BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Bahasa merupakan alat
komunikasi yang dipakai oleh masyarakat. Dalam bahasa terdapat ide, gagasan
pikiran dan perasaan yang mewakili diri seseorang. Setiap gagasan pikiran atau
konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan kedalam bentuk
kalimat. Hal ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah
yang belaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi: unsur-unsur penting yang ada
dalam sebuah kalimat, aturan-aturan tentang Ejaan Yang Disempurnakan, dan
cara-cara memilih kata dalam kalimat (diksi) yang tepat dalam kalimat.
Kata-kata yang digunakan
dalam membentuk kalimat haruslah dipilih dengan tepat. Kalimat yang jelas dan baik akan mudah dipahami orang lain.
Kalimat yang demikian disebut dengan kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif
haruslah secara tepat dapat mewakili keinginan penulis, oleh karena itu harus disusun secara
sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan oleh penulis terhadap
pembacanya. Bila hal ini tercapai diharapkan pembaca akan tertarik kepada apa
yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh apa yang disampaikan. Melalui
kalimat efektif dapat disampaikan gagasan pikiran, ide dan pendapat dengan
tepat ke dalam kalimat yang bersih sehingga orang lain akan dengan tepat dapat
menerima seperti yang diharapkan. Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila
mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.
B. Tujuan pembahasan
masalah
Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian kalimat efektif.
2. Untuk
mengetahui ciri-ciri
kalimat efektif.
3. Untuk
mengetahui teknik penulisan
kaliamat efektif
4. Untuk
mengetahui penyebab ketidakefektifan sebuah kalimat dan pembetulannya.
C. Alasan
pemilihan masalah
Alasan memilih
masalah tentang penulisan kalimat efektif adalah :
1.
Agar
kita dapat mengetahui tentang kalimat efektif.
2.
Agar
kita mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.
3.
Agar
kita dapat mengetahui teknik penulisan kalimat efektif.
D. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa
yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Bagaimana
teknik penulisan kalimat efektif?
3. Bagaimana
ciri-ciri kalimat efektif?
4. Bagaimana
penyebab ketidakefektifan sebuah kalimat dan pembetulannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan suatu
bentuk bahasa yang disusun untuk menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara
terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain, dan bahasa adalah medium untuk
menyampaikan komunikasi tersebut.
Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat
sebagai salah satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh
kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kalimat adalah (1) kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu
konsep pikiran dan perasaan; (2) perkataan;
(3) satuan bahasa yang secara
relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual
ataupun potensial terdiri atas klausa.
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh.
Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, diwarnai oleh
kekerasan dan kelembutan tekanan, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi
selesai dan diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya atau tanda
seru.
B. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat
efektif menurut Badudu (1995) Kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena
apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembaca (penulis dalam bahasa tulis)
dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama
benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penutur atau penulis.
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat
dan dapat dipahami secara tepat pula (BPBI, 2003:91).
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan daya khayal dalam diri pembaca
atau pendengar seperti atau sekurang-kurangnya mendekati apa yang dibayangkan
oleh pengarang atau penulis (Keraff, 1980:34).
Dengan
demikian kalimat yang efektif adalah kalimat yang memiliki syarat-syarat
sebagai berikut:
a.
Secara
tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
b.
Sanggup
menimbulkan gagasan yang sama, tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
c.
Memiliki
kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok.
d.
Memiliki
koherensi yang baik dan kompak. Yang dimaksud koherensi atau kepaduan adalah
hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur yang membentuk
kalimat.
e.
Memiliki
penekanan, yaitu memberikan tekanan pada kata yang dipentingkan. Pemberian
penekanan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1) Mengubah-udah dalam posisi kalimat
2) Menggunakan repetisi atau
pengulangan
3) Menggunakan pertentangan atau
kontras
4) Menggunakan partikel penekanan,
seperti –lah, -kah. -pun
f.
Kalimatnya
bervariasi, yaitu dapat diperoleh dengan mengubah-ubah pola kalimat, bentuk
kalimat, panjang pendek kalimat, penggunaan sinonik, penggunaan posisi dalam
kalimat, pola aktif pasif dll. Variasi kalimat ini dapat ditempuh dengan
beberapa variasi.
g.
Paralelisme,
yang dimaksud paralelisme atau kesejajaran adalah penggunaan kata, imbuhan,
pola kalimat, panjang pendek kalimat yang sejajar atau sama atau mirip.
h.
Menggunakan
penalaran yang baik. Yang dimaksud dengan penalaran adalah suatu proses
berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju
kepada suatu kesimpulan yang masuk akal.
Keraf (1984: 36) berpendapat,
kalimat efektif tidak hanya sanggup memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola
sintaksis, tetapi juga harus mencakup beberapa aspek lainnya yang meliputi,
sebagai berikut:
a. Penulisan secara aktif sejumlah
perbendaharaan kata (kosakata) bahasa tersebut,
b. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis
bahasa itu secara aktif,
c. Kemampuan mencantumkan gaya yang
paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan,
d. Tingkat penalaran (logika) yang
dimiliki seseorang.
C. Ciri-ciri Kalimat Efektif
Beberapa ciri-ciri kalimat efektif
diantaranya adalah
1. Kesatuan Gagasan
Setiap
kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu
ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan
gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungan, atau
menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali.
a. Kalimat
yang jelas kesatuan gagasannya
1)
Kita merasakan dalam kehidupan
sehari-hari, betapa emosi itu sering kali merupakan tenaga pendorong yang amat
kuat dalam tindak kehidupan kita (Kesatuan Tunggal).
2)
Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam
pagi, dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu (Kesatuan
Gabungan).
3)
Ayah bekerja di perusahaan pengangkutan
itu, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu. (kesatuan yang mengandung
pertentangan).
4)
Kau boleh menyusul saya ke tempat itu,
atau tinggal saja disini (kesatuan pilihan).
b. Kalimat
yang tidak jelas gagasannya
Kesatuan gagasan biasanya menjadi
kabur karena kedudukan subyek atau predikat tidak jelas, terutama karena salah
menggunakan kata-kata depan. Kesalahan lain terjadi karena kalimatnya terlalu
panjang sehingga penulis atau pembicara tidak tahu apa sebenarnya yang mau
dikatakan. Contohnya:
1)
Terhadap orang yang lebih tinggi umurnya
dan atau kedudukannya berbedah caranya.
2)
Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai
pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas
perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti
lunak keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat
pada contoh no (2) tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah
diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan
gagasan lain yang saling bertautan.
2. Koherensi yang Baik dan Kompak
Yang
dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan
timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata)
yang membentuk kalimat itu,
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Hubungan
antara subyek dan predikat, hubungan antara predikat dengan obyek, serta
keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi.
a.
Koherensi rusak karena tempat kata dalam
kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
1)
Baik: adik saya yang paling kecil memukul
anjing di kebun kemarin pagi, dengan sekuat tenaganya
2)
Tidak Baik: adik saya yang paling kecil
memukul dengan sekuat tenaganya kemarin pagi di kebun anjing.
b.
Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula
karena salah mempergunakan kata-kata depan, kata penghubung dan sebagainya.
Contoh:
Benar
|
Salah
|
membahayakan
negara
berbahaya
bagi negara
membicarakan
suatu masalah
berbicara
tentang suatu masalah
mengharapakan
belas kasihan
|
membahayakan
bagi Negara
membicarakan
tentang sesuatu
mengharapkan
akan belas kasihan
|
c.
Kesalahan lain yang dapat merusak
koherensi adalah pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang
maknanya tidak tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi. Contoh:
1) Banyak
para peninjau yang menyatakan bahwa perang yang sedang berlangsung itu
merupakan Perang Dunia di Timur Tengah (atau banyak peninjau atau para
peninjau; makna banyak dan para tidak tumpang tindih).
2) Beberapa
belasan polisi berjaga di tempat kecelakaan kereta api yang menewaskan puluhan
penumpang.
d.
Suatu corak kesalahan yang lain sering
dilakukan sehubungan dengan persoalan koherensi kalimat adalah salah
menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb) pada kata kerja
tanggap. Contoh:
1)
Saya sudah membaca buku itu hingga tamat
(baik)
2)
Saya sudah baca buku itu hingga tamat
(kurang baik, bahasa percakapan)
3)
Buku itu saya sudah baca hingga tamat
(salah)
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele
dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola
aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat
pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu
menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata
kerja dan objek penderita.
Contoh
kalimat:
a. Contoh kalimat yang unsurnya tidak
koheren:
1) Kepada setiap pengendara mobil di
Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai
subjek/subjeknya tidak jelas).
2) Saya punya rumah baru saja
diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)
3) Tentang kelangkaan pupuk mendapat
keterangan para petani. (unsur S- P-O tidak berkaitan erat)
4) Yang saya sudah saya sarankan kepada
mereka adalah merevisi anggaran daripada itu proyek. (salah dalam pemakaian
kata dan frasa).
5) Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota
yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif).
6) Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
b. Contoh kalimat yang unsur-unsurnya
koheren:
1) Setiap penendra mobil di Kota
Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi.
2) Rumah saya baru saja diperbaiki.
3) Para petani mendapat keterangan
tentang kelangkaan pupuk.
4) Yang sudah saya sarankan kepada
mereka adaah merevisi anggaran proyek itu.
5) Kita
harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa
kemanusiaan. (efektif)
6)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik.
(efektif)
3. Penekanan
Inti
pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan
dari sebuah kata yang dipentingkan. Gagasan utama kalimat tetap didukung oleh
subyek, dan predikat, sedangkan unsur yang dipentingkan dapat bergeser dari
satu kata ke kata yang lain.
Ada
beberapa cara penekanan dalam kalimat, yaitu:
a.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di
depan kalimat (di awal kalimat).
1) Harapan kami
adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
2) Kita dapat membicarakan
lagi soal ini pada kesempatan lain demikian harapan kami.
3) Soal ini
dapat kita bicarakan pada kesempatan lain, demikian harapan kami.
4) Sumitro menjelaskan bahwa
manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
5) Persoalan itu dapat
diselesaikan dengan mudah.
6) Presiden
mengharapkan agar rakyat membangun
bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada
pada dirinya.
b.
Melakukan pengulangan kata atau repetisi
Repetisi adalah sebuah kata yang
dianggap penting dalam sebuah kalimat.
Contoh:
1)
Harapan kita demikianlah dan demikian
pula harapan setiap pejuang.
2)
Saudara-saudara, kita tidak
suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita
tidak suka dibodohi.
3) Pembangunan
dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi
tapi juga dimensi politik, dimensi sosial,
dan dimensi budaya
c.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan
Pertentangan dapat pula
dipergunakan untuk menekan suatu gagasan. Kita bisa saja mengatakan secara langsung
hal-hal sebagai berikut dengan konsekuensi bahwa tidak terdapat penekanan:
1)
Anak itu rajin dan jujur → Anak itu
tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
2)
Ia menghendaki perbaikan yang menyeluruh
di perusahaan itu → Ia tidak menghendaki perbaikan yang bersifat tambal sulam, tetapi perbaikan yang menyeluruh di perusahaan itu.
3)
Informasi ini tidak
bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.
4)
Peserta kegiatan ini adalah laki-laki,
bukan perempuan.
d.
Mempergunakan partikel penekanan
(penegasan)
Dalam bahasa Indonesia terdapat
beberapa partikel yang berfungsi untuk menonjolkan sebuah kata atau ide dalam
sebuah kalimat. Seperti: lah, pun, kah, yang disebut imbuhan dalam istilah
tatabahasa.
1)
Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2)
Ia pun
mencoba mendekatkan kedua belah pihak dalam suatu perundingan.
3)
Benarkah dia seorang penjahat?
4)
Andalah yang
bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu
5)
Meskipun hujan
turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah
4. Variasi
Variasi
merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi (pengulangan). Variasi
tidak lain daripada menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahasa agar tetap
terpelihara minat dan perhatian orang.
Variasi
dalam kalimat dapat diperoleh dengan beberapa macam cara, yaitu:
a.
Variasi Sinonim Kata
Variasi berupa
penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakekatnya tidak
merubah isi dari amanat yang akan disampaikan.
1)
Dari renungan itulah penyair menemukan
suatu makna, suatu realitas yang baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral
yang menjiwai seluruh puisi (BKI).
2)
Seribu puspa di taman bunga seribu wangi
menyebar cinta (BKI).
b.
Variasi panjang pendeknya kalimat
Struktur kalimat akan mencerminkan
dengan jelas pikiran pengarang, serta pilihan yng tepat dari struktur
panjangnya sebuah kalimat dapat member tekanan pada bagian-bagian yang
diinginkan.
c. Variasi
penggunaan bentuk me- dan di-
Pemakaian bentuk grametikal yang sama
dengan beberapa kalimat berturut-turut dapat menimbulkan kelesuan. Sebab itu
haruslah dicari variasi pemakaian bentuk gramatikal.
Contoh:
1)
Kakak menolong anak itu dengan
dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
2)
Kakak menolong anak itu dengan
memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
3)
Anak itu ditolong kakak dengan
dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
d. Variasi
dengan merubah posisi dalam kalimat
5. Paralelisme
Paralelisme (keparalelan) atau kesejajaran adalah
terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan
frasa yang dipakai di dalam kalimat. Jika pertama menggunakan verba, bentuk
kedua juga menggunakan verba. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk
berikutnya juga harus nomina. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan
me- juga.
a. Kesejajaran Bentuk
Imbuhan
digunakan untuk membentuk
kata berperan dalam menentukan kesejajaran. Berikut ini contoh yang
memperlihatkan ketidaksejajaran bentuk.
(1) Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat
katalog, dan mengatur peminjaman buku
b. Kesejajaran Makna
Lihatlah kalimat-kalimat berikut.
(1) Dia berpukul-pukul
Kata berpukul-pukul bermakana
‘saling pukul’. Hal itu berarti pelakunya harus lebiuh dari satu. Karena kata
dia bermakba tunggal, subjek kalimat (1) itu perlu diubah, misalnya menjadi
mereka, atau kalimat itu perlu ditambahkan kterangan komitatif (penyerta)
dengan temannya, misalnya.
Kalimat berikut tidak memliki
kesejajaran makna predikat dan objek.
(1) Adik memetiki setangkai bunga
Kata memetiki mempunyai makna ‘berulang-ulang’
yang tentunya tidak dapat diterapkan pada setangkai bunga. Perbaikannya dapat
dilakukan dengan mengubah predikat menjadi memetik atau menghilangkan satuan
setangkai pada objek. Tentu saja, perbaikan itu bergantung pada informasi yang
akan disampaikan
c. Kesejajaran dalam Perincian Pilihan
Kadang-kadang soal ujian dibuat
dalam bentuk pilihan ganda. Soal yang baik harus memuat perincian pilihan yang
sejajar sehingga memberi peluang yang sama untuk dipilih. Berikt ini contoh
perincian pilihan yang tidak sejajar.
(1)
Pemasangan telepon akan meyebabkan…………………..
(a) melancarkan tugas
(b) menambah wibawa
(c) meningkatkan pengeluaran
Pada contoh tersebut, jawaban yang
diharapkan adalah (a), tetapi kalimat pemasangan telepon akan menyebabkan
melancarkan tugas bukanlah kalimat yang baik. Pilihan (b) meskipun memang
bukan jawaban yang tepat, tidak mempunyai peluang untuk dipilih karena kalimat pemasangan
telepon akan meyebabkan untuk menambah wibawa bukanlah kalimat baik.
Kalimat yang memuat pilihan (c) justru paling baik, tetapi pilihan itu bukan
jawaban yang diharapkan. Soal no 1 itu dapat diubah sebagi berikut.
(1a) Pemasangan telepon akan
meningkatkan………………………
(a) kelancaran (b) wibawa (c)
pengeluaran
Contoh
kalimat
a.
Contoh
kesejajaran atau paralelisme yang salah:
1) Kegiatan di perpustaakan meliputi
pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label.
2) Kakakmu menjadi dosen atau
pengusaha?
3) Demikianlah agar ibu maklum, dan
atas perhatiannya aya ucapkan terimma kasih.
4) Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak
efektif)
5) Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
b. Contoh kesejajaran atau paralelisme
yang benar:
1) Kegiatan diperpustakaan meliputi
pembelian buku, pembuatan katalog dan pelabelan buku.
2) Kakakmu sebagai dosen atau sebagai
pengusaha?
3) Demikianlag agar Ibu maklum, dan
atas perhatian Ibu saya ucapkan terima kasih.
4) Dalam rapat ini diputuskan tiga hal
pokok, yaitu meningkatkan mutu produk, meningkatkan frekuensi iklan dan lebih
menggencarkan pemasaran.
5) Kakak
menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
6) Harga
sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
6. Penalaran atau logika
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah
ide kalimat dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan
yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang
logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang
sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah
kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca,
kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak masuk akal atau
lemah dari segi logika.
Contoh kalimat yang lemah dari segi
logika berbahasa berikut ini:
a. Kambing sangat senang bermain hujan.
(padahal kambin tergolong anti air).
b. Karena lama tinggal di asrama putra,
anaknya semua laki-laki. (apa hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai
anak lelaki?).
c. Uang yang bertumpuk itu terdiri atas
pecahan ratusan, puluhan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan.
(tidak runtut dalam merinci sehingga lemah dari segi logika).
d. Kepaada Bapak Dekan, waktu dan
tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak perlu dipersilahkan)).
e. Dengan mengucapkan syukur kepada
Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya. (berarti “modal” untuk
menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan.
f. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif) ® Untuk
menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif).
7.
Kehematan
Yang dimaksud dengan
kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan
kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Ada beberapa kriteria yang
perlu diperhatikan.
a.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
1)
Karena ia tidak diundang, dia tidak
datang ke tempat itu.
2)
Hadirin serentak berdiri setelah mereka
mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai
berikut.
1) Karena
tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
2) Hadirin
serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
b.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikan:
1)
Ia memakai baju warna merah.
2)
Di mana engkau menangkap burung pipit
itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi
1) Ia
memakai baju merah.
2) Di
mana engkau menangkap pipit itu?
c.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke
atas.
Kata turun bersinonim dengan ke
bawah.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
1) Dia
hanya membawa badannya saja.
2)
Sejak dari pagi
dia bermenung.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
1) Dia
hanya membawa badannya.
2)
Sejak pagi
dia bermenung.
d.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara
tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk
Baku
para tamu-tamu para
tamu
beberapa orang-orang beberapa
orang
D.
Teknik menulis kalimat efektif
Kalimat dapat dikatakan efektif apabila dapat
menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan
maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat
sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat,
hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannyapun harus benar.
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karya
tulis, baik berupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiyah
adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Perlu
disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan
kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak
efektif.
Berikut ini pola kesalahan umum yang sering terjadi 1. Penggunaan dua kata yang memiliki arti sama
- Sejak dari usia delapan tahun ia telah
ditinggalkan ayahnya
2. Penggunaan kata berlebih yang mengganggu struktur kalimat
- Kepada yang bersalah harus dijatuhi
hukuman setimpal
3. Penggunaan imbuhan yang kacau
- Ia diperingati
oleh Rektor agar tidak mengulangi kesalahannya
4. Kalimat tak selesai
- Rumah yang
besar yang terbakar itu
5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku
- Kita harus
bisa merubah kebiasaan yang buruk
6. Penggunaan tidak tepat kata “di mana” dan “yang mana”
- Rumah sakit
di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih
7. Penggunaan kata “daripada” yang tidak tepat
- Seseorang daripada
pembantunya pulang ke kampong kemarin
8. Pilihan kata yang tidak tepat
- Dalam
kunjungan itu President Yudhoyono menyempatkan waktu untuk
berbincang-bincang dengan mayarakat.
Selain itu terdapat juga beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat, diantaranya :
1. Pelonastis ( pemakaian kata yeng berlebihan / mubadzir )
Contoh : Banyak tombol-tombol yang anda gunakan
=> Banyak tombol yang dapat anda gunakan
2. Kontaminasi
Contoh : fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik
=> Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik
3. Salah pemilihan kata
Contoh : Saya mengetahui kalau ia kecewa
=>Saya mengetahui bahwa ia kecewa
4. Salah nalar
Contoh : Bola gagal masuk gawang
=>Bola tidak masuk gawang
4. Interferensi ( pengaruh bahasa asing atau daerah )
Contoh : Anak-anak sudah pada datang
=>Anak-anak sudah dating
5. Kata depan yang tidak perlu
Contoh : Di program ini menyediakan berbagai fitur baru
=>Progran ini menyediakan berbagai fitur baru
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kalimat efektif sebagai berikut :
1. Variasikan panjang-pendeknya kalimat
Kalimat pendek terdiri dari 2 sampai 15 kata. Sedangkan kalimat panjang lebih dari itu.
2. Kombinasikan kalimat langsung dengan kalimat tidak langsung
Kalimat langsung dicirikan dengan tanda petik (“) di awal dan akhir kalimat. Sedangkan kalimat tidah langsung dicirikan dengan kata “bahwa”.
3. Kalimat hendaknya berdiri sendiri
4. Hindari kalimat yang beranak-pinak
Gunakan kalimat penjelas seperlunya saja.
5. Kombinasikan jenis kalimat yang dipergunakan
Pakailah kalimat-kalimat berita dan sesekali kombinasikan dengan kalimat langsung dan tidak langsung.
E. Penyebab suatu tuturan menjadi kurang
efektif
Hal – hal yang
menyebabkan suatu tuturan kurang efektif antara lain :
1.
Kurang
padunya kesatuan gagasan.
Setiap
tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki
kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu
ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:
Program
aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini
Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau
dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut
tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan
tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang
saling bertautan.
2.
Kurang
ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis
dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita
menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:
a. Membicarakan tentang transmigrasi
Seharusnya: membicarakan transmigrasi
b. Sudah pada
tempatnya apabila
Seharusnya: sudah selayaknya apabila
c. Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah,
tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum
pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.
Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di
semua lapisan.
3.
Kurang
logis susunan gagasannya.
Tulisan
dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:
Karena
zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat
untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur,
manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.
Kita dapat
membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:
Semua
makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging
ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur
yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat
dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.
4.
Pemakaian
kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
Pemakaian
bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.
a. Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas
bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.
b. Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa
Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.
Pemakaian
kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga
kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.
5.
Konstruksi
yang bermakna ganda.
Suatu
kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun
kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat
yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada
kalimat-kalimat:
a.
Istri kopral
yang nakal itu membeli sepatu.
Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral
? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:
Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.
b.
Penyuluh
menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.
Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam
atau cara beternak? Jika kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu
menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:
Penyuluh
menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.
6.
Penyusunan
kalimat yang kurang cermat.
Penyusunan
yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat
tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
a.
Tugas
kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia
memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan
sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
7.
Bentuk
kata dalam perincian yang tidak sejajar.
Dalam
kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih
efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat
perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat,
perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun
kalimat juga (sejajar).
Contoh kalimat yang perinciannya
tidak sejajar:
a.
Kegiatan
penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis
data.
Seharusnya:
Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data,
pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.
b.
Dengan
penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat
dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Seharusnya:
Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat
hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Atau:
Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat
hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kalimat
efektif di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang
utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Melalui kalimat efektif dapat disampaikan gagasan pikiran, ide dan pendapat ke
dalam kalimat yang bersih sehingga orang lain akan dengan tepat dapat menerima
seperti yang diharapkan.
Kalimat efektif ialah kalimat yang
baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembaca (penulis dalam
bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa
tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penutur atau penulis.
Ciri-ciri
kalimat efektif diantaranya adalah adanya kesatuan gagasan, koherensi yang baik
dan kompak, penekanan atau ketegasan, variasi, paralelisme atau kesejajaran,
penalaran atau logika
dan kehematan.
Ada beberapa hal yang mengakibatkan
suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain: kurang padunya kesatuan gagasan, kurang ekonomis pemakaian kata, kurang logis susunan gagasannya, pemakaian
kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya, konstruksi yang bermakna ganda,
penyusunan kalimat yang kurang cermat dan bentuk kata dalam perincian yang
tidak sejajar.
B.
Saran
Seseorang yang berbicara atau pembicara sebaiknya memakai
kalimat efektif dalam menyampaikan gagasan pikiran, ide dan perasaannya
sehingga pembicara dapat mengetahui tujuan dari pembicaraan tersebut.
Pembicara juga perlu dengan tepat memakai diksi atau pilihan
kata yang sesuai sehingga pembicaraan dapat dengan mudah dipahami oleh lawan
bicara. Dan dalam penulisan kalimat efektif juga harus
memperhatikan aturan-aturan dalam penulisan kalimat efektif sehingga kalimat
mudah untuk dipahami.
DAFTAR
PUSTAKA
Akhdiah,
Sabarti. 1997. Materi Pokok Bahasa
Indonesia; 1-6. Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta.
Suwandi.
2008. Hand Out Keterampilan Berbahasa Indonesia
http://arifjacob.blogspot.com/2010/10/pengertian-kalimat-efektif-dan-contoh.html
http://Maya El asror » Blog Archive » TEKNIK MENYUSUN
KALIMAT EFEKTIF.htm
1 komentar:
Titanium Grinder - Home Furniture - Tilestone Furniture
Use titanium nipple barbells our patented titanium dioxide T-Shirt to create a perfectly tailored suppliers of metal way to look and microtouch trimmer look for a T-Shirt. Rating: 5 · 14 도레미시디 출장샵 reviews · $19.99 · In stock
Posting Komentar