3) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, diwarnai oleh kekerasan dan kelembutan tekanan, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai dan diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya atau tanda seru.

B.  Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif menurut Badudu (1995) Kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penutur atau penulis.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula (BPBI, 2003:91).
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan daya khayal dalam diri pembaca atau pendengar seperti atau sekurang-kurangnya mendekati apa yang dibayangkan oleh pengarang atau penulis (Keraff, 1980:34).
Dengan demikian kalimat yang efektif adalah kalimat yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a.    Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
b.    Sanggup menimbulkan gagasan yang sama, tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
c.    Memiliki kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok.
d.   Memiliki koherensi yang baik dan kompak. Yang dimaksud koherensi atau kepaduan adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur yang membentuk kalimat.
e.    Memiliki penekanan, yaitu memberikan tekanan pada kata yang dipentingkan. Pemberian penekanan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1)   Mengubah-udah dalam posisi kalimat
2)   Menggunakan repetisi atau pengulangan
3)   Menggunakan pertentangan atau kontras
4)   Menggunakan partikel penekanan, seperti –lah, -kah. -pun
f.     Kalimatnya bervariasi, yaitu dapat diperoleh dengan mengubah-ubah pola kalimat, bentuk kalimat, panjang pendek kalimat, penggunaan sinonik, penggunaan posisi dalam kalimat, pola aktif pasif dll. Variasi kalimat ini dapat ditempuh dengan beberapa variasi.
g.    Paralelisme, yang dimaksud paralelisme atau kesejajaran adalah penggunaan kata, imbuhan, pola kalimat, panjang pendek kalimat yang sejajar atau sama atau mirip.
h.    Menggunakan penalaran yang baik. Yang dimaksud dengan penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal.
Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup beberapa aspek lainnya yang meliputi, sebagai berikut:
a.    Penulisan secara aktif sejumlah perbendaharaan kata (kosakata) bahasa tersebut,
b.    Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif,
c.    Kemampuan mencantumkan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan,
d.   Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.

C.  Ciri-ciri Kalimat Efektif
Beberapa ciri-ciri kalimat efektif diantaranya adalah
1.    Kesatuan Gagasan
Setiap kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungan, atau menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali.
a.    Kalimat yang jelas kesatuan gagasannya
1)   Kita merasakan dalam kehidupan sehari-hari, betapa emosi itu sering kali merupakan tenaga pendorong yang amat kuat dalam tindak kehidupan kita (Kesatuan Tunggal).
2)   Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi, dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu (Kesatuan Gabungan).
3)   Ayah bekerja di perusahaan pengangkutan itu, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu. (kesatuan yang mengandung pertentangan).
4)   Kau boleh menyusul saya ke tempat itu, atau tinggal saja disini (kesatuan pilihan).


b.    Kalimat yang tidak jelas gagasannya
Kesatuan gagasan biasanya menjadi kabur karena kedudukan subyek atau predikat tidak jelas, terutama karena salah menggunakan kata-kata depan. Kesalahan lain terjadi karena kalimatnya terlalu panjang sehingga penulis atau pembicara tidak tahu apa sebenarnya yang mau dikatakan. Contohnya:
1)   Terhadap orang yang lebih tinggi umurnya dan atau kedudukannya berbedah caranya.
2)   Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh no (2) tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.

2.    Koherensi yang Baik dan Kompak
Yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Hubungan antara subyek dan predikat, hubungan antara predikat dengan obyek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi.
a.    Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
1)   Baik: adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebun kemarin pagi, dengan sekuat tenaganya
2)   Tidak Baik: adik saya yang paling kecil memukul dengan sekuat tenaganya kemarin pagi di kebun anjing.
b.    Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula karena salah mempergunakan kata-kata depan, kata penghubung dan sebagainya.
Contoh:
Benar
Salah
membahayakan negara
berbahaya bagi negara
membicarakan suatu masalah
berbicara tentang suatu masalah
mengharapakan belas kasihan
membahayakan bagi Negara

membicarakan tentang sesuatu

mengharapkan akan belas kasihan

c.    Kesalahan lain yang dapat merusak koherensi adalah pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi. Contoh:
1)   Banyak para peninjau yang menyatakan bahwa perang yang sedang berlangsung itu merupakan Perang Dunia di Timur Tengah (atau banyak peninjau atau para peninjau; makna banyak dan para tidak tumpang tindih).
2)   Beberapa belasan polisi berjaga di tempat kecelakaan kereta api yang menewaskan puluhan penumpang.
d.   Suatu corak kesalahan yang lain sering dilakukan sehubungan dengan persoalan koherensi kalimat adalah salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb) pada kata kerja tanggap. Contoh:
1)   Saya sudah membaca buku itu hingga tamat (baik)
2)   Saya sudah baca buku itu hingga tamat (kurang baik, bahasa percakapan)
3)   Buku itu saya sudah baca hingga tamat (salah)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a.    Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b.    Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c.    Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh kalimat:
a.    Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:
1)   Kepada setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas).
2)   Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)
3)   Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S- P-O tidak berkaitan erat)
4)   Yang saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran daripada itu proyek. (salah dalam pemakaian kata dan frasa).
5)   Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif).
6)   Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
b.    Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:
1)   Setiap penendra mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi.
2)   Rumah saya baru saja diperbaiki.
3)   Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
4)   Yang sudah saya sarankan kepada mereka adaah merevisi anggaran proyek itu.
5)   Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
6)   Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
3.    Penekanan
Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Gagasan utama kalimat tetap didukung oleh subyek, dan predikat, sedangkan unsur yang dipentingkan dapat bergeser dari satu kata ke kata yang lain.
Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat, yaitu:
a.    Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
1)   Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
2)   Kita dapat membicarakan lagi soal ini pada kesempatan lain demikian harapan kami.
3)   Soal ini dapat kita bicarakan pada kesempatan lain, demikian harapan kami.
4)   Sumitro menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
5)   Persoalan itu dapat diselesaikan dengan mudah.
6)   Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
b.    Melakukan pengulangan kata atau repetisi
Repetisi adalah sebuah kata yang dianggap penting dalam sebuah kalimat.
Contoh:
1)   Harapan kita demikianlah dan demikian pula harapan setiap pejuang.
2)   Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi.
3)      Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya
c.    Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu gagasan. Kita bisa saja mengatakan secara langsung hal-hal sebagai berikut dengan konsekuensi bahwa tidak terdapat penekanan:
1)   Anak itu rajin dan jujur → Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
2)   Ia menghendaki perbaikan yang menyeluruh di perusahaan itu → Ia tidak menghendaki perbaikan yang bersifat tambal sulam, tetapi perbaikan yang menyeluruh di perusahaan itu.
3)   Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.
4)   Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.
d.   Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi untuk menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Seperti: lah, pun, kah, yang disebut imbuhan dalam istilah tatabahasa.
1)   Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2)   Ia pun mencoba mendekatkan kedua belah pihak dalam suatu perundingan.
3)   Benarkah dia seorang penjahat?
4)   Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu
5)   Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah

4.    Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi (pengulangan). Variasi tidak lain daripada menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahasa agar tetap terpelihara minat dan perhatian orang.
Variasi dalam kalimat dapat diperoleh dengan beberapa macam cara, yaitu:
a.    Variasi Sinonim Kata
Variasi berupa penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakekatnya tidak merubah isi dari amanat yang akan disampaikan.
1)   Dari renungan itulah penyair menemukan suatu makna, suatu realitas yang baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai seluruh puisi (BKI).
2)   Seribu puspa di taman bunga seribu wangi menyebar cinta (BKI).
b.    Variasi panjang pendeknya kalimat
Struktur kalimat akan mencerminkan dengan jelas pikiran pengarang, serta pilihan yng tepat dari struktur panjangnya sebuah kalimat dapat member tekanan pada bagian-bagian yang diinginkan.
c.    Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
     Pemakaian bentuk grametikal yang sama dengan beberapa kalimat berturut-turut dapat menimbulkan kelesuan. Sebab itu haruslah dicari variasi pemakaian bentuk gramatikal.
Contoh:
1)   Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
2)   Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
3)   Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
d.   Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat

5.    Paralelisme
Paralelisme (keparalelan) atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk berikutnya juga harus nomina. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
a.    Kesejajaran Bentuk
Imbuhan digunakan untuk membentuk kata berperan dalam menentukan kesejajaran. Berikut ini contoh yang memperlihatkan ketidaksejajaran bentuk.
(1) Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan mengatur peminjaman buku
b.    Kesejajaran Makna
Lihatlah kalimat-kalimat berikut.
(1) Dia berpukul-pukul
Kata berpukul-pukul bermakana ‘saling pukul’. Hal itu berarti pelakunya harus lebiuh dari satu. Karena kata dia bermakba tunggal, subjek kalimat (1) itu perlu diubah, misalnya menjadi mereka, atau kalimat itu perlu ditambahkan kterangan komitatif (penyerta) dengan temannya, misalnya.
Kalimat berikut tidak memliki kesejajaran makna predikat dan objek.
(1) Adik memetiki setangkai bunga
Kata memetiki mempunyai makna ‘berulang-ulang’ yang tentunya tidak dapat diterapkan pada setangkai bunga. Perbaikannya dapat dilakukan dengan mengubah predikat menjadi memetik atau menghilangkan satuan setangkai pada objek. Tentu saja, perbaikan itu bergantung pada informasi yang akan disampaikan
c.    Kesejajaran dalam Perincian Pilihan
Kadang-kadang soal ujian dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Soal yang baik harus memuat perincian pilihan yang sejajar sehingga memberi peluang yang sama untuk dipilih. Berikt ini contoh perincian pilihan yang tidak sejajar.
(1)  Pemasangan telepon akan meyebabkan…………………..
(a) melancarkan tugas
(b) menambah wibawa
(c) meningkatkan pengeluaran
Pada contoh tersebut, jawaban yang diharapkan adalah (a), tetapi kalimat pemasangan telepon akan menyebabkan melancarkan tugas bukanlah kalimat yang baik. Pilihan (b) meskipun memang bukan jawaban yang tepat, tidak mempunyai peluang untuk dipilih karena kalimat pemasangan telepon akan meyebabkan untuk menambah wibawa bukanlah kalimat baik. Kalimat yang memuat pilihan (c) justru paling baik, tetapi pilihan itu bukan jawaban yang diharapkan. Soal no 1 itu dapat diubah sebagi berikut.
(1a) Pemasangan telepon akan meningkatkan………………………
(a) kelancaran (b) wibawa (c) pengeluaran

Contoh kalimat
a.    Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:
1)   Kegiatan di perpustaakan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label.
2)   Kakakmu menjadi dosen atau pengusaha?
3)   Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya aya ucapkan terimma kasih.
4)   Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
5)   Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
b.    Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:
1)   Kegiatan diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog dan pelabelan buku.
2)   Kakakmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha?
3)   Demikianlag agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu saya ucapkan terima kasih.
4)   Dalam rapat ini diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk, meningkatkan frekuensi iklan dan lebih menggencarkan pemasaran.
5)   Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)     
6)   Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

6.    Penalaran atau logika
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah ide kalimat dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak masuk akal atau lemah dari segi logika.
Contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini:
a.    Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambin tergolong anti air).
b.    Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki?).
c.    Uang yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci sehingga lemah dari segi logika).
d.   Kepaada Bapak Dekan, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak perlu dipersilahkan)).
e.    Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan.
f.     Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif) ® Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif).

7.    Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
a.    Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
1)   Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2)   Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
1)   Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2)   Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
b.    Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikan:
1)   Ia memakai baju warna merah.
2)   Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi
1)   Ia memakai baju merah.
2)   Di mana engkau menangkap pipit itu?
c.    Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
1)   Dia hanya membawa badannya saja.
2)   Sejak dari pagi dia bermenung.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
1)   Dia hanya membawa badannya.
2)   Sejak pagi dia bermenung.
d.   Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku                                          Bentuk Baku
para tamu-tamu                                                  para tamu
beberapa orang-orang                                       beberapa orang

D.    Teknik menulis kalimat efektif
Kalimat dapat dikatakan efektif apabila dapat menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannyapun harus benar.
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karya tulis, baik berupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiyah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Perlu disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif.
Berikut ini pola kesalahan umum yang sering terjadi
1. Penggunaan dua kata yang memiliki arti sama
  • Sejak dari usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya
( sejak usia delapan tahun ia telah ditinggal ayahnya )
2. Penggunaan kata berlebih yang mengganggu struktur kalimat
  • Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal
( yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal
3. Penggunaan imbuhan yang kacau
  • Ia diperingati oleh Rektor agar tidak mengulangi kesalahannya
( Ia diperingatkan oleh Rektor agar tidak mengulangi kesalahannya )
4. Kalimat tak selesai
  • Rumah yang besar yang terbakar itu
( Rumah yang besar itu terbakar )
5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku
  • Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk
( Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk )
6. Penggunaan tidak tepat kata “di mana” dan “yang mana”
  • Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih
( Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih )
7. Penggunaan kata “daripada” yang tidak tepat
  • Seseorang daripada pembantunya pulang ke kampong kemarin
( Seorang di antara pembantunya pulang ke kampong kemarin )
8. Pilihan kata yang tidak tepat
  • Dalam kunjungan itu President Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang  dengan mayarakat.
( Dalam kunjungan itu President Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat ).
Selain itu terdapat juga beberapa jenis kesalahan dalam menyusun  kalimat, diantaranya :
1. Pelonastis ( pemakaian kata yeng berlebihan / mubadzir )
Contoh : Banyak tombol-tombol yang anda gunakan
=> Banyak tombol yang dapat anda gunakan
2. Kontaminasi
Contoh : fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik
=> Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik
3. Salah pemilihan kata
Contoh : Saya mengetahui kalau ia kecewa
=>Saya mengetahui bahwa ia kecewa
4. Salah nalar
Contoh : Bola gagal masuk gawang
=>Bola tidak masuk gawang
4. Interferensi ( pengaruh bahasa asing atau daerah )
Contoh : Anak-anak sudah pada datang
=>Anak-anak sudah dating
5. Kata depan yang tidak perlu
Contoh : Di program ini menyediakan berbagai fitur baru
=>Progran ini menyediakan berbagai fitur baru

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kalimat efektif sebagai berikut :
1. Variasikan panjang-pendeknya kalimat
Kalimat pendek terdiri dari 2 sampai 15 kata. Sedangkan kalimat panjang lebih dari itu.
2. Kombinasikan kalimat langsung dengan kalimat tidak langsung
Kalimat langsung dicirikan dengan tanda petik (“) di awal dan akhir kalimat. Sedangkan kalimat tidah langsung dicirikan dengan kata “bahwa”.
3. Kalimat hendaknya berdiri sendiri
4. Hindari kalimat yang beranak-pinak
Gunakan kalimat penjelas seperlunya saja.
5. Kombinasikan jenis kalimat yang dipergunakan
Pakailah kalimat-kalimat berita dan sesekali kombinasikan dengan kalimat langsung dan tidak langsung.
E.     Penyebab suatu tuturan menjadi kurang efektif
      Hal – hal yang menyebabkan suatu tuturan kurang efektif antara lain :
1.    Kurang padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:
Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.

2.    Kurang ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:
a.    Membicarakan tentang transmigrasi
Seharusnya: membicarakan transmigrasi
b.    Sudah pada tempatnya apabila
Seharusnya: sudah selayaknya apabila
c.    Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.
Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

3.    Kurang logis susunan gagasannya.
Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:
Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.
Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:
Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.

4.    Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.
a.    Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.
b.    Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.
Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.

5.    Konstruksi yang bermakna ganda.
Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:
a.    Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.
Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:
Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.
b.    Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.
Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:
Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

6.    Penyusunan kalimat yang kurang cermat.
Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
a.    Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

7.    Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.
Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar).
Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:
a.    Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.
Seharusnya:
Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.
b.    Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Seharusnya:
Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Atau:
Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.









BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kalimat efektif di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Melalui kalimat efektif dapat disampaikan gagasan pikiran, ide dan pendapat ke dalam kalimat yang bersih sehingga orang lain akan dengan tepat dapat menerima seperti yang diharapkan.
Kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penutur atau penulis.
Ciri-ciri kalimat efektif diantaranya adalah adanya kesatuan gagasan, koherensi yang baik dan kompak, penekanan atau ketegasan, variasi, paralelisme atau kesejajaran, penalaran atau logika dan kehematan.
Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain: kurang padunya kesatuan gagasan, kurang ekonomis pemakaian kata, kurang logis susunan gagasannya, pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya, konstruksi yang bermakna ganda, penyusunan kalimat yang kurang cermat dan bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.

B.     Saran
Seseorang yang berbicara atau pembicara sebaiknya memakai kalimat efektif dalam menyampaikan gagasan pikiran, ide dan perasaannya sehingga pembicara dapat mengetahui tujuan dari pembicaraan tersebut.
Pembicara juga perlu dengan tepat memakai diksi atau pilihan kata yang sesuai sehingga pembicaraan dapat dengan mudah dipahami oleh lawan bicara. Dan dalam penulisan kalimat efektif juga harus memperhatikan aturan-aturan dalam penulisan kalimat efektif sehingga kalimat mudah untuk dipahami.











DAFTAR PUSTAKA

Akhdiah, Sabarti. 1997. Materi Pokok Bahasa Indonesia; 1-6. Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Suwandi. 2008. Hand Out Keterampilan Berbahasa Indonesia



http://arifjacob.blogspot.com/2010/10/pengertian-kalimat-efektif-dan-contoh.html






http://Maya El asror » Blog Archive » TEKNIK MENYUSUN KALIMAT EFEKTIF.htm

1 komentar:

eadithiacobucci mengatakan...

Titanium Grinder - Home Furniture - Tilestone Furniture
Use titanium nipple barbells our patented titanium dioxide T-Shirt to create a perfectly tailored suppliers of metal way to look and microtouch trimmer look for a T-Shirt. Rating: 5 · ‎14 도레미시디 출장샵 reviews · ‎$19.99 · ‎In stock

Posting Komentar